Diposkan pada agama, covid19, curhat, dokter, kajian islam, kesehatan, penyakit

Bumerang dokter anti sosial


Di suatu waktu obrolan whatsapp dengan seorang teman:

dr. WW: Dokter tetangga jenengan kerja dimana? Yang malas melakukan edukasi ke masyarakat itu

MAS: Hehe, kenapa Do? Dia memang jarang aktif di kampung, orang tuanya memang kaya raya, Do, tipikal anak gedongan 😅

dr. WW: Ya, dokter apa?

MAS: Dokter umum, aku lupa lupa ingat, dokter umum di klinik atau gimana gitu

dr. WW: Oya, Pria atau Wanita?

MAS: Perempuan

dr. WW: Singel apa Menikah

MAS: Married

dr. WW: Ga masuk grup whatsapp warga?

MAS: Nggak, di grup ibu ibu juga nggak, yang ke masyarakat ortunya aja, itu tadi, tipikal anak gedhongan orang masing-masing anak dibuatin rumah sama bapaknya hehe

dr. WW: Ortu benarnya bisa memberdayakan ya. Hehe, “enak” ya hidupnya

MAS: hehe, begitu lah, anak pejabat

dr. WW: Ooo. Di sebelah kan lagi bahas melek literasi kesehatan, jadi ya saya sajikan bukti seperti ini

Dan kemarin ketika saya rapat besar di RS, rapat tentang efisiensi ketat yang auranya rada mencekam, mulai dari isu penghematan biaya operasional rutin, peniadaan THR, pemotongan gaji, sampai kepada pemutusan hubungan kerja. Saya pun mesti merelakan diri banyak memberi contoh dari diri sendiri, dan dimulai dari diri sendiri, kalau pun tidak ada THR, makanan kantin tidak diadakan lagi, tidak pake AC di ruangan, hemat pemakaian lampu, sampai hal terburuk gaji diturunkan, pun… mau ga mau harus rela… eh terpaksa, dilakoni. Ya ini era serba terpaksa, terpaksa yang positif sebenarnya. Ada teman manajer yang laporan, asam uratnya jadi normal di era wabah ini. Pasien jarang datang ke RS, bukan hanya karena takut tapi karena semakin sehat, karena banyak di rumah, jadi penyakit lain pun, juga tidak terjangkiti.

Era ini adalah masanya mulai fase adaptasi, dalam segala hal, tempe dan makanan murah lainnya pun mulai kembali digemari, berhemat segala jenis sumber daya, namun tetap usaha untuk berbagi karena pasti ada selalu yang lebih buruk nasibnya dari kita, kita masih bisa makan pake kerupuk, yang lain mungkin sudah makan dengan ludahnya saja. Bahkan sudah ada juga, lagi trending, yang posting beternak dan bercocok tanam di pot. Iya, beternak ikan lele di pot. Itu sesuatu yang harus dilakukan oleh semuanya, tanpa melihat strata sosialnya, karena semuanya akan kena imbas, cepat atau perlahan, karena tidak ada kepastian kapan wabah ini berakhir.

Oke, itu berbicara alternatif untuk tetap bertahan hidup, di tengah budaya kemalasan kita di zaman modern ini. Beruntunglah yang sudah pernah latihan survival di hutan. Bukan hanya sekadar nonton film yaa.. dan saya sudah pernah melakukannya, bertahan hidup makan makanan alam, daun, bekicot, minum air got campur kecebong, dsb. Tapi itu dalam situasi latihan singkat. Lah, ini… lama dan ga pasti. Tapi yakin, pasti bisa beradaptasi.

Nah, sebenarnya di dalam rapat kemarin saya menyinggung tentang pentingnya peran semua kita dalam mempercepat wabah ini untuk selesai. Makanya saya contohkan saya termasuk orang yang paling rewel bin bawel binti ceriwis di berbagai grup online dan offline. Asli, mungkin tensi saya masih tinggi, namun datangnya Ramadhan menjadi alasan untuk escape sementara dari puluhan grup online yang ada. Ya, saya izin pamit keluar dari grup-grup yang traffic chat-nya tinggi, yang memancing saya untuk sering menimpali. Ternyata itu lebih menyenangkan, tenang, hepi buat diri sendiri. Ya, hanya diri sendiri. Eh, buat keluarga juga… Dan jiwa ekstrovert-nya tetap berontak. Minimal masih suka pasang status whatsapp, memuntahkan segala yang tak tertahankan yang bergelayut di hati dan pikiran, dan masih ada yang respon, meminta asupan lengkap dari kalimat dan gambar di status. Tapi saya pikir ini masih mending dari sebelumnya: full emosi berhadapan sama kaum ngeyelan. Tapi saya pikir sudah cukup, saya sudah sampaikan, dan kewajban hanya sampai di situ, saya bukan pemberi hidayah. Ya, Ramadhan menyelamatkan jiwa ini sejenak. Sambil tetap berdoa, semua bisa sadar, meski yah… terlambat, kata-kata itu termasuk kosakata yang saya sering ulang-ulang di sisa sisa grup yang masih ada.

Terlambat itu emang tak enak, tapi kata orang: daripada tidak…? Ya konsekuensinya tetap lebih berat, dari biaya fisik dan psikologis. Kapan kita bisa belajar dari pengalaman orang lain? Tampaknya kita lebih yakin kalau merasakan bahwa api itu memang panas dari tangan kita sendiri, meski pun konsekuensinya tangan kita cacat dijilat api. Oh, manusia…

Ah… saya kan tadinya mau berbicara tentang obrolan sama teman tentang dokter yang ga gaul di lingkungannya sendiri. Itu saya refleksikan kembali dalam rapat bersama kemarin di RS. Saya bilang ke teman-teman: sebenarnya situasi kita yang rumit sekarang adalah akibat kontribusi kita juga yang tidak mau berperan serta menjadi edukator atau bahasa kerennya sang pencerah bagi orang-orang di sekitar kita. Kita lebih takut berdebat atau sekadar berusaha untuk memaparkan info yang benar. Yang sebenarnya memang makan energi. Namun energi kita saat ini pasti lebih terkuras menyaksikan fakta karena minimnya keterlibatan kita secara langsung. Bukan hanya dokter memang, kita lihat fakta berapa banyak tenaga kesehatan yang acuh sama lingkungan. Ya, saya tahu tenaga kesehatan kebanyakan orang sibuk. Dan saya juga sibuk. Pulang ya sampai rumah menjelang maghrib juga. Tapi itu tidak menjadi alasan kalau kita benar-benar merenungkan akibat fakta sekarang yang sebenarnya itu adalah algoritma hukum alam yang telah diatur Sang Pencipta.

“Peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”

Penggalan ayat ke-25 dalam surat Al Anfal ini menyiratkan betapa pentingnya melestarikan budaya saling nasihat menasihati untuk menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari perbuatan dosa.

Apakah era wabah covid 19 yang semakin lama durasi dan tingkat keparahannya ini, memang ada peran tenaga kesehatan yang kurang trengginas dalam melakukan hal menyeru kepada kebaikan untuk mencegah penularan covid 19, serta mencegah tersebarnya hoax-hoax dan hal-hal yang membuat keadaan semakin memburuk? Pasti ada. Itulah istilah amar ma’ruf nahi munkar dalam dunia kesehatan. Bila banyak yang tidak melakukan, maka sampai-sampai orang-orang yang tidak berkompeten dan berilmu pun lebih dipercaya oleh kebanyakan masyarakat. Dan pada akhirnya kita sendirilah, para tenaga kesehatan, baik yang diam saja atau yang ceriwis, semuanya kena dampak. Itulah maksud dari algoritma ayat 25 surat Al Anfal di atas.

