Diposkan pada hobby, jalan jalan, kucing, livinginjogja, makanan, wisata

Kafe Kucing di Jogja


P60206-202134Akhirnya Jogja mempunyai kafe kucing juga. Mungkin pemiliknya terinspirasi dari kafe kucing yang sebelumnya telah ada di Jakarta dan Bandung serta negara lain seperti Jepang dan Amerika. Bagi penggemar kucing seperti saya, dan anak-anak saya, ini merupakan hiburan tersendiri, di tengah kesulitan untuk mengadopsi kucing di rumah sendiri. Selain ibu anak-anak tidak menyukai hewan berbulu ini, juga merasa kasihan karena di rumah suka tidak ada orang. Pernah kejadian anak kucing yang sempat diadopsi sama anak saya yang pertama, “melarikan” diri karena merasa mungkin ga diasuh dengan baik, meski pun makanan dan minuman dipenuhi, namun kebutuhan kucing tidak itu saja, dia butuh bermanja-manja dengan pemiliknya.

Saya beserta adik-adik saya dan ortu penggemar kucing. Pernah mempunyai 17 ekor kucing dalam waktu bersamaan. Karena punya induk 3, sekali lahiran berbarengan. Masih ingat tingkah mereka kalau lonceng makan tiba, pada balapan lari ke lokasi tempat makan disediakan. Sepertinya ini sudah menjadi kegemaran turun-temurun ya, mbah dan nenek saya pun suka memelihara banyak kucing. Nah, kafe kucing ini saya sendiri mengapresiasi karena kucingnya juga terawat dengan baik, pengunjungnya juga merasa nyaman dan tidak takut akan tertular penyakit.

Saya ingat sudah sekitar 5 kali berkunjung ke kedua kafe kucing ini. Di sini selain kita bisa berinteraksi dengan berbagai jenis kucing yang lucu-lucu dan menggemaskan, juga bisa menikmati sajian yang disediakan, terdiri dari makanan seperti sosis bakar, roti bakar, es krim, jus, kopi, susu kocok, makaroni, pisang, kue durian, dsb. Harganya lebih mahal sedikit dari jajanan di warung biasa, ya wajarlah saya kira karena butuh biaya mahal juga untuk melakukan perawatan pada kucing-kucing tersebut.

Pertama tahu ada kafe kucing karena anak saya yang pertama dapat info dari teman sekolahnya tentang kafe ini, lalu hasil browsing di internet, ketemulah alamatnya, yaitu di Miaw Shake Cat Coffee, Jalan Masjid Kuncen (area sebelah utara Pasar Klitikan), No. 25, Jogja. Bukanya dari pukul 16.00 sampai 22.00. Pertama kali ke sini memang kesannya kurang nyaman, keluar bau pesing dari kotoran kucing, AC dan lampu suka mati karena sepertinya daya listriknya ga kuat, kali berikutnya datang sudah tidak mencium bau-bau aneh, tapi listrik ya masih suka mati. Yah, maklumlah mungkin pemiliknya belum punya modal lebih untuk mencari lokasi yang lebih representatif. Satu lagi kafe kucing, berada di antara Komplek UGM dan UNY, tepatnya Jl. Bougenville (Selokan Mataram), nama kafenya Cats and Coffee. Kesannya kafe ini lebih bagus dan bersih, meski pun tempatnya juga sempit, namun variasi jenis kucingnya lebih banyak mulai dari kucing berkaki pendek yang sangat interaktif berjenis langka seperti Munchkin, kucing raksasa jenis Maine Coon, kucing tanpa bulu (benarnya ada bulu tapi tipis banget kayak karpet) yaitu jenis Sphinx, dan sisanya yang terbanyak ras Persia.

Anak-anak akan senang sekali berada di kafe ini karena juga disediakan tools untuk bermain dengan kucing. Meski pun kucing-kucing ini boleh dielus-elus, namun sangat tidak dianjurkan untuk mengangkat, meneriaki, menarik ekor, mengambil foto memakai lampu kilat, memberi makan (kalau saya kadang ngasih makan juga sih dari makanan yang dibeli, hehehe, karena kok kelihatannya ada yang masih lapar….)

Demikian saja tulisan sekilas tentang kafe kucing di Jogja. Silakan yang tertarik ke sana. Tipsnya kalau ga punya cukup uang, dari rumah sudah makan dulu yang kenyang, jadi pesan makanan dan minuman minimalis saja sebagai basa-basi. Meski pun untuk kafe di daerah Kuncen wajib memesan menu makan/minuman sejumlah orang yang masuk ke dalam kafe tersebut. Dan satu lagi, jangan lupa untuk mengabadikan momen-momen yang tak terlupakan di kafe-kafe itu ya…

Salam.

