Diposkan pada kesehatan, livinginjogja, olahraga

Gairahkan hidup dengan olahraga


Pagi ini aku berkesempatan ikut senam aerobik massal di kantor keduaku, GMC Health Center, di Sekip L3, Di Komplek Kampus UGM, Yogyakarta. Senam ini sebenarnya rutin diadakan setiap hari Sabtu pagi pukul 07.00-08.00. Asyik ternyata senamnya, yang ini make irama dan gerakan tango salsa. Wuih, pesertanya sampe meluber ke luar pekarangan kantor.

Habis senam sebenarnya aku pengen langsung ke hall fitness, tapi ternyata udah dibooking oleh cewek-cewek, ya udah aku tunggu aja sampai pukul 9, sambil makan sop ceker dan minum jus mangga di salah warung favoritku di kawasan Sendowo.

Lalu kembali ke ruangan fitness kantor, ternyata udah rame anak-anak cowok di sana, langsung aja aku ambil posisi di Electric Treadmill, buat jalan cepat dan jogging. Bisa dapat 1 kilometer-lah, secara alatnya error terus, mati mendadak, mungkin sering diperkosa ama mereka yang bobotnya kayak karung beras  Selanjutnya ambil posisi di Air Walker, ya, berlari melayang di udara gitu, tapi aku dari dulu belum mahir pake alat ini, kepeleset melulu, ngeri… Habis itu bergeser ke Fly Machine buat membentuk body, lumayan… latihan kaki, lengan, dan dada. OK, terakhir pake Exercise Bike, itu loh, ngayuh sepeda tapi sepedanya ga kemana-mana. Tapi karena ada monitor kita bisa menghitung berapa lama, berapa jarak tempuh, berapa denyut jantung, berapa kecepatan kayuhan pedal, dan berapa kalori telah dihabiskan. Alhamdulillah, dalam waktu 15 menit aku bisa menempuh jarak 10 kilometer dengan gear/gigi nomor 1 (paling enteng tapi cepat), kecepatan kayuhan dipertahankan 90-100 kali per menit atau sekitar 30-40 kilometer per jam, dan yang penting bisa habis membakar kalori 200 lebih dan bermandi keringat.
Lumayan untuk hari ini, aku perkirakan sudah membakar 500 kalori lebih  dan badan terasa segar sekali!

Kalo mau lihat tempat fitnessnya bisa di sini

Diposkan pada kesehatan, livinginjogja, olahraga

Usaha membakar lemak



Ini merupakan gerakan isolasi untuk otot dada.
Tujuan latihan: untuk mengembangkan ukuran dan definisi otot dada tengah.
Fly machine bukan merupakan pilihan yang baik untuk mengembangkan masa otot dada, tetapi sangat berguna untuk menciptakan definisi otot dada.

Alhamdulillah bisa (memulai komitmen) berolahraga lagi, meski jenis olahraga yang ini bukan selera utamaku (ga banyak paham tentang fitness, walau dulu pernah ikut 6 bulanan waktu masih mahasiswa). Karena manajemen waktu masih berantakan, yah… apa yang ada dimanfaatin dan dijalani dulu, yang penting usahanya bisa langgeng.

Ceritanya, kemarin sebelum berangkat kerja udah niat mau manfaatin fasilitas fitness di tempat kerja, jadi nyomot kaos seadanya buat ganti. Target tercapai. Selesai sholat isya dan jam kantor tutup pukul 20.00. Minta izin ke security buat menggunakan ruang fitness.

Lumayan bisa menyegarkan badan 1 jam. Gejala flu langsung hilang. Cukuplah untuk awalan, badan jadi segar dan otot rada kencang kembali, perutnya yang masih kendor, hehe… Apalagi sampai rumah mandi air hangat trus minum susu, mmhhh, berharap nyenyak tidur malam… (loh, bentar ya, dipublish dulu nih…)

Mudah-mudah usaha (kembali) untuk olah raga bisa konsisten minimal 3 kali seminggu 1-2 jam setiap kalinya.