Perhatikan juga analogi penumpang kapal dari sebuah hadits Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wassallam:

“Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita. ”Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari No. 2493)

Saya sangat mengapresiasi teman-teman yang mulai kembali aktif dan tetap aktif di media sosial, mulai aktif kembali menjadi youtuber, dan sebagainya termasuk di kehidupan offline bermasyarakat, dalam rangka selain untuk mendapatkan pahala amal jariyah berkelanjutan di akhirat nanti, juga dalam rangka mencegah efek terkenanya musibah yang lebih buruk bagi kita semua. Semoga dimudahkan. Aamiin.

Diposkan pada agama, covid19, doa, film, kesehatan, penyakit

Menjelang Ramadhan Syahdu di Era Covid 19


Mari banyak berdoa, tetap konsentrasi beribadah, karena bulan puasa nanti malam sudah masuk, tetap di rumah, belajar dan ibadah di rumah, keluar rumah bila ada hajat penting terkait perut atau kesehatan, tetap pake masker, dan jaga kebersihan serta jarak antar orang, hajat lainnya yang tidak mendesak termasuk bila merasa bosan di rumah ya ditahan selama 2 tahun ke depan, karena ramalan ahli, wabah ini bisa terjadi sampai tahun 2025. Bukan hanya bapak/ibu/saudara yang mungkin sudah bosan di rumah saja, karena kami juga aslinya bosan di rumah sakit terus, ga bisa di rumah kayak bapak/ibu/saudara… 😢 Syukuri posisi masing masing, kita mesti beradaptasi sama wabah ini tapi selalu waspada. Kalau sempat, tontonlah film A Quite Place, film yang menggambarkan situasi tahunan dimana ada alien yang memangsa manusia ketika manusia bersuara. Jadi ujiannya selama bertahun tahun manusia menjaga diri supaya tidak bersuara dalam kondisi gembira atau pun sedih,  tetap menjaga kondisi tenang tanpa suara, bayangkan manusia sebagai makhluk sosial tentu sulit tidak bebas bersuara, dan harus beradaptasi dengan bahasa isyarat, dan itu mirip dengan situasi kita saat ini untuk tetap di rumah dan tidak membuat keramaian… Sehat selalu bapak/ibu/saudara semua…

A Quiet Place (2018) adalah film penghancur saraf. Drama horor ini adalah film yang dirancang untuk membuat Anda menjadi aktif dalam ketegangan, dan tidak bukan hanya pasif dalam kengerian yang sedang berlangsung. Sebagian besar film horor yang hebat terjadi karena kita secara aktif dalam nasib para karakter. Ini adalah jenis film yang mempercepat detak jantung. Dengan kata lain, ini film horor yang sangat bagus.

Menceritakan tentang sebuah keluarga, Lee Abbott dan istrinya, Evelyn, serta tiga anaknya, Regan, Marcus, dan Beau. Regan memiliki tuli pada pendengarannya. Di dunia yang baru saja pasca-apokaliptik, keluarga itu dengan sangat lambat bergerak di sekitar sebuah toko kota kecil. Mengambil beberapa persediaan yang tersisa dan beberapa obat resep untuk anak lelaki yang lebih tua, yang sepertinya terkena flu. Mereka berkomunikasi dalam bahasa isyarat dan sangat berhati-hati untuk tidak membuat suara. Anak bungsu sedang menggambar roket di lantai.

Suara di dunia ini berbahaya. Dan bahayanya diintensifkan ketika anak bungsu menemukan mainan yang membuat kebisingan dan hal-hal tidak berakhir dengan baik. Keluarga terus berduka, dan ibunya hamil sekitar 38 minggu. Mempersiapkan kedatangan bayi yang baru lahir di dunia tanpa suara itu sulit. Dan sang ayah terus meneliti artikel-artikel surat kabar. Mencari cara untuk menghentikan makhluk-makhluk yang membunuh dengan suara sekecil apa pun. Tidak ada lonceng angin atau pecahan kaca.

A Quiet Place (2018) – If they hear you, they hunt you

Sama dengan (bukan) film:

Stay at Home (2020) – If you out from home, corona virus hunt you

Link buat nonton/download gratis film A Quite Place 2018

http://bit.ly/tempattenang

stay healthy, keep up the spirit, pray always, through this plague …

Diposkan pada agama, covid19, kajian islam, kontemplasi, penyakit, salahkaprah

Memaknai Rasa Takut di Era Zombie Vampire Covid19


I am afraid of coronavirus hand drawn vector illustration with sad man crying in cartoon comic style epidemic, from istockphoto.com

Tulisan kompilasi ini muncul karena banyaknya diskusi di berbagai grup whatsapp saya mengenai situasi mencekam penuh ketakutan dengan banyaknya berita hoax dan bukan hoax yang ekstrim, yang satu memberitakan betapa sangat berbahayanya virus corona, yang lain memberitakan bahwa sudah ada yang sembuh dari virus corona, sehingga masyarakat menjadi kurang kewaspadaannya karena menganggap ternyata virus corona bisa hilang, dsb. Semoga tulisan ini bisa memicu kembali semangat menulis saya.

Di era Covid19 ini dapat kita perhatikan berbagai macam sikap manusia, paling ekstrim adalah tidak merasa takut sama sekali dengan virus corona, sedang yang satu lagi merasa takut setengah mati sama virus corona, menjadi paranoid sampai depresi. Lalu bagaimana Islam memandang rasa takut ini, berikut saya paparkan saripati dari berbagai sumber, dan diakhiri kesimpulan dari saya.

—————-

Pengaruh Rasa Takut pada Tubuh dalam Penjelasan Alquran dan Sains

https://techno.okezone.com/read/2017/07/11/56/1733898/pengaruh-rasa-takut-pada-tubuh-dalam-penjelasan-alquran-dan-sains

Setiap manusia dibekali dengan emosi yang secara alamiah dimilikinya. Salah satu jenis emosi itu yakni rasa takut, yang merupakan suatu mekanisme pertahanan hidup dasar, sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu seperti rasa sakit atau ancaman bahaya.

Tak hanya berpengaruh pada perasaan seseorang, rasa takut juga rupanya memiliki pengaruh terhadap tubuh manusia. Dijelaskan dalam buku ‘Sains dalam Alquran’ yang ditulis Nadiah Thayyarah, pengaruh rasa takut telah dibahas dalam Alquran melalui firman Allah.

“(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, takutlah semua perempuan yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala perempuan yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya,” Surah Al Hajj Ayat 2.

Dalam ayat ini terkandung isyarat bahwa rasa takut yang berlebihan dapat menyebabkan keguguran kandungan. Hal ini juga telah dibuktikan oleh ilmu kedokteran modern.

Ayat lain menyebutkan, “Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati,” Surah Al Ahzab Ayat 19.

Ayat tersebut mengisyaratkan akan timbulnya gangguan pada gerakan mata saat takut. Hal ini terjadi akibat bertambahnya sekresi adrenalin yang menimbulkan gangguan pada otot dan syaraf yang berfungsi untuk menggerakkan mata.

Surah Al Muzammil ayat 17 juga menerangkan, “Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.” Ayat ini mengisyaratkan bahwa rasa takut yang berlebihan dapat menyebabkan penuaan atau timbulnya uban.

Riset medis menyimpulkan bahwa rambut yang ada di kepala manusia berjumlah sekitar 200.000 helai. Setiap helai memiliki satu pembuluh darah, saraf, otot, kelenjar, dan umbi. Para ilmuwan mengatakan, penyebab langsung timbulnya uban adalah kekurangan suplai darah yang memberi gizi rambut, yang timbul akibat emosi.

Pengaruh lain akibat rasa takut pada tubuh manusia yakni kulit yang merinding. Hal ini juga telah disebut dalam firman-Nya.

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Alquran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah,” Surah Az Zumar Ayat 23.

