Diposkan pada jalan jalan, kesehatan, kontemplasi, livinginjogja

Belanja cerdas dan sehat, perlukah?


Kurang dari seminggu yang lalu, anak pertama nginap di rumahku. Di suatu hari aku ajak dia main ke Indogrosir yang cuma 1 kiloan meter dari rumah. Yah, sekadar ngajak jalan-jalan nyoba arena bermain anak yang masih baru dan rencana beli-beli baju dan makanan buat dia. Ternyata Ifa, anakku itu, benar-benar sudah didoktrin baik sekali oleh mbah dan budenya, supaya jadi anak yang manis, ga royal klo diajak jalan-jalan. Alhasil ketika belanja makanan dia cuma milih (itu pun ditawarin) nata de coco dan semacam roti kenyal mini mirip permen berbentuk pizza. Habisnya klo ga salah cuma 4 ribuan rupiah.

Bukan itu yang mau aku bicarakan. Tapi adalah hal yang membuat aku rada senewen  bin heran karena mengantri cukup lama di kasir, gara-gara di depan kami sudah ngetem seorang ibu dengan belanjaan seabrek-abrek. Ga masalah sih sebenarnya klo mau belanja sebanyak apa pun yang dia mau. Cuma yang menarik perhatianku, itu ibu belanjanya cuma snack-snack instan model chitato dan sebangsanya. Beberapa kali sebenarnya aku amati cukup banyak konsumen di swalayan besar yang belanjaannya model begitu.

Tapi yang ini aku perhatikan, lumayan luar bisa. 2 kerangang dorong (troli) penuh dengan berbagai macam snack seperti itu saja. Aku kira dia pedagang, tapi aku ga yakin secara klo pedagang kan belinya kardusan dan hanya beberapa jenis saja. Tapi ini…? mungkin puluhan jenis merek dengan beberapa bungkus saja per item mereknya… Mungkin itu cemilan buat 1/2 tahun kali yah, atau mungkin cuma 1 minggu saja, entahlah…

Yang aku heran, mengapa dia hanya memilih makanan seperti itu yang sebenarnya tidak sehat kalau dikonsumsi dalam jumlah berlebih, ya dasar orang kaya, ga mikir dampaknya yang penting enaknya aja kali… Mana aku perhatikan secara fisik ibu itu juga hancur-hancuran, memang sih rada menor tapi malah hancur gitu penampilannya, kulit udah jelek, muka udah keliatan jauh lebih tua, apa kebanyakan makannya cuma kayak-kayak gitu aja kali ya…

Tahu ga berapa habisnya duit buat 2 troli snack-snack itu? hampir 800 ribu rupiah!!

Pic dari sini

27 tanggapan untuk “Belanja cerdas dan sehat, perlukah?

  1. Hehehehe….. pinter banget sih mbak Ifa!

    Anak-anak saya juga nggak banyak beli-beli, tapi ya itu sekalinya beli snack chittato itu, nggak mau lainnya, sampai berebut sama cucuku alias keponakannya sendiri. Salah dong ya pilihannya?

  2. Anakku model maneh mbak Ren. Mentang-mentang isih mahasiswa durung pinter golek duit, chittato aneka rasa dituku siji-siji, terus dipidak sakdurunge dibukak, ben ajur. Bar iku disokna nang bleg tilas biscuit, terus dikocok-kocok. Lha nek wis diuntuti nganggo sendok. Jare rasane sangsaya istimewa : D

  3. aku gak gitu ketat masalah pilihan snack, tapinya karena akunya gak suka ngemil, dan gak nyimpen cemilan di rumah, maka anak2pun ikutan gak banyak nyemil dan jajannya
    biasa aja kalau ikut ke supermaket kadang beli jelly, oreo, dan cadburry, beli satuan, bukan sekeranjang 🙂

  4. Buat dijual lg, mungkin..
    Tp lidah itu bisa dilatih sebetulnya. Klo dibiasain makan yg terlalu gurih macam snack berbumbu sintetis gitu, ya.. yg segar dan alami terasa kurang enak. Bkn begitu, Pak Dokter?

  5. beuh….mas Wid nyontek ke kasir ya total belanjaan tuh ibu2 hehe…

    mgkn krn sodara2nya pd mau datang, cari makanan yg kayak gt kali,Om. sejak istri hamil, kami benar2 stop mengkonsumsi segala hal yg berbau MSG,Om…

  6. Aku gak suka ngemil, anakku juga otomatis gak suka ngemil. Ya sekali dua beli potatoes chip tapi itu kalo lagi isengnya kumat (lapar mata) makannya sih….. Kadang lupa kalo punya cemilan dirumah hehehe…. Biasanya yg ngabisin malah tamu2. Enakan ngunyah apel atau wortel. Hhmm wortel sekarang manis lho… Enak dimakan mentah (keluarga bobo)

  7. sepertinya bukan, belinya sangat variatif mereknya dan dalam jumlah sedikit gitu per item mereknya.

    iya, yang namanya makanan kan memang kebiasaan aja, lama-lama syaraf perasaanya jadi terkondisikan… orang klo terbiasanya makan singkong, lalu disuruh makan keju, tetap kembali ke singkong…

  8. iya, Mas, aku melirik ke display harga total harga barang belanjaan ibu itu 🙂

    iya, mungkin memang untuk persediaan buat saudara dan pasa akhir tahun, tapi me nurutku tetap ga OK-lah model snack kayak gitu…

  9. kalau selama di semarang, snack ku, buah potong, beli di tukang rujak, 5000 seporsi (tanpa sambel lotisnya) selama liburan di jogja baru kegoda lagi beli Kusuka sama chitato.. ternyata sama saja mahalnya, buah lebih mengenyangkan dan jelas lebih sehat..

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.