Diposkan pada curhat, livinginjogja, open source, pernik, tips

TIPS – Bila Tak Ada Pembantu


Ini sudah hari kedua tanpa pembantu rumah tangga, karena Bi Inem, begitu biasa dipanggil anak saya, akhirnya resign setelah hampir setahun menjadi bagian dari keluarga kami dengan mengajukan alasan diminta suaminya pulang ke kampung.
Sejak hampir 4 tahun punya anak, kami memang baru 2 kali punya pembantu rumah tangga. Susyehnye cari pembantu itu sudah rahasia umum kayaknya. Susyeh dalam artian cari yang awet itu dan ga musingin kepala tingkahnya. Tapi ini benar-benar mustahil bagi kami, pasti selalu ada masalah.
Ya, udah ga usah membahas itulah, meski pun kami tetap berharap bisa mendapatkan segera pembantu lainnya.
Tips ini seperti, mungkin, tips keluarga lainnya yang tanpa pembantu dalam hidup mereka *ssyiaah! Simak deh:
1. Harus ga malas bangun pagi sekali, telat dikit, pasti berabe ke arah belakangnya. Mana hari Senin ini istri saya upacara lagi, biasanya yang rebutan untuk berangkat dulu-duluan itu di hari Jumat, karena sama-sama ada jadwal senam.
2. Bagi tugas, tapi sebenarnya bagi tugas ini ga mutlak, yang penting saling mengisi, jangan saling menunggu (saya sih masih suka diingatkan karena sering menunggu ini), misal: istri lagi menyuci pakaian, ya kita nyuci piring dan gelas kotorlah, istri lagi masak, ya kita ngasih makan anak, istri nyiapin perlengkapan anak sekolah, ya kita mandi’in anak.
3. Memanfaatkan tetangga. Ini memang harus punya hubungan baik dengan tetangga, saya perhatikan dua hari ini halaman rumah saya yang seuprit selalu bersih dan ada bekas-bekas sapu lidi. Nah, tadi pagi saya memergoki bapak tetangga depan yang orang Nasrani, lagi nyapu’in halaman rumah saya, tentu saja sekalian dengan halaman rumahnya dia dong. Eh, tapi ini ga baik kan ya? memanfaatkan…., hahaha, habis, ya saya memang masih belum sempat nyapu-nyapu halaman lagi, internal rumah saja belum tersapu.
4. Outsourcing alias pake jasa pihak ketiga yang berbayar (tentu), ya itung-itung sebagai ganti pembantu, seperti jasa laundry. Ini istri kemarin sore sudah pergi ke laundry dengan 6 kilogram pakaian kusut siap di setrika, sekaligus survey, ternyata ada yang di dekat rumah, dan sekalian hari ini petugas laundrynya akan mulai melakukan antar-jemput pesanan, hehehe… murah habis sekitar 9 ribuan, brarti sekitar 1500 rupiah per kilo. Masalah klasik dengan laundry biasanya telat nganter dan kadang ga beres setrikaannya, jadi diantisipasi dengan mengontrak 2 tempat laundry.
5. Masak sendiri? kemarin walau ada pembantu pun kita ga rekomen untuk masak, selain buang waktu dan seringnya ga enak masakannya, juga ternyata budgetnya malah mahal. Maka  2 bulanan pake jasa outsourcing katering, murah juga oiy…, cuma 15 ribu per hari, untuk 6 hari jadi 90 ribu atau 360 ribu per bulan. Hari Ahad difokuskan variasi makanan lain, bisa beli lagi di luar atau masak sendiri, tergantung selera dan budget, hihi…
6. Penitipan anak, di awal dulu ini yang paling pusing, sempat pernah sekali-dua kali dititip tetangga, namun ternyata tetangga yang ini suka mengungkit-ngungkit “kebaikannya” dan disalahgunakan, jadi kita ga berharap akan seperti itu lagi. Alhamdulillah kedua anak kami, Ifa dan Nadifa, sudah sekolah play group semua, dan pulang sampai pukul 15/16. Jadi aman deh…
7. Lainnya? sumbang saran ya… karena rumah masih berantakan, belum disapu, belum dipel, tempat tidur masih awut-awutan, nanti sore juga masih ga kepikir mau ndulangin anak makan karena udah capek…
Pic dari sini
Diposkan pada livinginjogja, sekolah, tunarungu