Neraka dalam Al Quran

https://kumparan.com/kc-tv-kalianyar-corner/nerara-dalam-al-quran

Sejak kecil kita telah mendengar istilah surga dan neraka. Sejak kecil kita telah disodorkan dua pilihan, menjadi orang baik dengan iming-iming surga atau menjadi orang jahat dengan ancaman neraka. Sampai akhirnya, ada kelompok menuduh agama sebagai upaya meninabobokkan masyarakat agar berharap surga dan takut neraka supaya tidak lagi berpikir kehidupan dunia.

Al-Qur’an juga banyak bercerita tentang manisnya surga dan pedihnya neraka. Jika orang melihat dengan pandangan negatif, mereka akan mempertanyakan apa maksud Al-Qur’an menakut-nakuti manusia dengan neraka dan siksanya. Namun jika kita melihat dengan pandangan rahmat. Kita akan tau bahwa Allah bercerita tentang neraka karena kasih sayang dan rahmat-Nya kepada manusia. Allah tidak ingin ada hamba-Nya yang terjerumus ke dalamnya. Seperti seorang ayah yang memberi tahu anaknya bahwa di depan ada bahaya, jangan melewati jalan itu! Apakah ayah itu hendak menakut-nakuti? Sungguh tidak! Itu semua karena kasih sayangnya pada anaknya. Maha Suci Allah atas segala contoh.

Rasul pun sering bercerita tentang surga dan neraka. Bahkan di zaman Imam Ja’far As-Shodiq, salah satu cucu Rasulullah saw, banyak sahabatnya yang datang dan berkata “Wahai putra Rasulullah saw, jadikan kami rindu kepada surga” atau ada orang lain yang berkata, “Hati sedang keras dan gersang, ceritakanlah pedihnya api neraka agar aku bisa melunakkan hatiku agar tidak lagi menuruti hawa nafsu.”

“Maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al Baqarah 24)

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(At-Tahrim 6)

“Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia Perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim 6)

“Dan tidak ada makanan (baginya) kecuali dari darah dan nanah.”
(Al-Haqqah 36)

“Setelah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.”
(Al-Waqi’ah 54)

“Diberi minuman dengan air yang mendidih, sehingga ususnya terpotong-potong?”
(Muhammad 15)

“Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami Memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.”
(Al-A’raf 41)

—————-

Kesimpulan

  • Maksud Allah memberikan ketakutan manusia ini adalah agar manusia ingat kembali siapa Sang Pencipta mereka. Allah tidak pernah malu menampakkan pelajaran dari hanya sekadar sekumpulan nyamuk yang dapat membuat heboh di sebuah zaman, dan itu serupa ketika Allah memberikan pengajarannya di zaman ini melalui virus corona.
  • Virus Corona adalah bagian cobaan dari hidup manusia, dalam perspektif Islam, sikap yang benar sebagai orang bertaqwa adalah berada di tengah-tengahnya. Arti taqwa sendiri artinya takut dan berhati hati ibarat berjalan di jalanan yang penuh duri. Takut tertusuk duri sehingga membekali diri dengan sebaik-baiknya bagaimana supaya tidak tertusuk duri seperti memperhatikan jalan dengan baik, berjalan perlahan, menggunakan sepatu anti duri, dsb.
  • Virus Corona ini mengingatkan kita akan pentingnya kehidupan di akhirat, corona hanya sebagian kecil cobaan dari Allah untuk menguji keimanan dan ketaqwaan kita. Sudahkah kita percaya akan adanya makhluk “gaib” bernama corona ini, sebagaimana kita percaya akan adanya makhluk gaib lainnya? Sudahkah kita percaya bahwa virus corona dapat membahayakan bagi kita. Sehingga, sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk menghadapi bahaya ini?
  • Takutnya kita kepada virus corona adalah sangat manusiawi. Takutnya kita membaca berita-berita tentang corona juga sangat manusiawi, dan dari kompilasi tulisan di atas pun kita lihat Allah menjadikan rasa takut itu agar manusia senantiasa bertaqwa, berhati-hati, sekaligus waspada, serta menghindari perbuatan-perbuatan yang terlarang. Agar tidak menjadi hanya sekadar takut maka kita mesti mencari hal-hal yang benar tentang virus corona ini, melalui ahlinya, sebagaimana ketika kita mencari info tentang ngerinya api neraka dari ahlinya yaitu para nabi. Lalu ketika kita menyadari bahwa memang virus ini berbahaya, tidak perlu juga kita menjadi takut keterlaluan sampai menjadi timbulnya penyakit mental, karena kita diajarkan oleh agama kita juga bagaimana cara mengelola rasa takut itu, yaitu dengan banyak mengingat Allah. Hanya dengan mengingat Allah, hati kita menjadi tenang, serta membaca kabar-kabar gembira yang membuat kita selalu optimis dan bersemangat dalam menghadapi virus corona ini. Semoga bermanfaat. Aamiin.

Tetap Semangat Yaa…
dr. WW

Diposkan pada kesehatan, kontemplasi, olahraga, penyakit

Sehat & Bugar itu di-Perjuangkan


Lama tidak mengisi blog ini, ga boleh kalah sama anak saya yang sekarang aktif menulis blog, monggo yang berkenan baca blog anak saya yang masih umur 8 tahun ini: http://fathinaas.blogspot.com/. Selain malu sama anak saya yang badannya sudah mulai singset karena rutin ikut taekwondo (mungkin loh ya, selain malas makan juga), juga malu sama diri sendiri yang kurang kuat melakukan self motivation dalam memperbaiki kesehatan dan kebugaran badan, akibatnya beberapa waktu lalu sempat dihampiri oleh berbagai macam jenis penyakit. Alhamdulillah kondisi sekarang lebih lumayan sehat dan fit. Dulu banget waktu masih mahasiswa, bugar dan sehat saya lakukan melalui klub-klub yang saya ikuti, jadi termotivasi oleh orang lain. Setelah nikah? Ya, mungkin itu problem banyak orang, rasanya lebih nyaman di kasur dan tempat makan, sampai kita merasakan akibat kenyamanan itu membuat akumulasi akibat yang tidak baik. Benar ungkapan sebuah kalimat: Kenyamanan Itu Mematikan!

So, mengambil kembali momentum-momentum yang ada untuk berjuang memotivasi diri sendiri dalam usia yang masih bisa dibilang mudalah. Investasi bugar & sehat sangat penting bagi produktifitas kita sendiri. Meski dalam tahap-tahap awal ini serasa tersiksa luar biasa, godaannya serasa lebih besar. Tapi bagaimana pun harus yakin: Saya, dan Kita bisa!

Komitmen & Realisasi:
– Jogging tiap hari
– Minum air putih + jeruk nipis peras sebanyak mungkin
– Tidur cukup
– Makan yang cukup (banyak, ini yang agak susah…)

*Momentum Persiapan Festival Night Run 5K

Diposkan pada imunisasi, kesehatan, obat, penyakit

Pencegahan Praktis Demam Berdarah Dengue Dari Rumah Kita


P60307-182652Beberapa minggu terakhir saya mendapatkan cukup banyak berita dari teman kerja dan teman lainnya mengenai penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang menyerang mereka atau orang terdekat mereka. Saya sebagai teman dan sebagai manusia yang sama seperti mereka terus-terang merasa sedih dan was-was, kasus DBD menyebabkan hilangnya harta benda dan nyawa dari teman dan keluarga kita. DBD berhubungan erat dengan agen penyebarnya yaitu nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Untuk skala dunia, kasus kejadian DBD ini termasuk luar biasa, setiap tahun ada sekitar 400 juta kasus DBD, 20 ribu orang di antaranya meninggal. Lebih dramatis dikatakan, setiap menit ada 1 manusia yang meninggal akibat DBD.

