Diposkan pada agama, inspiring, kanker, kontemplasi

Selamat jalan menempuh alam abadi Pak Ginus… Allah menyayangi Bapak!


In Memoriam Prof. dr. Ginus Partadiredja, M.Sc., PhD

Pak Ginus, begitu saya biasanya memanggil beliau. Hal paling utama terkesan dari beliau adalah sikapnya yang bersahaja, hemat kata, namun sangat peduli dan antusias dalam setiap hal. 4 bulan lalu saya sekeluarga main ke rumah beliau di bilangan Komplek Sawit Sari. Waktu kita sampai di rumah beliau, bertemu sama Bu dr. Rizq, istri beliau. Kami menunggu sebentar beliau pulang dari masjid. Tak lama beliau pulang, masjid cukup jauh dari rumah beliau, jadi beliau naik sepeda. MasyaAllah, dalam keadaan sakit parah dengan kanker paru stadium 4B, keadaan sesak napas dan batuk-batuk, beliau tetap rajin ke masjid. Terlihat semangatnya yang tidak kunjung padam dan sama sekali tidak kelihatan sedih dan berputus asa bercerita tentang penyakit kanker paru beliau dan kegiatan beliau lainnya.

Tadi pagi, 18 Januari jam 06-an saya sempatkan layat dan menyolati jenazah beliau, guru saya yang berdedikasi tinggi, setelah mendapatkan kabar wafatnya beliau kemarin sore. Sayang saya belum sempat membesuk beliau ke RSUP Sardjito. Padahal, ternyata ketika beliau dirawat kembali Sabtu pekan lalu, saya pas lagi di RSUP Sardjito juga sedang membesuk kepala tim proyek kami yang juga dirawat karena menderita kanker darah. Sehari sebelum kabar wafat beliau saya sempat mengajak istri untuk membesuk, tapi hari sudah malam, jadi ga enak buat membesuk.

Saya ingat dulu beliau guru tutorial kelompok saya di skills lab komunikasi bahasa inggris kedokteran. Masih muda sekali waktu itu, sekitar 32 tahun umurnya. Meski pun wafatnya juga masih dalam keadaan sangat muda, belum berusia 55 tahun. Setelah fase tutorial itu saya lama ga bertemu beliau lagi karena melanjutkan sekolah kembali ke Australia (https://orcid.org/0000-0003-0395-4240). Bertemu kembali secara lebih intens dalam kegiatan keislaman di masjid Ibnu Sina, Fakultas Kedokteran UGM dan di RS Islam Yogyakarta PDHI, karena istri beliau adalah salah satu manajer saya waktu itu. Beberapa kali tim RS Islam Yogyakarta PDHI, juga mampir ke rumah baliau, buat buka bersama. Sebelum beliau wafat saya juga sempat layat untuk almarhumah Ibu beliau yang wafat juga setelah menderita kanker dan telah berobat rutin ke Singapura. Dari istri beliau saya mendapatkan info dan lungsuran perawat pramu rukti Ibu beliau, untuk membantu merawat Bapak saya, yang juga menderita berbagai komplikasi penyakit. Perawat rukti terbaik yang pernah saya dapat, sayang tidak lama karena Mba Perawat tersebut mau melanjutkan sekolahnya.

Pak Ginus, adalah anak dari Prof. Ace Partadireja, guru besar Fakultas Ekonomi UII yang juga mantan Rektor UII. Silakan membaca tentang Prof. Ace di https://datacenterukp.wordpress.com/2013/10/08/mengenal-lebih-dekat-sosok-prof-dr-h-ace-partadiredja/. Pak Ginus sendiri adalah dosen saya dalam bidang ilmu fisiologi kedokteran.

Dalam suasasa layat tadi, Bu Rizq menuturkan bahwa surat keputusan guru besarnya Pak Ginus sudah terbit di bulan Oktober, 1 bulan setelah saya membesuk beliau. Sehingga dalam waktu bersiap menjelang proses pengukuhan beliau sudah menyempatkan diri mengetik pidato pengukuhan, meski pun beliau sadar ajal sudah menunggu. Tapi beliau terus berusaha, bahkan kata Bu Rizq di saat-saat menjelang dipanggil Allah, beliau masih menyempatkan mencarikan literatur dan mengemail mahasiswa bimbingan doktoral (S3) beliau. Itu dilakukan sesaat saja sebelum beliau wafat. Tampaknya falsafah: berjuang sampai titik darah penghabisan, sangat melekat didiri beliau. Sangat pantas diteladani!

Saya sebagai murid beliau menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya atas jasa beliau kepada kami, semoga amal jariyah beliau dari ilmu yang bermanfaat, mendapatkan aliran pahala yang terus-menerus di akhirat sana, aamiin yaa rabbal ‘aalamiin…

WidodoWirawan.Com

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.