Diposkan pada gadget, kesehatan, kontemplasi, pernik, teknologi, tips

Normalisasi Intensitas Bergadget Ria


KhongGuan-GadgetTulisan dengan judul ini saya buat ketika sedang sendiri, tidak di depan teman kerja maupun di depan keluarga. Itu pun diketik melalui laptop jadul saya yang masih bertahan sampai sekarang sejak dibeli tahun 2007 lalu. Mengapa saya perlu menyatakan ini? Ada kaitannya dengan peristiwa hari Ahad kemarin, ketika secara spontan saya merespon positif usulan istri untuk mengungsikan semua gadget smartphone dari rumah. Usulan ini terlontar ketika hari Ahad kemarin pasca memperingati ulang tahun pernikahan ke-11, kami saling melihat, semua sedang sibuk dengan gadget masing-masing termasuk anak-anak. Yah, itu hari libur memang dan juga habis dari jalan-jalan dan makan di luar, cuma memang hari itu terasa lama sekali anak-anak dan saya berinteraksi dengan gadget smartphone.

Beberapa waktu lalu saya pernah menulis di blog ini, bagaimana mensiasati screen time pada anak, di link berikut. Namun, seiring bertambahnya umur anak-anak dan percepatan wahana komunikasi di gadget saya seperti semakin banyaknya grup-grup diskusi dan obrolan, akhirnya saya spontan saja, harus ada terobosan berani dan revolusioner sebagaimana dulu saya juga berani mematikan akun sosmed saya (facebook) yang sempat berjaya untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih penting. Saat ini saya melihat hal penting itu. Penting dan genting. Penting untuk menormalisasi hubungan dengan gadget yang seharusnya intensitasnya di bawah hubungan nyata antar komponen di dalam keluarga dan teman kerja. Apalagi dengan trik-trik yang pernah saya bahas sebelumnya sudah tidak mempan karena semakin pintarnya anak-anak dalam mensiasatinya. Namanya juga anak generasi native masa industri keempat. Tidak seperti kita yang masih merupakan generasi transisi. Sebenarnya semuanya sudah tidak sehat, saling menyalahkan dan linglung sendiri. Kalau tidak ada yang mengalah, ya memang repot. Saya bilang kemarin, sayalah yang paling berat sebenarnya berlepas diri dari hal-hal seperti ini. Namun, sekali lagi orang tua adalah tauladan bagi anak-anaknya. Saya akan mempertanggungjawabkan itu. Biarlah di masa sekarang memperbaiki interaksi nyata antara ortu dan anak, serta antara anak-anak sendiri. Genting, karena dengan siasat-siasat lama tetapi wujud fisik gadgetnya tetap ada di rumah menjadikan anak-anak lebih tidak kooperatif, menjadi kurang sehat secara psikis (saya kira nantinya juga berimbas secara fisik), menjadi kurang kreatif secara positif dan semakin malas, begitu juga dengan saya, sama saja. Ditambah lagi dengan semakin kewalahan kami melakukan blocking terhadap konten-konten yang tidak sehat terutama dari youtube dan game. Memang ini masih fase uji coba, namun saya berharap fase ini bisa berlanjut sukses, sebagimana suksesnya kami menghilangkan tontonan TV di rumah yang sudah memasuki waktu bulan ke-10. Nyatanya tanpa siaran TV di rumah tidak mematikan kita. Mental dan fisik kita terasa lebih sehat, apalagi di era seliweran informasi yang kebablasan dan penuh hoaks ini. Saya dan keluarga tidak mau dicekokin informasi secara aktif yang akan merusak idealisme kita. Kita yang harus mengendalikan informasi yang akan kita terima, jangan sampai dicekoki apalagi direcoki.

Sehingga saya mohon maaf kepada teman-teman yang terkoneksi dengan gadget saya dan link sosial media kami, tentu akan mengalami slow dan late respons, bahkan mungkin tak berespon. Semuanya demi kebaikan kami juga. Gadget yang terkoneksi internet hanya akan saya pegang ketika tidak di depan anak-anak, dalam fase uji coba ini. Saya sendiri sudah tidak membawa gadget saya yang terkoneksi penuh internet pulang ke rumah sejak hari Senin kemarin. Rasanya memang berat namun sekaligus ringan dan bahagia. Sayang masih ada keteledoron sedikit. Anak saya menemukan gadget tabletnya di dalam kendaraan saat jalan mencari makan tadi malam. Tapi bisa saya sita dengan baik-baik dan diamankan ke kantor. Saya dan istri sepakat dulu, anak-anak hanya boleh main gadget sejak Sabtu sore dan Ahad saja. Itu pun masih diusahakan disiasati agar dialihkan dengan aktifitas lain, tentu harus lebih menarik aktifitas lain itu. Itu pun nanti kalau ga berhasil, maka semua hari di rumah akan mengalami hari tanpa gadget.

Doakan kami berhasil ya…. 😀

Sumbar: http://www.gadgetgaul.com/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.