Diposkan pada android, internet, rumah sakit, teknologi, ubuntu

Rumahsakit Elektronik, Tulisan II


Lab DigitalSetelah 3 tahun lebih berlalu, sejak tulisan pertama saya mengenai RS Elektronik (klik di Rumahsakit Elektronik, Tulisan I), baru sempat sekarang atau kalau boleh dikata cukup PD (Percaya Diri) membuat edisi kedua dari tulisan di akhir tahun 2014 itu.

Selain karena sekarang waktu tidak saya prioritaskan menulis di blog ini, juga karena beban waktu offline yang cukup besar sekarang ini. Tak apalah, semoga saya bisa berbagi dan merekam milestone sejarah per-digital-an di RS kami.

Saya mulai dari cerita mengenai kiriman pesan pribadi seorang direktur sebuah RS besar milik salah satu ormas besar di Indonesia kepada saya, beliau ingin berkunjung ke RS kami bersama tim-nya untuk melihat implementasi sistem rekam medis elektronik (Electronic Medical Record – EMR/e-MR).

Sungguh, saya heran. Begitu juga ketika saya paparkan kepada teman-teman di tim IT (Informasi & Teknologi) kami, mereka dengan muka ragu mengungkapkan: “apa ga salah itu? mereka lebih canggih, SDM IT maupun sarana mereka, kita berguru sama mereka?”. Tapi ya ga mungkin kami menolak mereka, sehingga terwujudlah pertemuan itu. Karena saya juga masih penasaran, dengan rendah hati sambil tersenyum akhirnya saya tanyakan kepada beliau saat beliau dan tim berkunjung, dapat info dari mana dan mengapa memilih berkunjung ke tempat kami. Dapatlah jawaban itu, ternyata beliau dapat info dari sebuah grup dokter spesialis, ada yang memberitahu bahwa RS kami telah menerapkan sistem e-MR dan sukses alias berjalan dengan baik serta mampu mengkondisikan penggunanya. Saya ya masih penasaran dan mengulang pertanyaan dari tim saya, bukankah di sana juga sudah punya sistem itu dan lebih canggih, mahal, dan diampu oleh SDM berkualitas. Bisa kualat kami para murid ini. Beliau tertawa dan bilang: “tidak selamanya guru itu lebih pintar dari muridnya”. Semoga ini tidak membuat kepala saya dan tim semakin besar, bahaya nanti bisa pecah, hahaha… Karena sebelumnya saya juga sudah bilang ke tim saya: “Nah, itu! mestinya kepercayaan dari pihak lain membuat kita semakin percaya diri, giat, ulet dan semakin cepat inovasinya, meski dengan kekuatan terbatas, jangan buat mereka kecewa!”

Bisa ditebak selanjutnya, tim dari RS itu banyak bertanya mengenai beberapa hal penting terkait implementasi e-MR. Mereka awalnya memang pernah menerapkan e-MR namun sekarang berhenti dan para pengguna terutama dokter tidak banyak yang mendukung. Jadi antara lain yang saya ingat pertanyaannya:

1. Bagaimana supaya pengguna seperti dokter dan petugas RS lainnya mau menggunakan e-MR
2. Bagaimana perjalanan sistem e-MR di RS kami
3. Bagaimana cara membangun dan menjalankan sistemnya
4. Modal apa yang diperlukan
5. Bagaimana kaitannya dengan efisiensi dan efektifitas pelayanan
6. Apa saja kesulitan lain yang dialami selain faktor pengguna

Pertanyaan di atas terungkap secara eksplisit maupun implisit dalam forum diskusi di ruangan sebelum melihat langsung ke lapangan/area pelayanan. Saya dan tim banyak bicara dan dengan senang hati semua diungkapkan terkait pertanyaan-pertanyaan di atas. Supaya mudah saya tuliskan secara berurut jawabannya sesuai pertanyaan di atas:

1. Bagaimana supaya pengguna seperti dokter dan petugas RS lainnya mau menggunakan e-MR
Sederhananya implementasi e-MR ini dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: brainware, hardware, software. Kami menerangkan bahwa brainware adalah faktor terpenting baik meliputi top management/direktur, SDM IT, dan segenap SDM pendukung dan pengguna e-MR ini. Dan yang terpenting adalah dari para pengguna e-MR itu sendiri. Pertama, kami telah memetakan 3 kelompok pengguna e-MR ini, yaitu: 1. mendukung sepenuhnya e-MR dan sudah menggunakan e-MR, 2. mendukung penggunaan e-MR namun belum mampu menggunakannya (gagap teknologi), 3. menolak penggunaan e-MR. Kelompok ke-3 sebenarnya dapat dibagi menjadi 2 kelompok lagi yaitu: 1. tidak mau menggunakan e-MR karena merasa menyulitkan (gagap teknologi) dan memang merasa tidak perlu, 2. tidak mau menggunakan e-MR dengan alasan yang belum terungkap. Tim kami fokus kepada pengguna e-MR kelompok ke-1 dan ke-2 sehingga penyempurnaan sistem juga berjalan dengan baik dengan mengabaikan sementara pengguna kelompok ke-3. Sehingga akhirnya dalam waktu sekitar 1 tahun mencapai penggunaan 75%, tentu ini berasal dari kelompok ke-1 dan ke-2. Angka ini melahirkan dampak positif untuk mempengaruhi kelompok yang semakin minoritas apalagi ditambah oleh tekanan-tekanan dari luar sistem seperti sistem BPJS Kesehatan yang menghendaki efisiensi klaim pelayanan dan pembayaran melalui electronic claim (e-claim) menuju kepada virtual claim (v-claim). Sampai saat ini telah berhasil melewati angka lebih dari 80% pengguna e-MR di RS kami. Kami memang melakukan proses terus-menerus secara perlahan namun pasti dan konsisten agar tidak terjadi kondisi patah semangat dan tanpa bukti yang jelas, sehingga dapat berakibat terjadinya situasi set back/mundur, jalan di tempat atau bahkan berhenti menggunakan e-MR seperti terjadi RS yang berkunjung ke tempat kami itu. Kedua, kami menjadikan pengguna sebagai mitra karib dan pemberi masukan utama terhadap penyempurnaan sistem e-MR dan tim IT harus rela, rendah hati, serta terbuka menerima masukan yang muncul, karena e-MR ini memang akan dipakai oleh pengguna bukan oleh tim IT. Tim IT bahkan secara pro aktif intens mengkomukasikan dengan para pengguna dan responsif mengadakan perbaikan, sehingga update e-MR langung dapat diuji-cobakan dan semakin dirasakan kemudahannya oleh pengguna. Ketiga, membentuk tim digital yang terdiri dari komponen tim IT dan perwakilan setiap unit kerja yang memiliki posisi tawar tinggi di unitnya dan tentu saja berkemauan kuat menjadi contoh dan edukator di unitnya masing-masing. Tahun ini saya menaikkan posisi tawar tim IT dengan menjadikan mereka sebagai bagian tersendiri dan digabung dengan tim rekam medis, karena kaitan yang sangat erat dalam sistem digitalisasi RS untuk semakin memudahkan koordinasi dan implementasi lanjutan.

2. Bagaimana perjalanan sistem e-MR di RS kami
Pada dasarnya hampir sama dengan RS lain yang sudah lebih dulu melakukan implementasi, yaitu dimulai dari sistem yang dibuat untuk unit tertentu dan belum terintegrasi dengan semua unit. Sebagai sebuah RS yang sudah berjalan lebih dahulu tanpa melalui sistem elektronik di awal beroperasi, hal ini merupakan sebuah kewajaran, berbeda mungkin dengan RS baru yang langsung mengimplementasikan sistem elektroniknya secara mandatory (wajib) terintegrasi untuk semua unit dan menjadi syarat mutlak bagi SDM yang mendaftar ke RS tersebut sebagai pekerja.

