Diposkan pada curhat, dokter, jogja under cover, kesehatan, kontemplasi, livinginjogja, salahkaprah

(Seharusnya) Berbahagialah penderita AIDS…


Satu lagi pasien pria dengan infeksi HIV meninggal hari ini di RS tempatku bekerja. Umurnya masih sangat muda, 30 tahun. Sangat berat ketika harus kuterangkan ke sang bapak tentang penyakit  anaknya yang mengantarkannya ke pintu maut tersebut. Stigma tentang penderita AIDS memang sangat berat, keluarga yang awalnya merasa cukup bersedih dengan kejadian itu akhirnya juga merasa sedang terkena aib yang sangat besar. “Sudah banyak orang yang tahu belum, dok?” sela bapaknya dengan cemas. “Jangan khawatir, pak, privasi pasien tetap kita jaga, hanya saya, perawat di sini, dan bapak yang tahu. Selanjutnya nanti terserah bapak bagaimana mau bicaranya dengan keluarga.”, kataku berdiplomasi.

Memang komplikasi AIDS dengan hadirnya penyakit oportunis pada pasien ini sudah termasuk berat, sudah terjadi infeksi pada otaknya yang mempengaruhi kejiwaannya, dan infeksi pada organ vital lainnya. Cuma sayangnya, baru saat mondok ini saja dia diketahui terinfeksi HIV. Yah, sungguh sayang…

Kenapa aku katakan sangat disayangkan?
Seperti teman-teman ketahui, masa inkubasi (masuknya penyebab penyakit sampai saat kelihatan gejala) untuk HIV sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang, bisa tahunan, bahkan mencapai puluhan tahun. Sehingga tentu saja sangat disayangkan ketika baru diketahui setelah mencapai fase terminal AIDS sendiri. Aku ga begitu tahu pasti darimana sang pasien terinfeksi. Cuma ada petunjuk: si pasien memiliki tato yang banyak, dan selama beberapa tahun yang lalu bekerja sebagai driver di wilayah ibu kota. Sudah pisah dari istri sejak empat tahun yang lalu (mudah-mudahan istrinya ga kena infeksi…)

Sebagaimana jenis penyakit fatal lain yang bisa diramal usia hidupnya di dunia, tentulah dalam masa-masa menderita penyakit mematikan ini penderita dapat lebih berbuat yang lebih baik bagi dirinya dan orang lain. Bagi mereka yang merasa masa lalunya kelam (tidak semua penderita HIV adalah orang yang berlumuran dosa), sangat terbuka pintu taubat yang sebesar-besarnya. Sungguh “enak” sehali mereka itu… diberikan “peringatan” yang amat jelas oleh Sang Pencipta, agar bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum ajal menjelang…

Beruntunglah mereka…, yah…, beruntunglah mereka jika benar-benar paham ketika telah diberikan kesempatan emas itu, maka pergunakanlah kesempatan itu…

— kutuliskan jurnal ini dalam keadaan bersedih…. tambah sedih melihat pola kampanye penanggulangan HIV/AIDS yang sering salah arah…. 😦 so, mari bantu penderita AIDS menghadapi sisa hidupnya secara benar —

Pic dari sini

46 tanggapan untuk “(Seharusnya) Berbahagialah penderita AIDS…

  1. Mmg salah kaprah karena tiap penderita dinyatakan positif terinfeksi HIV kemudian dijauhi dengan alasan biar gak tertular…lebih parah lg jk org terkena AIDS itu di vonis sebagai aib…kitra manusia yg lemah yug gak bs lepas dr kesalahan…harusnya kita saling bantu dan saling menyayangi..
    Adanya penyakit mmg hrs kita syukuri kaena itu sebagai peringatan dan sebagai tanda bahwa Tuhan selalu memperhatikan kita melalui cobaan2…dan jgf nikmatNHya..

  2. masya allah,muda banget ya.
    semoga cukup bekal almarhum utk menghadapNya.