Malam Amal SLB Karnnamanohara – Langkah Kecil Meraih Asa


Akhirnya, saya jadi juga membeli tiket untuk acara Malam Amal SLB (B) Karnnamanohara, tempat anak saya, Nadifa, bersekolah. Saya beli satu saja tiketnya. Sebenarnya hari Ahad, 26 Pebruari besok saya ada jadwal dinas, tapi saya pikir ini acara penting untuk saya melihat kemampuan anak-anak tuna rungu menunjukkan kemampuan mereka. Memang, kelas anak saya belum dilibatkan karena mereka masih kecil-kecil banget, masih latihan pula.

Mudah-mudahan besok saya bisa mendokumentasikan acar ini dengan baik supaya bisa di-share di empe

O, ya, sepertinya tiket untuk acara masih banyak, bagi yang berada di Jogja dan sekitarnya dan mau ikut nonton silakan beli tiketnya (kalo ga salah 20 ribu rupiah saja) di SLB B Karnnamanohara, Jln. Pandean 2 (Gg. Wulung Deresan Condong Catur Depok, Sleman), Yogyakarta.

Diposkan pada jalan jalan, livinginjogja, wisata

Serial Wisata – Pantai (Mistis) Ngobaran, Gunung Kidul



Indah sangat toh….

Sudah lama ga berwisata rame-rame ke pantai. Alhamdulillah, pada akhir tahun ini saya bisa 2 kali ke wilayah paling selatan dari Kabupaten Gunung Kidul untuk kembali menjelajahi wisata pantainya. Salah satunya Pantai Ngobaran ini. Menurut cerita dari mulut ke mulut, asal kata “Ngobaran” adalah dari Terbakar, yaitu peristiwa membakar diri seorang raja Majapahit.
Cerita lebih lanjut mengenai Pantai Ngobaran nan indah ini bisa baca di:
Diposkan pada livinginjogja, sim

(Bagian 2) Mengurus SIM Baru yang Engga Baru – (Maaf… telat keluarnya)


Pokoknya pertanyaan uji coba sebagian besar terjawab salah, nah loh… saya jadi ngeri membayangkan sebagian besar para pemakai jalan memang tidak paham peraturan lalu lintas, bagaimana angka kecelakaan bisa berkurang?


Lebih lengkap bisa baca di Bagian 1



Lalu ujian teori pun dimulai…
Ah, ternyata soalnya tidak sesulit yang saya bayangkan seperti waktu ikut tes SIM tembak dulu. Seperti, pertanyaan mengenai “wilayah plat nomor”, ternyata sudah tidak ada lagi. Sebagian besar soal bisa dijawab dengan logika, bahkan sebenarnya sudah banyak clue yang diberikan dalam pilihan-pilihan jawabannya. Total soal yang harus dijawab adalah 30 buah. Diberikan waktu selama 30 menit. Saya sendiri bisa menjawab 28 soal dan merupakan nilai tertinggi loh…hehehe, sedang istri saya bisa menjawab 22 soal. Syarat kelulusan uji teori minimal benar 20 soal.


Nah, selesai ujian teori, yang cuma lulus untuk SIM C 7 orang, lalu menunggu di lapangan untuk persiapan ujian lapangan langsung pakai motor. Pihak penguji menyediakan kendaraan, tapi juga boleh pake motor sendiri.

Sebenarnya dalam uji lapagan ini ada dua tahapan tes. Pertama di kantor polisi, kedua di jalan raya. Tapi kenyataannya cuma dilakukan tes di kantor polisi saja. Ada 5 jenis tes lapangan yang harus dilewati:

1.  Berjalan maju dan berhenti, yaitu peserta tes dari garis start melaju dengan kecepatan di atas 30 km/jam, lalu melakukan pengereman pada saat mencapai garis kuning, dan berhenti tepat dibelakang garis finish. Dinilai berhasil bila: sebelum motor melaju posisi kaki kanan menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan, kepala menoleh ke arah kanan belakang sebelum motor melaju, motor tepat berhenti di belakang garis finish, roda depan tidak mengenai garis finish atau melewatinya, kaki tidak boleh ke jalan saat melakukan pengereman dan saat melaju, setelah berhenti posisi kaki kanan tetap menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan.