Diposkan pada livinginjogja, pernik

Mengungsi ke Jakarta dan hadiah dari Merapi


Kamis sore aku berangkat “mengungsi” ke Jakarta, acara rutin melihat istri dan anak kedua di sana. Eh, sampai di Jakarta ternyata Merapi mengamuk lagi, beritanya aku ketahui dari TV. Jadinya pas nyampe ke Jogja subuh tadi, terlihat pemandangan kota Jogja dan Sleman Utara yang sangat kontras. Sampai rumah, bukannya mandi dulu, tapi memandikan rumah yang sudah terlebih dahulu bermandikan “salju” vulkanik 🙂

Diposkan pada curhat, dokter, livinginjogja

Beruntunglah yang tidak mudik! :-)


Sebenarnya tahun ini aku berencana tetap “mudik”, tapi cuma ke kampung istri yang jaraknya 3 jam perjalanan berkendaraan, itu pun cuma 3 hari, dari lebaran kedua sampai hari Senin. Lebaran pertama aku masih ada jam dinas siang di RS. Meskipun aku salah satu pejabat (hehe…) di RS, ga enak aja klo mau libur seenaknya, karena aslinya juga aku udah banyak libur kok terutama kalau kunjungan rutin ke Jakarta menjenguk anak istri, selain itu dalam rangka monitoring kegiatan pelayanan, karena sering hari libur besar terjadi banyak masalah.

Nah, kapan mudik ke kampungku sendiri di Pekanbaru, Riau sana? wallalahu a’lam, entahlah… sudah 5 tahun aku ga pulang ke kampung halaman sendiri. Sebenarnya itu bukan rekor terlama aku ga pulang ke kampung halaman, semasa kuliah dulu 6 tahun aku ga pulang kampung. Sebenarnya bingung juga mendefinisikan kampung halaman, wong leluhurku keturunan Jogja juga, sehingga malam takbiran dan sholat Idul Fitri aku berencana di pantai Parangtritis/Parangkusumo (kangen berat dengan suasana ini…), ya, itung-itung mungkin itu alasan masih ada dinas di hari pertama lebaran, biar semua dibagi ratalah, mbah putri yang hidup sendiri bisa dikunjungi, mertua bisa dikunjungi. Nah, kapan giliran ortuku di sana? rencananya kami akan mengambil cuti bareng, mungkin dalam waktu 2-3 bulan ke depan, syukur-syukur kalau bisa tepat Idul Adha/lebaran kurban. Secara kami sekeluarga belum pernah bertemu ortuku di Pekanbaru, Riau, selama 5 tahun ini. Beruntung Mama-ku yang sempat menjenguk cucunya saat istri masih mukim di Bogor, itu pun karena “kecelakaan” 🙂

Profesiku sebagai dokter di RS sangat menyulitkan untuk mencari waktu libur yang pas. Sama saja kayak profesi lain yang benar-benar harus jadi tumbal saat liburan besar seperti polisi, perawat, bidan, dan berbagai profesi lain yang harus senantiasa siap walau pun itu waktu liburan bagi orang pada umumnya. Hahaha, kapan ya aku pensiun jadi dokter… :-b

Pic dari sini

Diposkan pada curhat, hobby, livinginjogja, pernik, tanaman

Kejutan, buah semangka di teras rumah nongol juga!


Kira-kira 1 bulan ini di teras depan rumahku, tepatnya di calon taman yang ga jadi-jadi diberesin, nongol tunas daun yang mirip semangka, aku juga diberi tahu oleh tetangga depan kalo itu pohon semangka.

Hahaha, secara tamannya memang ga jadi-jadi dan ga sempat ngurusin dan nyiram, eh, tetangga depan aku perhatikan sepertinya rajin nyiramin pokok semangka itu, kelihatan setiap sore tanahnya basah oleh air, ya cuma pohon semangka itu yang disiram…

Ditambah lagi dengan beberapa hari terakhir ini sering hujan di malam hari dan paginya matahari bersinar cerah, jadinya pohon semangka tersebut lebih giat tumbuhnya.