    TFS mas
    btw, gmn seseorang bisa 'curiga' ada ngga nya gejala terinfeksi HIV. esp,yg tdk tmasuk beresiko tinggi misalnya 🙂

  3. Yah terus terang menurut observasi gue, orang2 yang udah terkena penyakit ini di indonesia khususnya di kalangan anak muda jaman sekarang udah semakin banyak. Tetapi nggak ketahuan karena tidak adanya penanggulangan penyakit dan pencegahannya karena penyakit ini sendiri dianggap aib. Kenapa gue bilang anak muda jaman sekarang? karena budaya mereka sekarang sudah lebih permisif dalam yang namanya hubungan seks di luar nikah. Sayangnya, banyak yang melakukannya secara tidak aman karena berbagai macam alasan.

  4. mas, pola kampanye salah arah itu yg gimana?
    terus terang selama ini karena saya mungkin ada di zona nyaman, jadi saya kurang memperhatikan. di lingkungan saya selama ini pelanggaran yg kategori berat paling paling mencontek waktu ujian. Ngga pernah tahu tuh tentang penderita AIDS..
    statistiknya masih sangat sedikit kan di indonesia? I mean, dibanding jumlah pddk 200 juta ini..

  5. iya, format kampanye dengan sistem ABC itu kan sering salah sasaran dan tempat.
    KPA sendiri mengakui sangat sulit dengan model sosiokultur Indonesia untuk penanggulangan HIV/AIDS. Dorongan terbaru adalah menerbitkan aturan “no condom no sex”. Aku kira ini bahkan bisa menyalahi hak asasi manusia lagi, masak orang berhubungan harus dipaksa-paksa pake kondom…

  6. iya, Pak, termasuk kanker ini kan penyakit yang sangat tidak bisa diduga, sepertinya sudah garis nasib, gitu… tapi klo penyakit menular seperti HIV aids ini kan sebenarnya sangat bisa dicegah…

  7. seharusnya tepat sasaran, selama ini kan ga tepat sasaran dan tidak ada sangsi tegas bagi pelanggaran, jadi kampanye tersebut hanya sebatas himbauan saja…mana bisa orang dilarang-larang begitu…

  8. Orang terinfeksi HIV untuk di Indonesia harus dijaga privasinya, kecuali ada izin dari si penderita. Maksud untuk penjagaan privasi agar tidak kena stigma tadi. Selain itu untuk memotivasi mereka yang berisiko tinggi untuk melakukan tes secara sukarela (voluntary counselling and testing). Cuma ini juga menjadi dilema, masih banyak terdapat silence transmission yang tidak terdeteksi dengan model sukarela begini.

  9. Hmm… dari spiritia.or.id itu aku ngambil kesimpulan, bahwa HIV ga berkorelasi dengan AIDS. HIV pake viral load jelas hasil positif palsunya tinggi dan harganya mahal, trus klo pake tes antibodi terhadap virus HIV, dan hasilnnya positif apa itu berarti kita terinfeksi? Bukankah cuman sekedar menyatakan bahwa kita punya antibodi HIV (ada kemungkinan ga reaksi-silang ama fragmen retrovirus lain yang emang dimiliki banyak orang di dunia ini?). Dan klo memang ternyata virus HIV bisa diisolasi (ato bahkan dikultur), yang sampe sekarang masih sangat sulit dilakukan, apakah berarti akan terjadi AIDS? Toh HIV = retrovirus, dan retrovirus TIDAK membunuh sel, jadi apa yang menyebabkan penurunan sel-sel kekebalan tubuh pada AIDS?
    Hmm…

  10. susah sekali itu. gejala awal infeksi HIV seperti gejala flu. sehingga sering diabaikan. paling mungkin adalah melakukan tes darah setelah tiga bulan setelah terpapar media atau aktivitas berisiko yang dicurigai ditumpangi HIV.

  11. sudah aku paparkan di reply sebelumnya. zona nyaman belum tentu tidak ada loh… 🙂 di Indonesia sedikit? wah sudah hampir 100 ribu lebih penderita AIDS. Ya, memang masih sedikit, tapi itu cuma yang kelihatan kan…

  12. itulah…memang ada artikel ilmiah yang berbicara tentang hal ini. Makanya aku ga begitu perhatian dengan yang namanya HIV/AIDS. Proyek-proyeknya yang memakan dana besar terkesan hanya seperti hal yang sia-sia. Padahal semua halnya belum jelas…

    Contoh saja. Tes widal untuk typhoid sendiri kan tidak mencerminkan ada infeksi aktif atau ada Salmonella kan… tetapi Salmonella kan bisa dibiakkan, jadi masih validlah bahwa penyebab demam typhoid adalah Salmonella tersebut.