2.  Berjalan ziz zag melewati patok-patok, yaitu peserta tes dari garis start melaju melewati patok-patok secara selang-seling. Dinilai berhasil bila: sebelum motor melaju posisi kaki kanan menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan, kepala menoleh ke arah kanan belakang sebelum motor melaju, tidak ada patok yang tersenggol apalagi tumbang/rebah, kaki tidak turun ke jalan saat melaju, setelah berhenti posisi kaki kanan tetap menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan.


3.  Berhenti mendadak, yaitu peserta tes dari garis start melaju dengan kecepatan di atas 30 km/jam, lalu melakukan pengereman mendadak pada saat mencapai garis kuning, dan segera melepaskan rem dan membiarkan motor melaju dengan kecepatan pasif tanpa boleh menambah gas/kecepatan, lalu mengikuti arah yang ditunjuk oleh petugas (bisa berbelok menyerong ke kiri atau kanan, seenaknya petugas sih, jadi mata harus fokus ke petugas) melewati garis finish, berhenti tepat di belakang garis finish. Dinilai berhasil bila: sebelum motor melaju posisi kaki kanan menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan, kepala menoleh ke arah kanan belakang sebelum motor melaju, melakukan pengereman mendadak (bila perlu sampai berbunyi gesekan ban-nya, hehe…), setelah mengerem mendadak langsung melepaskan tuas rem, tidak melakukan gas tambahan sampai motor melewati garis finish, mengikuti arah yang ditunjuk petugas, roda belakang melewati garis finish atau berada setelahnya, kaki tidak turun ke jalan saat melakukan pengereman dan saat melaju, setelah berhenti posisi kaki kanan tetap menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan.


4.  Membuat angka delapan, yaitu peserta tes dari garis start melaju menyusuri jalur jalan angka 8 yang ada sampai garis finish. Dinilai berhasil bila: sebelum motor melaju posisi kaki kanan menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan, kepala menoleh ke arah kanan belakang sebelum motor melaju, mengikuti jalur angka 8 dan tidak melewati atau menyenggol garis tepinya, kaki tidak turun ke jalan saat melaju, setelah berhenti posisi kaki kanan tetap menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan.


5.  Berbelok membentuk huruf U, yaitu peserta tes dari garis start melaju ke depan lalu pada garis yang ditentukan berbelok arah membentuk huruf U dan melaju lurus sampai garis finish. Dinilai berhasil bila: sebelum motor melaju posisi kaki kanan menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan, kepala menoleh ke arah kanan belakang sebelum motor melaju, melakukan belokan U, kaki tidak turun ke jalan saat melaju dan berbelok, setelah berhenti posisi kaki kanan tetap menjejak di foot step dan kaki kiri menjejak ke jalan.


Gimana? gampang kan? hehe… berdasarkan pengamatan dan banyaknya kegagalan peserta, adalah tes angka 8, zig zag, dan pengereman mendadak. Biasanya untuk angka 8 dan zig zag peserta oleng motornya dan akhirnya kaki turun ke tanah, sedang tes pengereman mendadak paling sering kurang kecepatan di awal start sehingga pada saat rem dilepas, motor sangat berkurang kecepatannya untuk mencapai garis finish. Tips untuk tes pengereman mendadak ini, berikan kecepatan yang sedang namun konstan, lalu saat melakukan pengereman jangan terlalu menekan tuas rem, lepaskan segera tuas, mata fokus ke tangan petugas untuk melihat ke arah mana motor harus berbelok. Sedang untuk zig zag dan angka delapan ya harus sering latihan keseimbangan, hehe….

Akhirnya cuma 2 orang yang lulus, saya dan seorang cewek imut. Sedang istri saya gagal di tes angka 8. Namun istri saya mengulang 1 minggu kemudian dan berhasil, setelah latihan keras di lapangan kantornya serta membawa motor matiknya sendiri yang ternyata lebih gampang diatur, hehe….

Bila kita gagal tes, maka uang bisa diambil kembali untuk dipake buat mengulang 1 minggu berikutnya.

Kesimpulannya: tes SIM secara benar itu adalah mudah asal ada kemauan

Diposkan pada livinginjogja, sim

(Bagian 1) Mengurus SIM Baru yang Engga Baru


Saya termasuk males berhubungan dengan yang namanya polisi, meski pun dari keluarga besar saya ada yang jadi polisi. Termasuk juga ketika harus mengurus surat izin mengemudi.

Jadi selama sekitar 7 tahun saya tidak punya surat resmi mengemudi sejak SIM tembakan di Pekanbaru dulu habis masa berlakunya. Eh, akhirnya malah istri saya juga ikut ketularan, SIM yang sudah mati dibiarkan terus. Dulu dia tembak di Kebumen. Jadi rada repot harus mengurus perpanjangannya, akhirnya dibiarkan terbengkalai dan sudah lewat masa tenggang.