Akhirnya kalo ga salah ingat, 3 hari yang lalu saat mau berangkat kerja, aku perhatikan udah nongol 1 biji semangka mungil, selain masih banyak calon semangka yang masih berwujud bunga.

Aku memang sering asal buang biji tanaman dari semangka, pepaya, kelenglengkeng, jambu biji, alpukat, dll, di sembarang tempat, tanah kosong di sekitar rumahku. Dulu pernah tumbuh jambu bijinya, tapi dibersihkan sama tetangga, katanya nanti malah jadi bahan rebutan anak-anak kampung kalo udah berbuah. Ya, repot juga sih, rumahku kan belum dibuatin pagar sampai sekarang dan mungkin juga tidak akan dipagar sampai nanti.

Selain semangka, yang sudah sempat kami nikmati adalah beberapa tanaman sayuran yang aku tanam dan tumbuh sendiri yaitu sayur daun katu, enak banget kalau dilodeh gitu deh…, trus ada juga daun bayam yang tumbuh subur, saking suburnya waktu itu penuh halaman depan dengan tanaman bayam berdaun lebar-lebar, sampai ibu-ibu tetangga pada “iri” dan sering minta buat disayur atau dibuat kerupuk bayam. Dan, hmmm…tentu saja aku sangat berterimakasih, karena kan aku ga bisa manfaatin semuanya, dan enaknya lagi aku juga diberi kerupuk bayam yang lezat satu kaleng penuh, hehehe…

Memang sih ada cita-cita dari dulu buat kebun tanaman sayur dan buah kecil-kecilan selain tanaman bunga yang cantik-cantik tentunya. Tapi nunggu istri dan anak kembali ke pangkuanku aja deh…

Diposkan pada curhat, livinginjogja

Ceritaku 1 minggu ini (28 Juli-4 Agustus)


Bismillah, rekan MPers yang berbahagia, ini aku mau update lagi (dengan tertatih-tatih…hiks..)

(Yah, daripada ga update-update MP-ku ini, jadinya dikompilasi aja ya untuk 1 minggu sekaligus, hahaha…so mohon maaf kalau rada panjang jurnalnya)

Di mulai dari Rabu pekan kemarin, istriku mendadak harus pulang ke Jogja, karena ada acara wawancara di Gedung Kepatihan, Malioboro, terkait dengan proses usulan mutasinya. Padahal Rabu malam itu aku dinas di RS, jadilah aku nongkrongin di RS lebih awal sambil nunggu landing. Sayang sekali terjadi delay penerbangan selama 2 jam, sehingga baru sampai Adi Sucipto 1/2 9 lebih. Syukurnya rekan sejawat yang dinas siang mau overtime dikit, karena aku harus jemput istri dan anak bungsu (Nadif) dan ngantar ke rumah.

Kamis pagi aku langsung cabut ke rumah, ganti’in istri momongin Nadif. Rencana wawancara menurut surat dimulai jam 9 pagi, tapi Nadif lagi rewel dan butuh ibunya, jadi istri baru bisa cabut ke Kepatihan jam 11 lebih. Wah ternyata acaranya belum dimulai. Ya, maklum aja sih, birokrat kan sukanya molor…udah apal deh…

Kamis itu termasuk hari repot, secara aku siangnya harus dinas di klinik, dan acara istri belum kelar juga. Akhirnya aku bawa Nadif ke kantor. Tetangga sih udah nawarin mau momongin, tapi aku bilang pasti nanti repot secara Nadif cuma terbiasa sama ibu dan bapaknya saja, selain para pengasuh di TPA kantor istri. Udah pengalaman di Jakarta kemarin, ditinggal sama budenya aja, malah kasihan nangis terus… Dan di kantor terbukti juga, staf, perawat, dan sejawat lain yang coba momongin Nadif nyerah, ya sudah, akhirnya bapaknya yang turun tangan, sekitar 2 jam momong, akhirnya Nadif bisa tidur pulas 3 jam.