3. Bagaimana cara membangun dan menjalankan sistemnya
Pertanyaan ini ada kaitan dengan jawaban pertanyaan pertama, kami memilih untuk mengembangkan SDM IT (brainware) kami melalui pembelajaran yang panjang sehingga melahirkan tim yang handal dan pantang menyerah dibanding berkutat kepada kemampuan membeli software outsourcing atau fokus kepada kecanggihan hardware. Tidak. Sebagai RS yang memiliki kemampuan finansial terbatas kami menyadari bahwa membeli aplikasi dari pihak ketiga hanya akan menjadi beban secara berkepanjangan bagi RS kami, seperti pengalaman masa lalu yang pernah kami lewati. Selain itu untuk memfasilitasi pembalajaran yang baik bagi tim dan pengguna, kami membangun sebuah lab IT yang menjadi pusat diskusi, pengembangan, analisis, uji coba, dan edukasi bagi tim dan pengguna. Juga, tim digital semakin lengkap formasinya dengan melakukan edukasi secara aktif dalam format on job training dan sistem troubleshoot/penyelesaian masalah yang reponsif. Tim IT sekarang sudah bekerja dan standby menjadi 3 shift, pagi, siang, malam, 24 jam.

4. Modal apa yang diperlukan
Utamanya (mungkin) modal nekat dan ngeyel yah… hahaha. Pengalaman kami beberapa kali dulu terjadi gesekan yang besar dengan berbagai komponen faktor yang ada. Tapi itu justru menjadi sebuah tantangan dengan kerangka berpikir shared vision untuk kemajuan RS dan mewujudkan pelayanan yang lebih baik. Kemajuan teknologi tidak akan terbendung, tinggal kita mau menyesuaikan dengan mengikuti iramanya bahkan berinovasi atau memilih tertinggal jauh. Itu hanya sebuah pilihan, namun dampaknya mesti harus disadari oleh segenap komponen yang ada di RS, sebelum terlambat. Ya, sebenarnya modalnya cuma itu, karena modal-modal lainnya insyaAllah akan mengikuti saja.

5. Bagaimana kaitannya dengan efisiensi dan efektifitas pelayanan
Yah, lagi-lagi ini terkait dengan jawaban pertanyaan nomor 1. Bagaimana sebanyak mungkin menghadirkan testimoni positif penggunaan e-MR, tanpa bosan kepada segenap komponben RS, paparkan segala hal yang positif, klarifikasi hal yang negatif, antisipasi kemungkinan hambatan seperti permasalahan hardware, software, serta virus. Jelas tidak dapat terbantahkan dari berbagai bukti di sektor lain dan sektor perumahsakitan sendiri, bahwa implementasi e-MR yang baik dapat sangat-sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kepada pasien dan berdampak baik kepada pengguna e-MR itu sendiri. Di lapangan RS yang berkunjung ke tempat kami dapat langsung melihat dua hal tersebut dan testimoni yang langsung mereka dapat lihat dan dengarkan dari para pengguna e-MR. Detail dua ini dapat dibaca lagi di tulisan pertama saya tentang RS Elektronik (klik di Rumahsakit Elektronik, Tulisan I)

6. Apa saja kesulitan lain yang dialami selain faktor pengguna
Telah saya singgung sekilas di poin-poin sebelumnya, yaitu isu hardware dan software. Ke depan kami memerlukan perbaikan kepada dua hal itu. Migrasi software juga sudah dilakukan bertahap untuk mengefisienkan biaya dan antisipasi serangan virus dan isu sekuritas lainnya. Perbaikan prosedur kerja meliputi dokumen-dokumen panduan, prosedur operasional baku, edukasi, dan antisipasi masalah. Dari sisi inti aplikasi, kita memilih ke arah opensource dan no dependency operating system, yaitu sistem web-based dikombinasikan dengan mobile system berbasis seperti android. Dari sisi hardware juga pengembangan untuk kemampuan yang lebih handal, rancangan ergonomik untuk meminimalkan penyakit akibat kerja menggunakan sistem elektronik yang berkepanjangan, serta sistem cadangan (back up) yang lebih baik. Di luar itu ada dukungan hardware berupa sistem kelistrikan dan jaringan intra dan internet yang diharapkan semakin baik.

Pada akhirnya, e-MR ini hanyalah merupakan sebuah komponen dari banyak komponen lain yang sebaiknya tergabung di dalam sebuah sistem RS elektronik. Biasanya disebut juga SIM RS, Sistem Imformasi Manajemen Rumah Sakit atau dalam versi luar negeri disebut HIS, Hospital Information System. Dan di RS kami, memang kami bukan menyebutnya e-MR, tapi SIM RS, dengan visi yang jauh ke depan untuk menjadi sebuah Smart Cyber Hospital.