Saya klo engga ada sesuatu yang memotivasi untuk membuat SIM baru, engga akan tergerak, mesti pernah ditilang berulang kali, masih saya anggap wajar, apalagi cuma bayar 20 ribu karena ga ada SIM. Apalagi saya sudah hapal titik rawan operasi pencegatan polisi untuk menilang pengemudi kendaraan bermotor roda dua. Ditambah lagi saya udah hapal jalan-jalan tikus untuk menghindari tilang tersebut. Eh, ternyata polisi memang lebih pintar. Mungkin karena tangkapan bulanannya semakin berkurang secara semakin banyak yang hapal daerah tilangan, akhirnya mereka sering mengubah-ngubah lokasi cegatan di tempat yang baru dan ga terduga oleh pengendara. Akhirnya saya tobat setelah kena tilang di bawah jembatan layang Janti yang memang ga bisa menghindar sama sekali. Wah…. ternyata harga tebusan tilangnya udah naik jadi 50 ribu! Kuapok deh klo gini, mana ternyata polisi itu beberapa bulan lalu itu kok ya saya perhatikan setiap hari ada cegatan, saya lolos beberapa kali, akhirnya sepandai-pandai Dodo melompat akhirnya ketilang juga, hahaha…

Ya, udah deh…, habis sampai kantor setelah ketilang itu saya langsung hubungi istri, ngajak besoknya untuk ke Polres Sleman untuk membuat SIM baru. Saya cemas juga sebenarnya, mana ga ada persiapan belajar tentang lalu lintas. Udahlah, kata istri saya, dicoba saja dulu… akhirnya OK, kita mantap untuk mencoba jalur resmi.

Jadilah hari Sabtu kami datang pagi-pagi ke Polres Sleman di Jl. Magelang sana. Sampai di sana saya dan istri ngisi formulir pendaftaran pembuatan SIM baru. Ditanya sih sama petugasnya: “pernah punya SIM sebelumnya ga?” Saya berbohong aja, ga punya kata saya (ya nyatanya memang ga pernah punya yang legal kan…). Lalu kita bayar diloket sebesar 100 ribu rupiah. Untunglah klo di Polres Sleman surat keterangan sehat dari kantor saya bisa berlaku. Jadi ga nambah biaya lagi.

Lalu kita menunggu di depan ruang tes tertulis, ternyata sudah ada gelombang pertama yang tes. Jadi menunggu sekitar 45 menit. Bosan menunggu akhirnya dipanggil juga, klo ga salah ada sekitar 20 orang yang ikut. Sebelum tes tertulis dimulai ada pemaparan dari seorang bos polantas tentang peraturan lalu lintas dan sedikit tentang gambaran soal yang akan dites nanti.

Lucu juga sebenarnya. Ternyata meski kita sudah lama mengendarai kendaraan bermotor, tidak menjamin kita tahu peraturan lalu lintas yang benar. Saya hampir tertawa ngakak ketika seorang bapak dengan suara yang PD menjawab pertanyaan polisi tersebut tentang sebuah rambu yang ternyata jawabannya salah, dan polisi itu menanyakan sudah berapa lama dia berkendaraan, ternyata sudah lama banget. Pokoknya pertanyaan uji coba sebagian besar terjawab salah, nah loh… saya jadi ngeri membayangkan sebagian besar para pemakai jalan memang tidak paham peraturan lalu lintas, bagaimana angka kecelakaan bisa berkurang?

bersambung…
pic dari sini

Diposkan pada curhat, livinginjogja

Hari lelah nan menyenangkan…


Berbeda dengan hari kemarin, full seharian di rumah, menjaga Nadifa yang sedang sakit. Hari ini saya merasa sangat lelah, namun sungguh menyenangkan hari ini. Pagi-pagi jam 06, sudah rapat di RS dengan para pengurus yayasan yang sudah pada sepuh itu :-). Maklum direktur saya sedang umroh, jadi saya didaulat secara dadakan oleh rekan untuk mewakili beliau. Dasar saya yang sedang menyimpan banyak hal untuk disampaikan, maka, tadi pagi saya “muntahkan” itu semua dalam forum yang sangat berharga itu.

Habis rapat selama 2 jam, saya mengisi mentoring karyawan di masjid. Secara saya ga persiapan malamnya dan judul materinya juga baru saja di-sms sama sekretaris saat rapat tadi, akhirnya ya begitu deh, isinya pengajian plus guyon, hahaha, apalagi pesertanya ibu-ibu, dari yang muda sampai yang sudah rada berumur.