Alhamdulillah wawancara istri selesai 1 hari, walaupun sampai sore, karena di surat disebutkan range waktu wawancara adalah 3 hari, ternyata selesai 1 hari saja (tepatnya 1/2 hari). Tinggal nunggu hasilnya saja. Biar kami bisa bersatu kembali (hiks…)

Hari Jumat rencana aku berangkat kemping sampai hari Ahad sore ke wilayah Imogiri, Bantul. Semua perlengkapan sudah OK, seperti: backpack, headlamp, sleeping bag, matras, ponco, topi rimba, sepatu kats baru yang udah dijahit+kaos kaki, water pack, celana renang untuk pengganti underwear saat heking jarak jauh biar selangkangan ga lecet, baju-celana ganti, dan kudapan berenergi.

Sayang sekali, walaupun persiapan udah OK, sejawat pengganti untuk hari Jumat juga sudah didapat, ternyata Kamis siang waktu aku akan membawa Nadif ke kantor, pergelangan kaki kananku terkilir karena terperosok lubang yang cukup dalam di seputaran Monumen Jogja Kembali (Monjali), untung saja Nadif tidak terlempar atau terjatuh ke tanah. Sakitnya baru terasa saat mau pulang ke rumah, dan sampai sekarang pun masih sakit sebenarnya, namanya juga cedera cukup berat ya memang rada lama sembuh sempurna, apalagi aku malas minum obat rutin, hahaha…

Jadilah acara kempingnya batal. Ada hikmahnya juga, aku bisa di rumah sama istri dan anak, walaupun ternyata Jumat itu ada masalah dadakan lainnya. Ditelpon dari kampus ada masalah dengan syarat maju ujian proposal hari Rabu ini. Wah, untung aja ga berangkat. Dan untung paginya aku udah lari ke apotik buat beli perban elastis untuk fiksasi sendiku yang terkilir. Dan malam sebelum pulang dari kantor udah order obat antinyeri, dah aku minum dengan dosis 2 kali dari biasanya. Karena sudah bertekad untuk tidak mundur ujian lagi, jadi aku hunting ke mana-mana hari Jumat itu, ke bank, ke rektorat (sempat dipingpong ke sana kemari), dan ke fakultas. Syukur bisa selesai walaupun masih ngegantung karena nunggu kepastian hari Seninnya.

Hari Sabtu termasuk hari yang OK, libur full, beli tiket buat istri kembali ke Jakarta , bersih-bersih rumah untuk menyambut kedatangan bapak mertua, kakak dan adik ipar, dan anak sulungku, Ifa, dari Gombong, Kebumen. Selepas magrib cabut ke House of Raminten, istriku pengen nyoba suasana di sana. Rasa terkilir kaki sedikit terlupakan. Tengah malam barulah rombongan dari Kebumen nyampe rumah.

Hari Ahad pagi nganterin istri dan Nadif ke stasiun Tugu untuk kembali ke Jakarta. Malamnya ke House of Raminten, hahaha…
Sayangnya kesan kali ini ga OK di bapak mertua dan ipar. Dari mulai tempat parkirnya yang ga OK, suasananya yang ternyata ga cocok, makanannya yang ga enak. Padahal pas aku dan istri yang makan kebetulan pesan yang enak kali ya…hehehe…
Malamnya adik iparku kembali duluan ke Kebumen karena besoknya masuk kerja, sedang kakak ipar tetap tinggal karena memang ada acara pendampingan mahasiswanya ke Solo. Dan bapak mertuaku juga tetap tinggal, karena momong Ifa saat aku dan kakak iparku ga ada di rumah.