Bagi saya, seperti penyakit lainnya, untuk kasus DBD ini, mencegah tetap lebih baik sebelum terjadi, sebelum menderita penyakit demam berdarah, karena memang tingkat penderitaannya tidak bisa ditebak, jadi lebih baik waspada dan bersiap sedia sejak awal agar tidak terjangkit virus itu. Caranya tentu saja bagaimana kita tidak digigit oleh nyamuk Aedes ini, yang jam kerja menggigitnya pada siang hari. Meski pun program pemberantasan DBD cukup gencar dilancarkan pemerintah dan lembaga non pemerintah, nyatanya banyak dari kita yang kurang dan tidak peduli, bahwa kita adalah salah satu calon mangsa dari nyamuk dan virus ini. Tidak ada jaminan kita tidak akan terkena. Meski pun banyak strategi pemberantasan yang telah disosialisasikan seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (Menguras, Mengubur, Menutup) yang dianggap sebagai cara paling efektif, namun faktanya gerakan 3M ini akhirnya diubah menjadi gerakan 3M Plus. Plus di sini yaitu menghindari gigitan nyamuk. Selain itu secara aktif pemerintah menggalakkan program Jumantik, Juru Pemantau Jentik.

Program dasar 3M dan Jumantik merupakan program komunal dengan keterlibatan pribadi-pribadi dalam kelompok masyarakat yang biasanya memerlukan usaha yang lebih besar. Sedangkan menghindari gigitan nyamuk lebih bersifat kepada kewaspadaan pribadi. Sebagai pribadi, terus terang saya lebih mudah untuk berkomitmen dengan usaha untuk menghindari gigitan nyamuk ini. Selain lebih praktis; tidak butuh alokasi waktu khusus seperti gotong royong dan sebagainya. Saya yakin orang-orang kota dan sibuk seperti saya, malas untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk. Yang dibutuhkan disini adalah biaya dan komitmen pribadi yang sebenarnya juga tidak lebih besar kadarnya dari gerakan PSN. Bayangkan kita harus rutin 3M setiap minggu minimal. Itu pun kalau kita aja yang rajin, nyatanya kita bisa kena gigitan naymuk tetangga atau nyamuk dari tempat lain. Memang sangat baik bila 3M plus bisa kita lakukan. Tapi saya realistis saja.

Saya hanya berusaha agar nyamuk tidak menggigit saya dan anggota keluarga saya. Cukup banyak usaha yang bisa dilakukan untuk hal ini seperti memakai kelambu, memakai pakaian yang lebih tertutup, memakai raket setrum nyamuk, pengusir nyamuk ultrasonik, memakai pendingin ruangan, memakai obat nyamuk bakar/semprot dan sebagainya. Di antara semua cara itu saya pilih lagi cara yang lebih praktis, mudah dilakukan dan sesuai dengan kondisi saya yaitu memakai krim relepen/penolak nyamuk (mosquito repellent) di waktu pagi dan siang hari, serta mengandalkan vaporizer, alat pengusir nyamuk elektrik jenis vaporize/uap yang bisa dihidupkan terus-menerus selama 24 jam. Apakah murni hanya menggunakan 2 cara ini saja? Tidak, kami mempunyai juga raket nyamuk, ruang kamar ber-AC, kipas angin, dan semprotan nyamuk. Tapi itu jarang dipakai. Selain itu kami memilih menggunakan ember tampung yang kecil untuk alat mencuci dan mandi, diusahakan airnya tidak mengendap lama karena berpotensi jadi tempat bertelur nyamuk di dalam rumah. Lebih praktis lagi cukup pakai alat shower/pancuran untuk mandi.

Selanjutnya, saya ingin menekankan kembali kepada pemakaian repelen anti nyamuk ini karena lebih praktis, untuk menghindari gigitan nyamuk karena bisa jadi nyamuk menggigit kita ketika kita dan anggota keluarga kita berada di sekolah, tempat kerja, luar rumah, tempat belanja, tempat wisata, tempat bermain dan sebagainya. Di rumah kami tidak menggunakan repelen, cukup memakai vaporizer yang dihidupkan terus-menerus 24 jam. Saya baru tahu sekarang sudah ada smart vaporizer yang bisa kita pilih programnya agar mengeluarkan uap pengusir nyamuk sesuai dengan keinginan kita. Lalu apakah tidak berbahaya menggunakan 2 cara ini. Kan isinya racun semua. Benar. Memilih kedua cara ini membutuhkan pertimbangan yang cukup lama, saya sampai browsing banyak artikel tentang ini, ilmiah mau pun tak ilmiah/populer. Kebnayakan artikel berbahasa Indonesia tidak memmuat informasi yang berimbang dan lebih cenderung menakuti-nakuti agar tidak menggunakan cara ini, berbeda dengan artikel dari luar negeri yang mereka muat semua unsur positif dan negatifnya. Namun dalam dunia kedokteran, obat pun disebut sebagai racun. Yang membedakan obat dan racun adalah dari dosis yang digunakan. Jadi untuk repelan gunakan setipis mungkin, hindari area yang tertutup pakaian, kulit muka, dan selaput lendir seperti mata dan hidung. Jangan lupa cuci tangan ketika akan memegang makanan. Begitu juga untuk penggunaaan obat nyamuk, silahkan memilih obat nyamuk bakar yang lebih murah atau vaporizer yang lebih mahal (sebetulnya lebih hemat dan praktis), namun penggunaan juga harus diuji, jangan ditaruh di ruangan tertutup agar konsentrasi uap racun tidak membahayakan kita.

Cara praktis ini saya pilih juga atas pertimbangan perbandingan risiko kalau kita sudah kena DBD, yang sudah kejadian pada teman-teman saya dan anggota keluarganya, dibandingkan risiko minimal yang mungkin kita rasakan saat menggunakan dua cara ini. Sampai saat ini saya pribadi masih mencari dan memikirkan cara-cara alami untuk menggantikan dua cara itu yaitu menggunakan repelen alami dan vaporize alami. Sayangnya, belum ketemu yang baik dan praktis.

Cara lain yang bisa menjadi harapan cerah di masa depan untuk mencegah DBD ini, yaitu melalui imunisasi. Memang sudah ada produk vaksin DBD perdana yang sudah beredar. Namanya Denvaxia. Lahir setelah melalui waktu 20 tahun penelitian dengan biaya 1,65 triliun dolar amerika, melibatkan 40.000 orang subjek penelitian. Meski pun sudah dipakai di Meksiko, sebentar lagi digunakan oleh Filipina, namun efektifitas vaksin DBD ini diperkirakan masih sekitar 60 persen dengan jenis varian virus (serotipe) yang tidak sama persis dengan di Indonesia, jadi bisa kurang efektif seperti halnya vaksin Influenza. Harga diperkirakan sekitar 300 ribuan rupiah. Dan pemerintah menjanjikan vaksin ini akan masuk menjadi vaksin dasar alias gratis.

Semoga kita semua terhindar dari gigitan nyamuk dan DBD ini. Aamiin.

Bacaan lebih lanjut:

Diposkan pada penyakit

Fakta dan Mitos Hipertensi


Apa kabar teman-teman? Semoga tetap sehat ya… saya berusaha menulis kembali 😀

Kali ini saya dipaksa menulis, karena mendadak didera insomnia karena masih berkutat dengan henpon android jadul saya, browsing mengenai berbagai hal. Jadilah akhirnya saya putuskan berhenti setelah lewat tengah malam, dan mengambil air wudlu untuk sholat malam. Lalu sebelum tidur saya putuskan untuk menuangkan sedikit ide tulisan dari sekian banyak ide yang masih mengendap di kepala saya… (sabar ya, nanti di keluarkan endapannya satu persatu…)

Sabtu pagi kemarin RS saya menyelenggarakan kegiatan hospital community development yang berfokus pada program pencegahan bahaya tekanan darah tinggi (hipertensi) melalui pemberdayaan kader kesehatan masyarakat dengan tema pelatihan penggunaan alat pengukur tekanan darah.