Sementara ini yang dapat saya paparkan mengenai perkembangan e-MR di RS kami. Semoga dengan sharing yang singkat ini dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan sistem e-MR di RS lain. Salam.

Diposkan pada gadget, internet, teknologi

Alternatif Pengganti Telpon Rumah Kabel


Menyempatkan kembali mengisi blog yang sudah mulai karatan ini…

img_20161225_074502

Saya tuliskan saja sebuah pengalaman saya belum lama ini, yaitu mencarikan solusi untuk telpon rumah mertua yang sangat sering bermasalah. Sudah lama masalahnya dan sudah dianjurkan berulang kali untuk diputus saja ke telkomnya. Tagihan bayar terus tapi jarang berfungsi. Memang di sana sering terjadi pencurian kabel telpon oleh manusia tak bertanggung jawab sehingga menyebabkan banyak sambungan telpon di desa itu yang terputus dalam waktu lama.

Akhirnya saya belikan saja sebuah router GSM nirkabel produksi Huawei yang di local branding oleh provider telpon dari Arab Saudi, Mobily. Saya pilih seri B683. Router ini memiliki multi fungsi, namun saya hanya memanfaatkan fungsi untuk menelpon/menerima telpon sebagai pengganti jaringan kabel telkom. Dengan menggunakan router ini, pesawat telpon konvensional yang dimiliki mertua saya masih dapat dimanfaatkan. Tinggal dicolokin ke alat ini, langsung bisa berfungsi sebagai telpon rumah. Memang sih nomornya ganti menjadi nomor GSM. Tapi yang penting sudah bisa komunikasi lagi dari dan ke rumah mertua. Kelebihan lainnya router ini dapat berfungsi sebagai poin akses internet nirkabel dari paket yang ada di kartu GSM-nya. Meski pun cuma sampai mode 3G (belum 4G/LTE), namun saat saya coba, kecepatannya download dapat melewati angka 7 mega bit per detik, uploadnya mencapai kecepatan di atas 2 mega bit per detik. Itu waktu saya tes di rumah saya, entahlah pas dipakai di rumah mertua. Akses internet juga bisa diperoleh melalui sambungan kabel LAN/local area network di sejumlah 4 titik yang disediakan. Selain itu disediakan pula colokan USB yang menurut buku petunjuknya dapat digunakan untuk berbagi perangkat penyimpan eksternal seperti hard disk atau flash disk. Dan dapat pula dicolkin printer biasa agar dapat berfungsi sebagai printer nirkabel. Cukup canggih, namun belum sempat saya coba.

img_20161223_110216

Di pasaran memang dijual juga pesawat telpon Fixed Wireless Phone/FWP, yaitu model telpon GSM berbentuk seperti telpon rumah konvesional tapi saya memilih router ini agar pesawat telpon lama masih bisa tetap digunakan. Dan juga susah mencari FWP yang bisa memberikan koneksi internet. Jadi tetap lebih unggul bila menggunakan router. Namun kelemahan router ini, karena tidak ada back up baterai, sehingga saat listrik mati, telponnya juga ikut mati. Tapi ini bisa diakali dengan menggunakan UPS. Sedangkan FWP menggunakan baterai, namun saya kira nanti cukup sulit menemukan baterai pengganti bila baterainya mengalami kerusakan.

Semoga routernya bisa awet, saya dan mertua senang, kakak ipar juga senang bisa menggunakan akses internet saat di rumah.

Diposkan pada blacberry, curhat, gadget, internet, tips

Moody buat menulis? Bagaimana mengatasinya?


Moody? Saya banget itu! Menulis itu salah satu aktivitas yang sangat baik untuk me-recall informasi yang telah kita dapatkan melalui indra kita. Menulis juga sebagai ajang aktualisasi diri dan saling berbagi, menulis juga salah satu cara mengurangi tingkat stresor meski tergantung juga dengan apa yang akan ditulis (kalau menulis tesis ya tetap makin stres, hahaha…), menulis bahkan dapat mencegah penyakit lupa ingatan yang dalam dunia medis disebut demensia.