Hari Senin aku konfirm ke fakultas untuk kepastian jadwal ujianku, alhamdulillah ternyata OK, tidak ada masalah. Selanjutnya aku rapat rutin di RS, siangnya pulang awal dengan alasan mau mendaftarkan anak sulungku, Ifa ke play group, untuk 4 hari saja, karena Sabtu besok mereka sudah kembali ke Kebumen. Sayang, play groupnya udah tutup, ternyata cuma sampai jam 11 siang. Tapi ga papa, masih ada hari Selasa. Jadinya sore itu aku ajak Ifa berenang ke Tirtasari, Jl. Kaliurang KM 9. Waduh, kok sekarang ga terurus ya tempat berenang ini? mana pancurannya udah ga ada lagi. Kolam anaknya cuma tinggal 1 lagi. Ya udah ga papa lagi deh, dah terlanjur, akhirnya kami nyebur selama 1 1/2 jam.

Hari Selasa pagi aku anterin metua dan Ifa ke play group yang ditarget hari Senin kemarin. OK kayaknya, Ifa langsung masuk hari itu. Play group ini dekat dari rumahku, sekitar 100 meter saja. Dan sebenarnya play group ini untuk anak berkebutuhan khusus seperti sekolah luar biasa gitu, tapi waktu aku tanya-tanya ternyata ada anak normalnya juga, ya jadi aku OK aja. Sepertinya Ifa senang sekali sekolah di situ, hehehe… Selanjutnya aku cabut ke RS untuk rapat lagi sampai siang.

Rabu pagi ini aku disidang di fakultas, dalam rangka presentasi usulan penelitianku untuk tesis yang sudah sangat lama tertunda. Syukurlah semua berjalan dengan lancar. Aku ga ngira sebelumnya kalau yang nguji adalah para pejabat: profesor di bagian anatomi, kepala dinkes, dekan fakultas kedokteran swasta terkenal. Untung udah kenal sebagian, jadi ga grogilah, hehehe, prinsipnya mengalah aja deh….

Demikian aja ceritaku selama seminggu ini. Sekali lagi memang aku harusnya tetap ngeblog di MP ini. Ini disupor sama pembimbing tesisku juga loh, dia memang tahu bahwa aku memang suka ngeblog. Dia mendorong untuk tetap menulis, karena akan mengasah otak kita agar tidak menjadi beku, dan ide-ide tidak menjadi dingin, hahaha… trimakasih buat pembimbingku…

Diposkan pada livinginjogja, pernik

Tetek bengek bermasyarakat


Hari Ahad kemarin, kami sekeluarga mengadakan acara syukuran pindahan ke rumah baru dan perkenalan ke warga setempat. Satu bulan setelah menjejakkan kaki di rumah baru, “resmilah” kami menjadi menjadi warga baru di Pedukuhan Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman. Seminggu sebelumnya aku juga mengikuti kumpulan (rapat) RT dan sudah sekilas juga memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan undangan ke warga untuk menghadiri acara syukuran tersebut. Alhamdulillah yang datang lumayan ramai sampai rumah kecil kami tidak muat oleh tamu sehingga harus juga menempati beranda.

RT kami memang strata sosialnya memang sangat beragam, mulai dari pengemis, pemulung, mahasiswa, polisi, pedagang, tukang, mantan danrem (sekarang staf kodam), insinyur, dan menteri, kurang satu yang belum…artis… :-D. aku sendiri melengkapi strata sosial sebagai dokter. Sedikit cerita lucu dari ibu-ibu tetangga yang intinya begini: “wah, mas sekarang sudah semua RT di RW kita ini ada dokternya. Jadi besok klo ada yang sakit tidak boleh berobat ke dokter di RT yang lain…” Hehehe, ada-ada aja.

Acara syukuran dibuat sederhana saja, duduk lesehan, tapi sama tetangga dipinjamin kursi dan tikar, karena punya kami tidak cukup, dan ternyata teras rumah juga tidak cukup menampung para tamu, jadilah harus ada yang duduk di kursi yang di letakkan di halaman rumah. Untung aku masih punya koleksi amplifier (pengeras suara) dan dua loudspeaker ukuran sedang, koleksi dan hasil hobi saat zaman mahasiswa dulu. Alhamdulillah cuaca juga tidak jadi hujan sehingga acara berlangsung lancar.