Selama acara, peserta dengan antusias mengikuti sampai-sampai sesi tanya jawab tidak dapat menampung luapan permintaan pertanyaan yang membludak karena keterbatasan waktu. Namun perihal utama yang saya tangkap dalam acara ini adalah, ternyata masih banyak masyarakat yang belum begitu paham mengenai hipertensi ini, terbukti dari banyaknya pertanyaan yang meminta klarifikasi dari rumor yang beredar di masyarakat tentang hipertensi ini.

Baiklah, saya tidak akan mengulang pertanyaan yang diajukan peserta kepada dokter penyuluh pada waktu acara itu, namun saya kumpulkan saja rangkumannya mengenai fakta dan mitos mengenai penyakit hipertensi ini. Dan tentu saja saya paparkan sesuai pengetahuan dan daya ingat saya selama saya mengikuti acara itu, maklumlah, untuk sekarang saya sudah tidak praktik dokter lagi, jadi sedikit banyak sudah ada yang lupa 😀 Jadi teman-teman bisa menambahkan atau melakukan pencarian lanjut melalui mesin google tentang fakta dan mitos lainnya yang belum saya paparkan di sini. Semoga saya bisa memaparkan secara sederhana agar bisa dipahami.

Ini dia…

Faktanya:

  1. Hipertensi, berdasarkan standar terkini adalah tekanan darah yang angkanya sama atau lebih dari 120 milimeter air raksa untuk tekanan sistol (yaitu tekanan pada saat jantung memompa darah, masyarakat awam biasa menyebut tekanan atas) ATAU adalah tekanan darah yang angkanya sama atau lebih dari 80 milimeter air raksa untuk tekanan diastol (tekanan pada saat jantung relaksasi atau mengembang, masyarakat awam biasa menyebut tekanan bawah). JADI, untuk ukuran sekarang tekanan darah 120/80 itu sudah termasuk tidak normal.
  2. Tekanan darah kita selalu berubah, naik turun mengikuti irama biologis, aktifitas, dan situasi lingkungan. Pada kondisi beraktifitas normal, tekanan darah terendah terjadi saat pagi hari bangun tidur, dan paling tinggi pada malam hari.
  3. Penyebab hipertensi sebagian besar tidak diketahui, sebagian kecilnya disebabkan oleh penyakit tertentu.
  4. Hipertensi adalah pembunuh berdarah dingin, karena sebagian besar TIDAK mempunyai gejala apa pun, sehingga seringkali seseorang tidak mengetahui bila tekanan darahnya tidak normal. Untuk itu penting melakukan pemantauan tekanan darah secara berkala.
  5. Hipertensi merupakan kelompok pembunuh utama yang menyebabkan banyak kematian. Perkiraan statistik, 1 dari 4 orang penduduk bumi menderita hipertensi. Jadi, kalau penduduk dunia ada 8 milyar, maka 2 milyarnya menderita hipertensi.
  6. Sekali menderita hipertensi, maka seumur hidup hipertensi akan menemani. Jadi hipertensi tidak bisa sembuh, tapi tekanan darah bisa dikendalikan untuk berada dalam kisaran normal.
  7. Hipertensi yang tidak terkendali memberikan akibat kepada kerusakan organ-organ utama tubuh seperti jantung, ginjal, otak, mata. Kematian atau disabilitas sering sekali terjadi bila organ-organ itu sudah melampaui toleransinya dalam menerima tekanan darah yang tinggi.
  8. Hipertensi dapat dikendalikan melalui faktor-faktor yang dapat diubah yaitu perbaikan gaya hidup seperti berhenti merokok dan minum alkohol, rutin berolahraga, menu dan pola makan yang sehat dan seimbang, mengurangi tingkat stres, dan minum obat antihipertensi.
  9. Obat hipertensi tidak menyebabkan ketergantungan dan efek samping obat hipertensi sangat jarang dan jauh tidak bermakna dibandingkan dengan akibat hipertensi yang tidak terkendali akibat tidak teratur minum obat. Obat hipertensi sebagian besar tidak dapat membuat tekanan darah menjadi lebih rendah dari normal.
  10. Minum obat hipertensi harus teratur seumur hidup. Obat tetap harus diminum meski pun saat pemeriksaan tekanan darah menunjukkan angka yang normal, karena tidak ada yang bisa mengetahui kestabilan tekanan darah seorang penderita hipertensi dalam satu harinya, sehingga fungsi obat adalah memelihara kestabilan tekanan darah.
  11. Alat kontrasepsi hormonal (pil KB, suntik, susuk KB) pada orang tertentu dapat memicu terjadinya hipertensi, oleh karena itu konsultasikan dengan baik dengan dokter mengenai pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.

 Mitosnya:

  1. Hipertensi adalah penyakit orang tua. Memang, faktor usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, tapi tidak selalu. Banyak usia muda penderita hipertensi. Tidak jarang kita mendengar orang dengan usia di bawah 40 tahun bahkan di bawah 30 tahun mengalami hipertensi dan mengalami komplikasinya seperti stroke pada otak. Tentu ini sangat erat dengan faktor lain seperti genetik dan gaya hidup yang jelek.
  2. Hipertensi adalah penyakit yang dapat sembuh, jadi kalau kepala tidak pusing lagi atau leher tidak terasa kencang-kencang lagi, berarti tekanan darah sudah normal. Obat boleh distop. Ini mitos.
  3. Hipertensi dapat disebabkan karena terlalu banyak makan daging kambing. Tidak makan daging kambing pun aktivitas makan dapat menaikkan tensi. Itulah perlunya mengukur tekanan darah dalam keadaan santai/istirahat agar hasilnya valid.

Demikian sedikit yang bisa saya paparkan, semoga pada pukul 02.25 ini tekanan darah saya tidak terlalu tinggi. Saatnya istirahat untuk menormalkan kembali tekanan darah. Wassalam.

Diposkan pada kesehatan, makanan, penyakit

Tips: Mengelola sakit maag selama berpuasa.


Ini pengalaman saya secara pribadi, sebagai dokter, juga penderita sakit maag/lambung. Saya sudah ditemani oleh penyakit ini sejak masih SMP kelas 3, akibat dari pola makan yang tidak teratur, kalau sudah berkutat sama hobby, makan bisa jadi aktifitas nomor kesekian. Makanya saya waktu kecil ceking bodynya, hehehe… Penyebab sakit maag bukan hanya karena pola makan tidak teratur, untuk keterangan lebih lanjut, cari sendiri via google atau dokter lain ya… 😀

Untuk kali ini, karena pas bulan puasa, saya fokuskan pembahasan pengalaman saya dengan sakit maag ini melalui seputar tips agar kita dapat mengelola penyakit ini selama kita berpuasa. Puasa bagi penderita sakit maag bisa berakibat merugikan bila kita tidak mengerti bagaimana memperlakukannya. Puasa saya sendiri, pada waktu masih SMA terkadang batal karena kambuhnya sakit itu dengan akibat yang tak tertahankan seperti muntah-muntah, pusing berputar sampai seperti mau pingsan (saya seumur hidup belum pernah pingsan), dan rasa sakit perut yang tak tertahankan.

Semoga dengan tips berikut ini bisa membantu teman-teman yang mempunya sakit maag. Bagi yang belum sakit maag jangan sampai terkena ya, untuk diketahui saja saat awal terkena sakit maag (fase akut) itu sungguh sangat mengerikan, sampai jungkir balik guling-guling di kasur saya waktu itu sambil berceceran, eh bercucuran air mata.