Habis mentoring, saya rapat direksi dengan rekan sesama wadir mengenai hasil rapat pengurus. Sebelum rapat dengan rekan tersebut ada telpon dari salah satu dedengkot pengurus, Ustadz Sunardi Syahuri. Beliau mengajak ke PemKab untuk ketemu Pjs. Sekda. Bapak Sunartono, mantan Ka.Din.Kes Sleman, untuk nembusin alias ngelobi kerjasama dengan suatu institusi asuransi yang rada mbulet urusannya. Syukurlah bisa lancar, meski sempat rada alot 🙂

Habis dari PemKab, Pak Nardi ngajak makan di Sate Goreng Kronggahan yang terkenal dan murah itu. Sudah lama ga ke sana. Pak Nardi sendiri pun sampai lupa posisi pasti warung sate itu. Alhamdulillah, perut kenyang setelah pagi tadi cuma sarapan energen di rumah, bubur sumsum saat rapat pengurus, dan nasi kucing porsi agak jumbo sebelum rapat direksi. Makasih Pak Nardi, ga menolak klo lain kali ditraktir lagi, hahaha….

Habis makan, saya minta di-drop di GMC, tempat kerja saya yang kedua, sedang motor masih saya titipkan di rumah Pak Nardi, yang rencananya saya ambil setelah pulang dari praktik di GMC. Mudah-mudahan masih ada Trans Jogja ke arah balai kota sana.

* Ngempi di sela-sela praktik dengan mata yang merah, habis ini mungkin balas dendam tidur, klo ga keburu ada “urusan” dengan istri :-b

Diposkan pada curhat, kontemplasi, livinginjogja, pernik

Penting bagi saya: alasan malas ngempi


Tulisan ini menyambung QN saya sebelumnya, mengapa saya mulai kehilangan hasrat ngempi, bahkan hanya untuk sekedar posting comment, jadi mohon maaf klo yang muncul cuma HS saya :-b

Pertama. Saya akui, memang saya punya kebiasaan sangat jelek, super autis (bukan istilah yang tepat memang). Saya ga bisa lepas dari laptop atau komputer. Di kantor selalu berhadapan dengan komputer, bukan apa-apa sih, ya sekedar buat ngempi dan membaca posting teman-teman. Meski kadang saya berusaha untuk multitasking sebagaimana beberapa yang orang lakukan, mata ke monitor, sambil ngempi, baca berita, buat catatan rapat, buka milis, dan sebagainya, sedang telinga berusaha mendengar. Saya sadari kadang saya hilang konsentrasi dan menggangu konsentrasi teman-teman dunia nyata, hehe… Jangan dikata klo rapat, meskipun saya memimpin rapat, laptop jarang sekali ga saya buka. Peduli amat, daripada ngantuk karena habis jaga malam, ngempi jadi “kopi” pengusir kantuk bagi saya. Nah, sejak jadi orang nomor 2 di tempat kerja primer saya, saya khawatir kebiasaan jelek saya itu menjadi contoh buruk bagi teman dan anak buah. Meski saya sebenarnya sudah lama menjalankan kebiasaan buruk itu.

Kedua. Sebagian besar tebakan teman-teman MPer benar! saya dan keluarga sudah bersatu lagi, alhamdulillahalhamdulillah… 🙂 Memang ini yang paling membahagiakan saya. 2 tahun sudah terpisah di antara 2 tempat, Jogja dan Jakarta, bahkan setahun terakhir terpisah antara 3 tempat, Jogja, Gombong, Jakarta. Sejak hari Ahad kemarin istri dan anak kedua saya sudah mendarat di Jogja, sementara saya masih di Jakarta mengawal evakuasi barang-barang istri yang dititipkan ke rumah mertua di Gombong, karena memang ga muat klo harus ditaruh langsung ke rumah di Jogja. Barangnya sudah 1/2 truk. Saya sempat menilik anak pertama saya, Ifa, saat Senin dini hari sampai di Gombong, namun sorenya harus cabut ke Jogja karena saya membawa logistik berupa baju-baju istri dan anak saya yang kedua, Nadifa. Jadi memang Ifa belum bisa ikut ke Jogja, menunggu kami mendapatkan asisten untuk membantu mengasuh anak-anak ketika kami berangkat kerja. Mudah-mudah Ifa bisa segera ke Jogja dalam minggu ini atau minggu depannya.