Format syukuran standarlah, sambutan oleh Pak Dukuh, Pak RT, aku sendiri sebagai perwakilan keluarga, dan terakhir diisi pengajian serta doa oleh Ustadz Didik Purwodarsono, Pimpinan Pondok Pesantren Takwinul Mubalighin Yogyakarta. Pak Dukuh memperkenalkan aku sebagai warga penuh di sini, sudah ber-KTP dan ber-KK sini, jadi semua hak dan kewajibannya harap ditunaikan selayaknya, termasuk jika ada tarikan-tarikan (sumbangan) seperti uang pembangunan, uang sosial dan lain sebagainya (waks…!! kok ininya yang ditekankan sih….). Pak RT juga kurang lebih sama, supaya saling menjaga toleransi (kebetulan Pak RT beragama Nasrani), beliau juga memaklumi bila aku mungkin sulit waktunya untuk intens berinteraksi dengan kegiatan masyarakat karena berprofesi sebagai dokter (engga juga sih Pak…coba aja kita lihat nanti). Dan paling menarik menurutku sesi pengajian, kebetulan diisi oleh seorang ustadz yang memang sudah terkenal dengan kepiawaiannya membawakan tema-tema kemasyarakatan, dengan suasana yang segar penuh humor, dan sebagian besar dalam bahasa Jawa. Sehingga suasana siang yang cocok buat tidur jadi hidup dan bersemangat. Ustadz Didik banyak memberikan wejangan tentang kehidupan bermasyrakat dan bertetangga. Beliau menyinggung juga tentang tanda-tanda rumah tangga yang diberkahi (sebagian besar tercantum dalam surat ke 65 Al Qur’an yaitu Ath Thalaaq ayat 2-3, silakan baca sendiri ya). Prinsip prinsip bermasyarakat dan bertetangga juga dijelaskan dengan sangat baik dan disertai dengan contoh-contoh yang mengena. Yang aku ingat dari beliau, sebagai anggota masyarakat, bila ingin hidup diridhoi Allah dan hidupnya bahagia ada 4 prinsip yang harus dijalani yaitu: 1. memberikan manfaat bagi sekitar, tidak menghitung-hitung apa yang diberikan, dan tidak menghitung-hitung apa yang diterima, berbuat seoptimal mungkin untuk kebaikan masyarakat dan tidak menyelaraskan dengan rezeki yang diterima. 2. senantiasa lapang dada, mudah memaafkan, dan tidak mudah terpancing emosi. 3. tidak egois dan membangga-banggakan diri di tengah masyarakat 4. membiasakan introspeksi diri untuk membiasakan berhati-hati dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Mudah-mudahan kami menjadi warga baru yang bisa memberikan banyak manfaat (bukan dimanfaatkan, hehehe…) banyak bagi warga sekitar. Rumah baru kami menjadi surga dan tempat menyenangkan untuk berkumpul dan beraktivitas.

Diposkan pada livinginjogja

Kangen MP – Postingan awal tahun


Mohon maaf tidak hadir ke hadapan teman-teman MPers beberapa waktu lamanya, cieee….
Iya, benar, bukan apa-apa, selain sibuk bangeeet, dan yang jelas banyak pikiran, termasuk memikirkan tentang tragedi kemanusiaan di Palestin.

Apa lagi sih yang aku pikirkan, kok berat sekali sepertinya! Benar kok memang berat, beraaat sekali… 😀

Hal pertama yang membuat pikiran sangat berat kenapa aku memutuskan tidak posting di MP, terkait dengan tragedi kemanusiaan tersebut, ga sanggup rasanya berleha-leha di depan laptop, sementara banyak nyawa melayang begitu saja, nyawa anak-anak lagi. Diri ini tidak bisa berbuat banyak, sedih…sedih… Sempat juga temanku telepon, “Do, mau berangkat ke Palestin ga?”. Tercekat juga aku mendengarnya. “Ingin sih sebenarnya, ada sponsor ga??” spontan aku jawab. Hari ini juga ada tawaran lagi mau berangkat ke sana. Ga tau lah…berkecamuk pikiran ini…. selain banyak PR pribadi yang belum kelar, aku juga masih banyak utang…katanya klo mati masih berutang, amalnya tidak bisa diterima, hiks…hiks…