OK, langsung simak tips berikut ala saya:

1. Jangan lupa minum obat maag berjenis masa kerja panjang seperti lansoprazole dan omeprazole pada saat sahur. Obat ini berfungsi mengurangi pengeluaran asam lambung secara berlebihan dari sumbernya. Tidak setiap orang cocok dengan obat ini, jadi terlebih dahulu bisa mendatangi dokter terdekat buat berkonsultasi.

2. Sebaiknya kurangi menu makanan yang mengandung pedas, makan cabe boleh asal tidak terlalu pedas dan dalam jumlah banyak (cabe sedang mahal tau…) dan diiringi dengan makanan/minuman lain untuk mengimbangi rasa pedas. Silakan perkirakan sendiri toleransi kita terhadap makanan pedas ini. Saya sendiri masih sulit melepaskan makanan pedas, maklum sudah terbiasa dari kecil makan pedas, hehe…

3. Hindari terlalu banyak makan sayur dan buah-buahan karena akan memperberat kerja lambung. Ini terlihat sedikit agak bertentangan dengan pola makan sehat yang mengharuskan konsumsi buah dan sayur secara rutin. Namun sekali lagi sesuaikan reaksi yang terjadi bagi lambung kita masing-masing. Saya sendiri maniak sayuran dan buah.

4. Makan tidak terlalu kenyang agar tidak menimbulkan rasa sebah/penuh/kembung dan memperberat kerja lambung. Untuk diketahui: porsi makan saya, terutama nasi, porsinya bisa berkurang 1/4 porsi dibanding tidak berpuasa, lauk pauknya yang banyak, hehehe…

5. Sebisa mungkin hindari minuman es di kala sahur dan buka. Padahal saya setiap hari minum es. Es dapat saja dikonsumsi setelah buka atau setelah memakan makanan lain, dan porsinya juga jangan terlalu banyak. Minum-minuman hangat akan membuat lambung lebih terasa plong, mempercepat terurainya gas-gas lambung yang mengurangi kenyamanan.

6. Sebisa mungkin jangan memakai pakaian yang ketat di daerah perut karena akan membuat gesekan antar mukosa (lapisan permukaan) lambung lebih mungkin terjadi. Pada penderita sakit maag kronis hal ini akan sangat berpengaruh karena mukosa lambung sudah ada yang mengalami kerusakan (luka/erosi). Pakaian ketat di seputar perut juga meningkatkan stresor otot di sekitar lambung yang justru lebih memicu terjadinya kembung. Saya sendiri lebih suka celana kendor pas di pinggang, tanpa menggunakan tali pinggang, di rumah saya lebih suka memakai t-shirt/kaos oblong, dan celana dengan pengikat tali/karet/celana olahraga.

7. Makanan dan minuman yang mengiritasi lambung kebanyakan bersifat individual (berbeda-beda) setiap orang, biasanya asam lambung akan meningkat dengan konsumsi kopi, coklat, teh, soda, sayuran berserat tinggi, buah-buahan asam dan berserat tinggi.

8. Makanan karbohidrat dengan serat tinggi justru baik bagi lambung dan meningkatkan pemecahan energi secara bertahap seperti oat dan gandum sehingga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Puasa tahun lalu hampir tiap hari saya makan bubur oat, lauk pauk sekreatif mungkin, rasanya perut lebih enak dan rasa kenyang lebih lama dalam porsi sedikit dibandingkan nasi.

9. Kelolalah pikiran atau stresor fisik dan psikis. Terlalu banyak stresor akan meningkatkan pengeluaran asam lambung secara berlebihan.

10. Berhati-hati bila meminum obat yang dapat menyebabkan iritasi dan peningkatan produksi asam lambung, terutama obat-obat pereda nyeri. Bila terpaksa harus meminumnya, lakukan sesudah makan, dan perhatikan reaksinya terhadap lambung kita. Hentikan bila reaksi tidak bisa ditoleransi.

11. Bila gejala asam lambung muncul, beristirahatlah dengan membaringkan diri dalam posisi rileks, tarik napas panjang secara perlahan, pejamkan mata, tarik napas dari hidung dengan mengembangkan perut (bukan dada), tahan napas itu sejenak 1-2 detik, lalu hembuskan perlahan lewat hidung, lakukan berulang-ulang sampai keluhan berkurang. Untuk saya sendiri hal ini banyak membantu. Cara pengelolaan seperti ini terinpirasi ketika saya mengikuti bela diri yang menggunakan teknik olah napas perut.

12. Bila terasa kembung dan ada desakan dari perut untuk mengeluarkan gas ke saluran pernapasan, JANGAN diikuti. Maksudnya kita jangan melakukan sendawa secara aktif, sampai berulang-ulang glegek’an, eegh…eegh…eegh…. Inilah kebiasaan buruk yang pernah saya lakukan sebelum saya terlalu mengerti mekanisme dan komplikasi sakit maag. Bila kita masih saja melakukannya maka akan memperparah komplikasi refluks/berbaliknya/naik asam lambung keluar/atas lambung yang disebut dengan “heart burn” yaitu rasa terbakar pada rongga dada, kerongkongan, dan tenggorokan, disertai dengan rasa sesak napas. Heart burn ini adalah akibat naiknya asam lambung ke saluran pencernaan di atas lambung dan kadang bisa masuk ke saluran pernapasan, asam lambung yang kuat tentu akan menyebabkan area yang tak terlindungi dengan pelapis khusus akan terluka dan menyebabkan sensasi nyeri terbakar/panas/sesak napas tadi. Selain dengan kebiasaan buruk bersendawa secara aktif tersebut, makan/minum sampai perut penuh juga bisa mengakibatkan hal ini. Pada mereka yang memiliki komplikasi lemahnya katub/klep antara lambung dengan saluran makanan di atas lambung, hal ini lebih mudah terjadi terutama pada posisi horizontal/berbaring. Sering juga terjadi pada ibu hamil tua. Tentu cara menguranginya bisa dengan tidur pada posisi dada dan kepala lebih tinggi dari perut.

13. Sesuai tuntunan, makan sahur diakhirkan menjelang azan subuh bukan sebelum imsak dan menyegerakan berbuka begitu terdengar suara sirine/bedug/azan maghrib. Jangan merasa kuat dengan terlalu awal sahur atau tidak sahur dan menunda-nunda berbuka, kasihan lambungnya.

14. Jangan memaksakan diri untuk berpuasa bila gejala sakit maag terasa sangat berat seperti sampai muntah, lemas, sakit kepala berat, sakit perut tak tertahankan. Segeralah berbuka. Dan puasa boleh diganti di luar bulan puasa.

Demikian tips dari saya, semoga berguna.

Diposkan pada kesehatan, penyakit

Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Pada Bayi Kita, Pentingkah?


Masih banyak calon pengantin dan pasangan suami istri yang tidak begitu peduli dengan profil kesehatan (fisik) mereka, bahkan tidak terkecuali dengan mereka yang notabene berprofesi sebagai tenaga kesehatan, contohnya saya. Tapi itu bukan hal yang patut ditiru. Karena akhirnya saya dan istri pun “kena batu”-nya karena ketidakpedulian itu. Bukan bermaksud untuk mengungkit peristiwa lampau yang cukup mengharukan bagi kehidupan kami yang dikarunia anak spesial dari Sang Pencipta – tentu saja ini merupakan amanah yang sangat besar dan menjadi lahan bagi kami untuk menjadi orang tua yang hebat karena diberikan guru yang hebat pula, yaitu anak kami sendiri – melainkan untuk menjadi pelajaran bagi kami sendiri dan kita semua agar sesuatu hal yang mestinya bisa dicegah, diantisipasi, dikelola sedini mungkin dapat dilakukan secepatnya. Yah, sebagai bentuk kepedulian kita kepada generasi penerus kehidupan di masa depan dan sebagai orang tua yang menjadi pendidik yang baik bagi anak-anak kita.