Entahlah, sampai kapan euforia ini. Saya harus menata ulang semua jadwal saya. Sangat bahagia sekaligus harus sedikit lebih repot karena selama ini sudah terbiasa jomblo temporer, ga pulang 2-3 hari ke rumah pun OK saja, hehe… Untunglah mulai bulan depan saya sudah tidak dapat jatah dinas malam. Itu akan sangat membantu menjaga stamina saya dan memperbanyak waktu kebersamaan saya dengan keluarga, menemani mereka tidur di malam hari. Inilah saat saya masih harus menikmati rasa yang sangat-sangat membahagiakan ini. Yang entah kapan makhluk itu (LDR/LDL) akan merenggutnya lagi, mudah-mudahan tidak!

Pic dari sini

Diposkan pada dokter, jogja under cover, livinginjogja, penyakit, salahkaprah

Jogja Under Cover III: Pentingnya pendidikan seksual yang benar



Pic dari sini


Banyaknya kasus penderita penyakit seksual dan kehamilan yang tak diinginkan oleh ABG dari usia sangat muda sampai tingkat mahasiswa, menjadikan aku begitu yakin akan pentingnya pendidikan seksual yang benar sejak anak-anak masih usia dini. Bahkan seharusnya kurikulum pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi sudah sangat mendesak diberlakukan di sekolah-sekolah. Kebanyakan bagi pelaku seks bebas/multipartner dan mereka yang ga begitu ngeh dengan perilaku berisiko lainnya terkesan sekali mereka tidak mengerti arti kesehatan reproduksi dan risiko-risiko berbahaya yang harus mereka terima.

Pengalamanku sendiri dan rekan sejawat di kantor terhadap kasus-kasus tersebut lumayan menggiriskan hati. Berikut aku akumulasikan saja beberapa kasusnya, beberapa sudah pernah aku tulis lengkap dan sering aku catatkan di status, waktu FB/fesbuk-ku masih hidup.

Misalnya, keperawanan hilang dari seorang mahasiswi karena  coba-coba dengan pacarnya, ngakunya sih cuma 1 kali saja melakukan hubungan seksual. Terus periksa untuk mengetahui apakah masih perawan atau tidak (aneh kan…), dan hamil atau tidak.

Lalu, seorang mahasiswa yang datang karena menderita sakit kelamin yaitu kencing nanah (uretritis gonorrhea) karena berhubungan seks dengan pacarnya (ngakunya pake pengaman dan pacarnya setia alias ga berhubungan dengan orang lain, bullshit! Siapa yang percaya dengan omongan orang suka ngeseks bebas?!) lalu setelah sembuh 8 bulan kemudian menderita kutil kelamin (condyloma acuminata) dan sudah di”bakar” (kauterisasi) di RS, lalu terkena jamur kulit (tinea cruris) di sekitar alat kelaminnya.

Lalu, yang miris, seorang mahasiswi muda, hamil 5 bulan, yang berencana mau menggugurkan kandungannya, dan mau ditinggalin sama pacarnya, ortunya juga belum tahu kalau dia hamil, duh…

Lalu, pasangan muda (belum nikah) datang periksa, eh, ga tahu klo si cewek hamil 7 bulan, lantas perut yang buncit itu selama itu dianggap apa?!

Lalu, seorang ABG perempuan bau kencur masih 12 tahun, hamil 3 bulan, datang dengan pacar (ternyata adik kelasnya) dan ortunya, meminta surat keterangan hamil untuk menikah di pengadilan agama, karena KUA tidak berani menikahkan karena masih di bawah umur.

Lalu, pasangan muda, pegawai cafe dugem yang cukup terkenal di Jogja, datang mengeluhkan karena masalah sakit kelamin juga, ditanya kapan nikahnya, malah cekikikan dan mengarang cerita bohong (dikira kita ga ngerti kalau mereka bohong apa?!)