Sejak nge-trend-nya dunia blogging, menulis menjadi salah satu primadona bagi netizen (penduduk dunia maya), berbeda dengan virtual social networking (jejaring pertemanan maya), motif orang melakukan aktifitas menulis dalam blognya lebih beragam. Bagi saya sendiri seperti alasan yang saya kemukakkan di atas. Ada kalanya menulis dalam blog (diari online) yang berasal dari kata “web logging” sangat memberikan bantuan bagi diri saya sendiri untuk meninjau kembali momentum dari hal-hal yang pernah saya lakukan dalam hidup. Bahkan dari hal yang terkecil sekali pun, saya sedikit galau bin kecewa ketika saya susah untuk mengingat kapan saya membeli suatu barang yang menggunakan angsuran melalui kartu kredit saya. Meski hal itu bisa dilacak dari dokumen transaksi, namun mencari dokumen itu lebih sulit daripada membuka laptop, terus mengetikkan di google mengenai sesuatu yang pernah saya tulis. Bukankah justru hal ini yang saya maksud mengurangi stres. Maklumlah pengarsipan offline saya sungguh berantakan.

Selain itu, menulis hal-hal seputar dunia saya (medis) ternyata selain berguna bagi diri sendiri juga berguna bagi orang lain seperti “bagaimana cara mencegah penularan cacar air” yang ternyata banyak yang menanyakan. Dan untuk itu saya tidak harus berulang-ulang cerewet, cukup memberikan tautan (link) ke tulisan di blog saya yang berhubungan dengan hal tersebut.

Menulis itu sulit kalau tidak dimulai dari hal yang menyenangkan, hal yang menyenangkan biasanya terkait dengan hidup keseharian kita seperti aktifitas mengasuh anak, kegiatan seputar hobi, dan lain sebagainya. Makanya saya tidak membatasi apa yang akan saya tulis. Selain malah membuat stres juga karena saya memiliki sifat moody yang sangat parah.

Sulit kalau harus menargetkan tulisan kapan selesai dan naik tayang di blog. Harus meluangkan waktu khusus di depan laptop? Susah itu bagi saya, karena di laptop saya senangnya browsing buat membaca dan instalasi program-program atau hal lain yang memang harus pakai laptop. Akhirnya saya mencoba menerapkan tips simpel bagi diri saya sendiri. Saya mengoptimalkan ponsel yang saya bawa. Kebetulan saya membawa Blackberry (a.k.a. BB) jadul merek Huron 8830 yang saya persenjatai dengan Smartfren. Kadang saya juga membawa ponsel android saya yang juga dipersenjatai Smartfren. Maklumlah saya penggemar berat Smartfren meski dulu beberapa kali pernah dikecewakan. Namun ternyata menulis di ponsel yang memiliki keypad fisik itu jauh lebih enak dibanding dengan keypad virtual yang touchscreen itu. Keypad fisik QWERTY memberikan sensasi yang justru tidak melelahkan, meskipun sebentar lagi akan keluar jenis keypad fisik yang bisa timbul dari layar sentuh.

Meskipun belum optimal, selain karena pakai BB kuno – tapi keypadnya empuk dan renyah (emang kerupuk), juga belum bisa langsung posting ke blog ini karena saya biasanya cuma memakai paket BB untuk BBM dan Push Email saja. Jadi kalau mau upload tulisan setelah selesai diketik di BB, mesti diemail dulu, lalu emailnya dibuka di tempat yang ada koneksi internet buat upload seperti laptop atau android saya dan dipindahkan ke blog. Ga repot sih, meski ada cara langsung dari push email bisa langsung tayang di blog, cuma belum saya coba, mungkin di waktu lain. Dan bagi saya waktu terlama itu ya, membuat tulisannya. Untuk tulisan ini saja sampai berhari-hari baru selesai, karena membuatnya dicicil saat-saat senggang (daripada bengong atau cuma BBM-an ga jelas, hehe…) seperti saat saya menunggu Nadifa (anak saya) yang sedang diterapi wicara atau terapi okupasi. Bisa juga saya mengetik saat lagi di parkiran ketika menunggu orang, ya pas lagi kosong dan malas bengong tapi juga sedang ada mood menulis, ya langsung melanjutkan tulisan yang saya simpan di Memopad-nya BB.