Sekadar mengulangi saja, bahwa anak kedua kami, Nadifa Kamilia, yang biasa kami panggil “adek” merupakan anak tuna rungu alias difable (different ability people) klasifikasi gangguan pendengaran (hearing impairment) kategori Profound Sensori Neural Hearing Loss (Hilangnya Pendengaran Persyarafan Yang Sangat Berat). Sempat terlintas penyesalan beberapa saat lamanya, mengapa saya, yang notabene sebagai dokter pun kurang aware/peduli terhadap proses pra kehamilan, selama kehamilan, dan pasca kehamilan istri.

Nadifa sendiri baru terdeteksi di rahim istri ketika sudah berusia 4 bulan, meski pun kami sudah “tes pek” selama 2 kali sejak bulan-bulan awal telatnya menstruasi, namun mungkin sudah takdirnya belum terdeteksi dengan model kadar kualitatif hormon kehamilan itu. Istri akhirnya di bulan keempat pasca telat haid merasa ada benjolan keras bulat di perutnya. Langsung curiga hamil dan periksa USG dan benar hamil, dan sempat di”gerutui” sama dokter kandungannya.

Mulailah agak teratur periksa kehamilan, dan di trimester akhir terdeteksi jumlah cairan ketuban (liquor amnion) kurang dari normal. Cuma satu dokter yang bilang normal. Yah, cuma sampai di situ saja, belum terpikir mau tes-tes lain, yah terus terang itulah bentuk “ketololan” saya sebagai dokter. Maka jangan sampai terulang, termasuk bagi teman-teman yang awam sekali pun.

Lalu sampailah saat kelahiran, tepat di malam lebaran idul fitri, melahirkan dengan mudah secara normal karena berat Nadifa cuma 2,4 kilogram, sempat masuk inkubator/warmer selama sehari karena napas dan saluran napasnya tidak adekuat alias mengkis-mengkis alias kembang kempis dan berlendir banyak ketika pindah ke bangsal yang memakai AC. Secara fisik memang Nadifa terlihat lemah. Bulan-bulan selanjutnya di awal kehidupan terlihat Nadifa kurang aktif, perkembangan fisik seperti menegakkan kepala tidak secepat kakaknya. Menurut ibunya di bulan awal, Nadifa masih respon dengan beberapa suara, tapi entahlah, karena kami belum tes secara benar pada waktu itu. Istri juga ingat sekali tidak ada hal yang aneh atau penyakit yang tampak dialami istri selama hamil seperti beberapa tanda yang jelas adanya penyakit yang menggangu janin pada beberapa ibu hamil lainnya. Mungkin inilah salah satu sebab kewaspadaan kami begitu kurang.

Kecurigaan gangguan pendengaran mulai ada sekitar umur 4 bulan, tapi itu pun tidak yakin sekali karena Nadifa masih respon (terkejut) ketika mendengar beberapa suara, ya saya juga kadang menyaksikan responnya. Tapi ya itu tadi, kok ya tidak tergerak untuk tes secara lebih lanjut.

O, iya, sebenarnya kami juga pernah ke dokter anak di tempat kerja saya, dan Nadifa didiagnosis dengan gangguan perkembangan global (global delayed development) dan ukuran kepala lebih kecil dari normal (mikrosepali). Sayang benar kenapa kami tidak “mencecar” apa saja penyebab/kemungkinan kondisi itu dan dokter anak juga kurang memberikan informasi secara aktif, cuma disarankan USG kepala. Kami bawa Nadifa USG kepala di Cirendeu, Tangerang atas rujukan dokter anak RS Fatmawati yang tentu saja atas rekomendasi dokter anak saya yang di Jogja dan ketemunya “cuma” perbesaran ruang 4 pada tulang tengkorak (ventrikulomegali), itu pun “cuma” dianggap normal dan tidak signifikan atau tidak terlalu sesuai dengan diagnosis dokter anak dan dikatakan perlu dievaluasi. Sayang juga, kami tidak segera kontrol ke dokter anak atau mencari second opinion.

Akhirnya setelah istri mutasi ke Jogja, barulah kami  “agresif” dan mulai merasa “ngeh”. Saya berinisiatif membawa Nadifa periksa ke dokter THT, lagi-lagi di tempat kerja saya. Yah, seperti kecurigaan kami, Nadifa memang mengalami gangguan pendengaran. Dan itu baru kami periksa ketika Nadifa berumur 18 bulan, lalu dirujuk untuk tes yang lebih canggih di RSUP Sardjito dengan BERA, dan muncul diagnosis profound sensori neural hearing loss (SNHL) untuk kedua telinga tadi. Syukurlah kami tidak sampai harus tangis-tangisan, tapi yang jelas galau sekali dengan kondisi dan situasi waktu itu. Keluarga besar ikut galau juga dan ada yang tidak percaya. Tetangga pun masih menganggap normal anak usia segitu belum bisa bicara.
Entahlah, kebingungan kami seperti di jawab langsung sama Allah, habis kontrol THT untuk dapat penjelasan mengenai hasil BERA, sewaktu pulang, di depan lift RS kami bertemu seorang ibu dan anaknya yang sepertinya juga gangguan dengar. Saya ga sempat tanya identitas ibu itu, dia menyarankan kami ke sebuah hearing center yang cukup terkenal di Jogja. Panjang sebenarnya kisah pencarian informasi ini, singkat cerita akhirnya Nadifa bisa pakai Alat Bantu Dengar.

Lalu belum lama ini kami “iseng” ingin tahu dugaan kami mengapa Nadifa bisa mengalami gangguan pendengaran sejak lahir. Lalu kami melakukan CT Scan kepala dan tes laboratorium untuk deteksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus/CMV, Herpes). Benar dugaan kami, Nadifa ada riwayat terinfeksi Rubella, CMV, dan Herpes.

Penyesalan tidak ada gunanya, namun yang penting mengambil pelajaran, bahwa perlu melakukan deteksi dini gangguan pendengaran kepada anak kita, karena mendengar merupakan faktor penting untuk berbahasa dan menjalani kehidupan. Lalu apa tes yang perlu dilakukan kepada anak kita untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran? Kalau tidak mau menduga-duga langsung saja begitu anak kita lahir, kita minta dilakukan tes deteksi dini dengan alat bernama OAE (oto acoustic emission), sebuah alat berbasis komputer yang mampu mendeteksi kerusakan pada bagian rumah siput/koklea terutama fungsi rambut halus penerima getaran suara pada rumah siput itu. Tes ini sangat sederhana, cepat, tidak menyakitkan, dan murah harganya. Memang baru rumahsakit dan toko pusat alat bantu dengar tertentu saja yang memilikinya. Bisa kita tanyakan sama dokter THT dimana kita bisa memperoleh anak kita melakukan tes tersebut. Kebetulan juga di RS tempat saya bekerja juga bisa melakukan tes tersebut karena sudah bekerjasama dengan sebuah pusat alat bantu dari Jakarta. Bagi mereka yang tetap sulit mencari tempat tes ini, lakukan saja seperti orang tua zaman dahulu menguji pendengaran anaknya. Bisa dengan memberikan suara secara tiba-tiba seperti gebrakan meja, bagaimana reaksi anak ketika mendengar suara petir dan suara-suara lain di sekitarnya. Diperlukan sedikit kepedulian dan ketelitian terhadap ini, atau kalau masih ragu, datangi saja dokter THT (sebenarnya dokter umum juga bisa melakukan) yang biasanya akan melakukan tes secara sederhana juga menggunakan garpu tala dan tepukan tangan. Kita pun sebagai orang tua juga bisa kok kalau cuma pakai cara tepuk tangan di samping atau belakang anak yang mau kita tes.