Lalu, seorang mahasiswa yang mengaku gay, periksa dengan keluhan sakit juga pada kelaminnya yang ada “dua” itu, karena kadang dia jadi cowok, kadang jadi “cewek”. Ada juga mahasiswa lain yang main ke salah satu tempat lokalisasi terkenal di Jogja, kena sakit kelamin juga, ada juga mahasiswa  yang lain merasa ketakutan secara ada keluhan di sekitar mulutnya . Dia baru dikerja’in oleh seorang waria untuk melakukan kegiatan oral dan dibayar loh…

Lalu, seperti QN-ku barusan, seorang calon ibu muda 17 tahun yang MBA (married by accident), datang dengan pasangan yang imut-imut dan ibu kandungnya yang menurutku juga “gaul” (sama degan anaknya pake cat rambut pirang sebagian), dengan keluhan perut terasa kencang-kencang, padahal usia kehamilannya baru sekitar 8 bulan, ternyata dipake buat berhubungan seks dengan suami mudanya itu (padahal sebenarnya sebagian besar juga ga mengalami apa-apa bila berhubungan seks waktu hamil, entahlah…)

Lalu seorang mahasiswi cantik kayak artis, putih, imut, mungil, kalem, (sampai aku terkagum-kagum) mau periksa apakah dia hamil atau tidak, ternyata hamil, langsung cemberut dan cemas, dan ga pernah datang lagi… malu apa ya…

Lalu yang lucu, seorang mahasiswa, datang dengan kelamin lecet-lecet sampai berdarah, ternyata melakukan masturbasi secara serampangan, entahlah ga tau cara persisnya, ga aku gali lebih dalam.

Lalu, kasus yang paling gres, sampai keluar di koran lokal setengah nasional, tentang kasus pengguguran yang terjadi di toilet sebuah RS tetangga RS tempat aku kerja, oleh seorang perempuan masih SMP. Bukan pihak RS yang menggugurkan tetapi si pacar yang sebelumnya sudah memberikan ramuan-ramuan untuk menggugurkan janin tersebut.

Lalu, lalu…lalu… puluhan kasus lainnya… yang kalo mau diceritakan semua, bisa bosan dan muak membacanya. 🙂

Referensi sebelumnya:

Mahasiswi oh mahasiswi…Jogja Undercover versiku, bagian I

Jogja Undercover versiku, bagian II: Apakah harus EGP?

KHUSUS DEWASA: Seks liar itu nikmat, taaapiii…

Diposkan pada jalan jalan, kesehatan, kontemplasi, livinginjogja

Belanja cerdas dan sehat, perlukah?


Kurang dari seminggu yang lalu, anak pertama nginap di rumahku. Di suatu hari aku ajak dia main ke Indogrosir yang cuma 1 kiloan meter dari rumah. Yah, sekadar ngajak jalan-jalan nyoba arena bermain anak yang masih baru dan rencana beli-beli baju dan makanan buat dia. Ternyata Ifa, anakku itu, benar-benar sudah didoktrin baik sekali oleh mbah dan budenya, supaya jadi anak yang manis, ga royal klo diajak jalan-jalan. Alhasil ketika belanja makanan dia cuma milih (itu pun ditawarin) nata de coco dan semacam roti kenyal mini mirip permen berbentuk pizza. Habisnya klo ga salah cuma 4 ribuan rupiah.

Bukan itu yang mau aku bicarakan. Tapi adalah hal yang membuat aku rada senewen  bin heran karena mengantri cukup lama di kasir, gara-gara di depan kami sudah ngetem seorang ibu dengan belanjaan seabrek-abrek. Ga masalah sih sebenarnya klo mau belanja sebanyak apa pun yang dia mau. Cuma yang menarik perhatianku, itu ibu belanjanya cuma snack-snack instan model chitato dan sebangsanya. Beberapa kali sebenarnya aku amati cukup banyak konsumen di swalayan besar yang belanjaannya model begitu.

Tapi yang ini aku perhatikan, lumayan luar bisa. 2 kerangang dorong (troli) penuh dengan berbagai macam snack seperti itu saja. Aku kira dia pedagang, tapi aku ga yakin secara klo pedagang kan belinya kardusan dan hanya beberapa jenis saja. Tapi ini…? mungkin puluhan jenis merek dengan beberapa bungkus saja per item mereknya… Mungkin itu cemilan buat 1/2 tahun kali yah, atau mungkin cuma 1 minggu saja, entahlah…

Yang aku heran, mengapa dia hanya memilih makanan seperti itu yang sebenarnya tidak sehat kalau dikonsumsi dalam jumlah berlebih, ya dasar orang kaya, ga mikir dampaknya yang penting enaknya aja kali… Mana aku perhatikan secara fisik ibu itu juga hancur-hancuran, memang sih rada menor tapi malah hancur gitu penampilannya, kulit udah jelek, muka udah keliatan jauh lebih tua, apa kebanyakan makannya cuma kayak-kayak gitu aja kali ya…

Tahu ga berapa habisnya duit buat 2 troli snack-snack itu? hampir 800 ribu rupiah!!

Pic dari sini