Hal kedua yang membuat aku belum segera posting ketika awal tahun baru, adalah aku belum menemukan sebuah berkas penting terkait “rancangan rencana hidup” atau tepatnya keinginan-keinginan dalam hidup ini. Berkas itu aku dan istri tuliskan di sebuah kertas saat pelatihan manajemen keuangan keluarga yang pernah kami ikuti. Inginnya sih, aku mau mengevaluasi komitmen yang kami tuliskan dulu setelah pergantian tahun ini.

Mengapa berkas itu belum bisa diketemukan (atau mungkin memang sudah masuk tempat sampah). Yah, karena di akhir lalu dan awal tahun ini kami sekeluarga juga bersiap-siap pindah rumah lagi… Dan ini pindah rumah untuk kali kelima sepanjang pernikahan kami. Kisah kami tentang pindah-pindah rumah bisa dibaca di sini. Alhamdulillah, pindahan kelima ini kami sudah menempati rumah sendiri, hasil mengemis ke bank. Iya, bank membelikan rumah itu untuk kami, dan kami mencicil setiap bulannya, tentu dengan keuntungan yang telah disepakati. Nama akadnya akad jual beli atau Murabahah.

Jadi hal ketiga yang membuat aku terlalu banyak mikir alias stres, sehingga jadi “malas” posting, terkait erat dengan pembangunan rumah kami.

Hal keempat adalah kelelahan fisik terkait jadwal kerja yang sering berubah secara mendadak beberapa bulan terakhir ini, karena beberapa teman sejawat banyak yang cuti, sehingga aku harus beradaptasi ulang dengan jadwal baru. Huuuh..huuuh…. 🙂

Hal kelima terkait dengan job-job tambahan yang cukup menyita waktu dan pikiran, padahal ga dibayar loh, cuma beramal aja…

Hal terakhir, tentu saja tentang proses kepindahan kami itu sendiri, sampai hari ini, sudah hari kelima, sejak hijrah besar-besaran ke rumah baru, masih kayak kapal pecah saja, berantakan gitu deh…

Mudah-mudahan bisa menyusul dengan postingan dan foto-foto terkait hal-hal di atas.

Hal yang “menghibur” antara lain adalah tentang perkembangan anak kami, Ifa dan perihal kelulusan istriku yang diterima sebagai PNS.

Gambar dari sini

Diposkan pada curhat, dokter, jogja under cover, kesehatan, kontemplasi, livinginjogja, salahkaprah

(Seharusnya) Berbahagialah penderita AIDS…


Satu lagi pasien pria dengan infeksi HIV meninggal hari ini di RS tempatku bekerja. Umurnya masih sangat muda, 30 tahun. Sangat berat ketika harus kuterangkan ke sang bapak tentang penyakit  anaknya yang mengantarkannya ke pintu maut tersebut. Stigma tentang penderita AIDS memang sangat berat, keluarga yang awalnya merasa cukup bersedih dengan kejadian itu akhirnya juga merasa sedang terkena aib yang sangat besar. “Sudah banyak orang yang tahu belum, dok?” sela bapaknya dengan cemas. “Jangan khawatir, pak, privasi pasien tetap kita jaga, hanya saya, perawat di sini, dan bapak yang tahu. Selanjutnya nanti terserah bapak bagaimana mau bicaranya dengan keluarga.”, kataku berdiplomasi.