Nah, bila sudah yakin anak kita ada gangguan pendengaran dengan sedini mungkin maka selanjutnya diperlukan upaya penanganan yang sedini mungkin pula. Memang harus ditentukan pula sebab pastinya karena bisa jadi si anak proses penyebab gangguan pendengarannya masih berlangsung seperti pada kasus infeksi bakteri pada telinga sehingga perlu dilakukan pengobatan medis untuk penyebab gangguan. Namun untuk bayi dengan gangguan pendengaran yang sudah terdeteksi di awal-awal kelahirannya, lebih banyak disebabkan faktor kehamilan ibunya. Meski pada beberapa kasus proses itu masih berlangsung ketika bayi lahir.

OK. Rumit kalau saya memaparkan semuanya. Intinya perlu dilakukan deteksi seawal mungkin agar penanganan yang tepat juga bisa diberikan seawal mungkin dan tentu kita berharap keberhasilan anak kita lebih besar untuk sembuh dari gangguan pendengarannya, atau proses gangguan itu tidak berlanjut dan semakin parah merusak sistem pendengarannya. Dan anak kita lebih mudah untuk belajar sedini mungkin agar sisa pendengarannya bisa terasah dengan harapan akhirnya dia bisa berbicara, berbahasa, dan memahami kehidupan seperti anak-anak lainnya.

Diposkan pada jogja under cover, kesehatan, penyakit, salahkaprah, sex edu

Sex Edu – Nikmat membawa sengsara…


Sudah lama ga dapat kasus seru lagi secara udah jarang praktik…
Hari ini, seorang mahasiswa almamater saya (parah!), 21 tahun, dengan keluhan nyeri saat buang air kecil, dari lubang penis keluar nanah, riwayat berhubungan seksual dengan pacarnya yang satu kota asal dengannya, mahasiswinya kuliah di kota yang berbeda.
Alasan berhubungan adalah sekadar coba-coba, pacar sudah berpengalaman artinya sudah pernah berhubungan seks dengan orang lain sebelum dengan mahasiswa ini.
Mengeluarkan sperma di luar vagina si mahasiswi artinya ga pake pengaman.
Lupa menanyakan, melakukannya di mana? di kursi, di tempat tidur, di semak belukar?  tapi yang jelas di kota yang sama tempat mereka berasal, mungkin pas lagi mudik bareng 
Saran ke mahasiswa, cek laboratorium sampel air kencing dan nanahnya dulu, kemungkinan diagnosis penyakit kencing nanah (GO), menjelaskan risiko jangka panjang bila terkena GO, yaitu saluran pipisnya akan mengkerut dan akan sangat sulit pipis, akhirnya nanti harus dioperasi (pucat dia…)
Syukurlah, katanya kapok ga mau berhubungan seks lagi, mudah-mudahan… 🙂
Pic dari sini
Diposkan pada imunisasi, kesehatan, penyakit, salahkaprah

Buat Yang Ragu: Pahami 8 Fakta Penting Soal Imunisasi


Sampai saat ini, beberapa pendapat keliru di masyarakat tentang imunisasi masih sering terjadi. Sebagian orang merasa bahwa imunisasi tak diperlukan lagi lantaran pada dasarnya manusia sudah dikaruniakan kekebalan oleh sang pencipta.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Soedjatmiko, Sp.A K (Msi)  di sela-sela acara journalist class, dengan tema “Kesehatan Fisik dan Mental Anak Sebagai Investasi Tak Ternilai Bagi Bangsa”, Rabu, (3/8/2011) di Jakarta.

Menurut Soedjatmiko, pendapat tersebut sebetulnya tak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. “Benarnya adalah bahwa memang betul Tuhan telah memberikan kekebalan pada tubuh kita. Tapi kalau kumannya dalam jumlah banyak dan ganas, tubuh kita tidak akan bisa melawan,” katanya.

Ia mencontohkan, pada negara-negara maju yang sosial ekonomi nya baik, gizinya bagus, dan lingkungannya bersih, masih bisa terkena wabah bakteri E Coli. Padahal, sebagaimana diketahui, mereka bukanlah dari sosial ekonomi yang buruk. Pada kasus tersebut Soedjatmiko berkesimpulan bahwa, kebersihan badan, lingkungan dan gizi yang baik belum mampu untuk mencegah penyakit menular.

“Ini untuk mengcounter pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa imunisasi itu tidak perlu,” tegasnya.

Soedjatmiko juga memaparkan 8 fakta seputar imunisasi yang perlu diketahui. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi salah kaprah di masyarakat mengenai imunisasi.

1. Imunisasi merangsang kekebalan spesifik bayi dan anak

Pemberian vaksin akan merangsang peningkatan kekebalan spesifik pada bayi dan anak untuk membunuh kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman yang masuk ke dalam tubuh. Jadi vaksin tidak melemahkan kekebalan tubuh, tetapi justru merangsang peningkatan kekebalan tubuh yang spesifik terhadap kuman atau racun.

2. Imunisasi mencegah penyakit berbahaya

Kalau anak tidak di imunisasi, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit. Bila kuman berbahaya yang masuk bersifat ganas dan banyak, maka tubuh tidak akan mampu melawan, sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal. Sampai saat ini, imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk imunisasi rutin meliputi, Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin jemaah haji (Maningitis).

3. Imunisasi lebih praktis dan efektif cegah penyakit

Imunisasi lebih praktis, karena sangat cepat meningkatkan kekebalan spesifik tubuh bayi dan anak. Setelah diimunisasi dalam waktu 2-4 minggu, maka akan mulai terbentuk kekebalan spesifik tubuh bayi dan anak untuk melawan kuman. Sementara itu, pemberian ASI, hidup sehat, dan kebersihan lingkungan memang dapat menurunkan risiko serangan penyakit, tetapi membutuhkan waktu  berbulan-bulan untuk memperbaikinya. Sehingga lebih sulit dan lebih lama hasilnya dibandingkan imunisasi.

4. Negara maju tetap butuh imunisasi

Negara maju dengan tingkat gizi dan lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya, karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah penyebaran ke anak sekitarnya. Sampai saat ini menurut data WHO, sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya. “Jadi, tidak benar kalau ada informasi yang mengatakan negara kaya tidak membutuhkan imunisasi. Mereka tetap melakukan vaksinasi, bahkan vaksin yang diberikan jauh lebih banyak,” kata Soedjatmiko.

5. Tidak ada negara yang melarang program imunisasi

Sampai saat ini, tidak ada satupun negara yang melarang program vaksin. Semua ahli-ahli di dunia dan pemerintah yakin dan sepakat bahwa program vaksin pentng dan bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit berbahaya.

6. Vaksin imunisasi di Indonesia adalah produk lokal

 Vaksin yang digunakan untuk program imunisasi di Indonesia dibuat oleh PT. Biofarma Bandung dan sudah dinyatakan aman oleh badan internasional WHO. Bahkan vaksin buatan Biofarma saat ini sudah digunakan oleh Unicef untuk lebih dari 120 negara didunia. “Masa, negara lain percaya sama produk kita, tapi kita sendiri nggak,” katanya.

7. Pasca imunisasi muncul ‘kejadian ikutan pasca imunisasi’

Setelah imunisasi kadang muncul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) seperti demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan dan gampang rewel. Menurut Soedjamiko, kejadian seperti itu adalah reaksi yang umum terjadi pasca imunisasi. Biasanya dalam hitungan 3-4 hari, gejala tersebut akan berangsur-angasur hilang dengan sendirinya.

8. Setelah diimunisasi masih bisa terkena penyakit, tapi ringan

Soedjatmiko mengatakan, perlindungan imunisasi memang tidak ada yang 100 persen. Artinya, setelah diimunisasi, bayi dan anak masih bisa terkena penyakit, tapi kemungkinannya sangat kecil yakni sekitar 5-15 persen.

Sumber: http://health.kompas.com/read/2011/08/04/11245835/Pahami.8.Fakta.Penting.Soal.Imunisasi