  13. sayang sekali untuk yang kena HIV di indo.
    dimana kita tinggal,untuk test gratis dan asuransi kesehatan jamin sepenuhnya untuk pengobatan,meskipun td bisa sembuh 100% tapi bisa hidup lamaaaaaaaaa.
    yang paling menyayat hati adalah yang ketularan misalnya karena tranfusi darah atau dalam kadungan sudah ketularan……..duh

  14. ya, benar…kasihan orang-orang yang ga begitu mengerti dan hanya sekedar ikut-ikutan….

    kasus paling baru yang kelihatan sekali masalah bisnisnya ialah kasus flu burung… lagi-lagi pabrik cuma pabrik itu lagi yang punya vaksinnya…parah….

    jadi aku juga berkesimpulan dalam masalah penanggulangan AIDS ini, terutama masalah kampanye kondomisasi, kental banget suasana bisnisnya. Masa 200 juta orang Indonesia harus beli kondom semua??

  15. kampanye ABC itu hanya utk mcegah penularan HIV lwt hub seks, dan memang tidak bisa semuanya diapply pada masyarakat umum.

    A (abstinence) sasarannya utk gol yg blm mnikah agar tdk mlakukan hub seks sembarangan.

    B (be faithful) sasarannya utk gol yg sdh punya pasangan agar setia hanya pd pasangannya saja, tdk gonta/i.

    C (use condom) utk gol risiko tinggi seperti PSK, supir antar kota, awak kapal laut dll agar selalu pke kondom saat bhub seks.

    jadi klo kita kampanye A pd PSK, atau C pada pengurus rohis kampus ya salah sasaran. KPA dan LSM2 AIDS sdh byk yg mlakukan targeted campaign, spt kampanye C di tempat lokalisasi.

    jd dok, dr 200jt pddk indonesia kan sebagiannya laki2, sebagian dari itu anak2 dan manula yg blm/sdh tdk aktif seksual, dan tdk smuanya srg gonta/i pasangan.. jd kondomnya bisa lah dihemat 90% =)

  16. oya dok, link yg virusmyth gak bs dbuka. trus yg healindonesia dan bbrp lg itu sdh sy baca sekilas aja, blum mndalam apalagi mkaji dr bbg sumber.

    pndapat saya web2 itu bs mjd slh satu alternatif nonmedis dg pdktn paliatif bg pengidap HIV, baru sebatas itu aja. sy blm berani mengamini opini2 mreka ttg mitos2 HIV yg sngaja diciptakan utk motif bisnis.

    rasanya agak tersinggung juga mdengar bhw ilmu yg slama ini kita pelajari n yakini kebenarannya, sdh diteliti olh para guru besar kedokteran dari bbg institusi dan published di jurnal2 kedokteran di dunia, dinihilkan begitu saja dgn buku yg bahkan tdk bs dijual normal di toko2 buku (hanya online saja).

    klo mmg dia yakin sekali, mestinya dia bikin penelitian kohort eksperimental dengan kontrol. supaya argumentasi ilmiahnya bisa dibandingkan head to head dgn teori yg berlaku selama ini.

    wallahua'lam.

  17. karena para pengkampanye mulai hopeless pada objek yang seharusnya karena lebih susah diedukasi… boleh saja kondom tapi mbok ya tepat sasaran gitu…. dan harus ada sangsi yang ga mau pake kondom seperti di beberapa negara maju.

  18. klo soal kondom sih mas selama masih dijual bebas seperti sekarang malah memicu lebih banyak seks pra nikah, meskipun tujuannya baik yaitu mencegah kehamilan tapi ya lebih banyak sengaja disalahgunakan biar bisa menyalurkan hasrat tanpa harus bertanggung jawab klo lawan mainnya sampe kecelakaan. Menurutku kondom hanya dijual pada mereka yang memang sudah menikah (mengharuskan nunjukkin KTP dah kawin waktu beli misalnya) soale nek ga ya malah lebih banyak disalahgunakan sih

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.