Memang komplikasi AIDS dengan hadirnya penyakit oportunis pada pasien ini sudah termasuk berat, sudah terjadi infeksi pada otaknya yang mempengaruhi kejiwaannya, dan infeksi pada organ vital lainnya. Cuma sayangnya, baru saat mondok ini saja dia diketahui terinfeksi HIV. Yah, sungguh sayang…

Kenapa aku katakan sangat disayangkan?
Seperti teman-teman ketahui, masa inkubasi (masuknya penyebab penyakit sampai saat kelihatan gejala) untuk HIV sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang, bisa tahunan, bahkan mencapai puluhan tahun. Sehingga tentu saja sangat disayangkan ketika baru diketahui setelah mencapai fase terminal AIDS sendiri. Aku ga begitu tahu pasti darimana sang pasien terinfeksi. Cuma ada petunjuk: si pasien memiliki tato yang banyak, dan selama beberapa tahun yang lalu bekerja sebagai driver di wilayah ibu kota. Sudah pisah dari istri sejak empat tahun yang lalu (mudah-mudahan istrinya ga kena infeksi…)

Sebagaimana jenis penyakit fatal lain yang bisa diramal usia hidupnya di dunia, tentulah dalam masa-masa menderita penyakit mematikan ini penderita dapat lebih berbuat yang lebih baik bagi dirinya dan orang lain. Bagi mereka yang merasa masa lalunya kelam (tidak semua penderita HIV adalah orang yang berlumuran dosa), sangat terbuka pintu taubat yang sebesar-besarnya. Sungguh “enak” sehali mereka itu… diberikan “peringatan” yang amat jelas oleh Sang Pencipta, agar bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum ajal menjelang…

Beruntunglah mereka…, yah…, beruntunglah mereka jika benar-benar paham ketika telah diberikan kesempatan emas itu, maka pergunakanlah kesempatan itu…

— kutuliskan jurnal ini dalam keadaan bersedih…. tambah sedih melihat pola kampanye penanggulangan HIV/AIDS yang sering salah arah…. 😦 so, mari bantu penderita AIDS menghadapi sisa hidupnya secara benar —

Pic dari sini

Diposkan pada livinginjogja, pernik

Tak mau menjadi kaya…


Sangat jarang kita menemui orang yang mengucapkan hal tersebut. Tapi orang itu aku temukan juga, yaitu seorang kolega di klinik universitas, tempat kerjaku yang lain. Jangan dibilang ia bukan “orang kaya”, masyarakat di tempat tinggalnya saja menyebutnya sebagai tuan tanah, “O, Pak X ingkang duwe lemah katah niku…” (O, Pak X yang punya tanah banyak itu…”

Dia sudah punya titel haji, sudah hampir spesialis juga. Penampilannya sederhana aja. Ke kantor cuma naik motor butut, tapi begitu pemurah, klo ada yang sakit langsung ngomong: “kamu butuh apa?” Klo pas giliran dinas biasanya men(t)raktir semua karyawan yang ada. Nah, saat-saat makan itu kami sering menanyakan kok rajin men(t)raktir? “Ga pengen jadi orang kaya…”, katanya. Pokoknya orangnya sama sekali ga pelit bin medit. Aku aja sempat ngiler lihat internet broadband mobile yang dia langgani pernah ditawari untuk nyoba dan dipersilakan bawa pulang…wah!! Ya, mungkin ada yang berpendapat: “Ah, beliau kan memang ga punya keluarga, jadi ga butuh uanglah…” (maksudnya ga punya istri dan anak, memang beliau ga menikah…) Tapi menurutku bukan itu yang utama.

Di kesempatan lain, dia ngomong yang sama: “Ga mau jadi orang kaya…” katanya. “Kenapa, Pak?”, seorang perawat menanyakan. Aku langsung aja nyolot: “Ga tahan konsekuensinya ya, Pak?” Dia langsung ketawa: “Iya benar, orang kaya itu berat konsekuensinya, masuk surga aja paling belakang sendiri, karena harus ditanya macem-macem dulu…” Oooo, ternyata itu toh…

Andaikan banyak orang berfikir seperti beliau, mungkin ga banyak orang serakah yang akan merugikan orang banyak di bumi ini.

Pic dari sini