OK-lah, akhirnya selesai juga tulisan ini ketika saya sedang di RS tempat saya kerja, sambil nunggu Nadifa terapi okupasi. Semoga berguna dan memicu ide yang lebih bagus dari teman-teman. Mohon kalau ada ide lain, jangan segan memberitahu saya. Terimakasih.

Diposkan pada blacberry, gadget, internet, software, tips

Berhemat, Blackberry buat modem


Dari pada saya ngedumel terus karena BB itu ngerepotin, bahkan BB yang saya pake ini, meski baru beli 2 minggu sudah mati speakerphonenya (memang saya sering “sial” dengan barang elektroniklah….), saya mau berbagi mengenai membuat canggih BB kita. Itu klo punya BB loh, hehe…

Yang jelas, malu-maluin saja, pake BB tapi ga bisa mengoptimalkan fungsinya.

BB memang sih lumayan buat browsing apalagi klo pake tipe dengan layar yang lebar. Tapi bagaimana pun, saya akui, browsing di laptop/komputer lebih nyaman. Masalahnya saya sudah terlanjur daftar paket BB yang ada item koneksi internetnya melalui browser bawaan BB. Saya kira jarang yang mau sekaligus langganan paket modem karena memang mahal sekali. Paket full service biasanya cuma mencakup item BBM, Chatting, Browsing, dan Email.

Saya sendiri langganan paket browsing (selain paket BBM, Chatting, dan Push Email tentunya) sekaligus juga langganan paket terpisah untuk modem biar bisa koneksi melalui laptop. Tapi ini jatuhnya mahal juga untuk saya pribadi.

Padahal ternyata ada cara supaya kita bisa memanfaatkan paket browsing kita sekaligus sebagai modem. Sayangnya memang untuk melakukan trik ini kita butuh sebuah aplikasi berbayar. Nah berbayarnya itu yang membuat agak sedikit eneg. Klo kita bandingkan dengan sistem operasi lain di merek lain, maka kita akan melakukannya dengan sangat mudah dan mungkin juga free of charge.

Harga aplikasi/software sekitar 270 ribu rupiah (US$29.99) atau seharga modemlah. Tapi klo kita beli modem lagi kan sama aja bo’ong, harus beli paket sendiri untuk mengisi modem itu. Jadinya tujuan untuk penghematan tidak tercapai. Prinsipnya, berat di awal, ringan untuk bulan-bulan selanjutnya. Ada aplikasi yang lebih murah tapi saya coba kok ga bisa jalan. Saya sekarang masih pake versi trialnya jadi masih gratis. Nama aplikasinya Tether. Cari aja di webstore-nya BB. Lakukan instalasi di BB dan lakukan instalasi juga di laptop yang akan kita gunakan. Aplikasi ini bisa menggunakan koneksi melalui kabel USB dan Bluetooth. Setelah saya coba lumayan memuaskan karena ternyata lebih cepat dari paket internet bulanan yang masih saya pake. Apa ini karena melewati server BB-nya, entahlah…

Mengenai proses instalasinya lumayan ribet bagi yang belum terbiasa. Bisa baca tutorial di file dokumentasinya atau di beberapa website yang sudah ada.

Satu yang belum saya tahu, untuk provider yang dipake BB saya, berapa kuota yang diberikan untuk paket browsing. Sepertinya nanti perlu saya tanyakan ke galeri, atau mungkin di-trial aja, klo sudah menyedot pulsa berarti sudah habis jatahnya dan berarti bukan unlimited, hehe…

Pic dari sini

Diposkan pada blacberry, curhat, gadget, internet

Masih tentang BB yang merepotkan


Akhirnya BB itu saya kembalikan ke penjualnya. Uangnya juga dikembalikan utuh. Itu semua setelah nyata kecacatan BB itu. Penjualnya juga sudah kelihatan hopeless. Apalagi sudah dicoba pake BB satunya lagi, eh sama aja. Memang susah ya, barang rusak kok dijual, bukan satu bijji lagi yang rusak… Dan sebelum dikembalikan tentu semua data saya back up, dan BB direset ke setingan pabrik, dan injeksi nomor saya dikartukan kembali. Untuk mengartukan harus bayar 5 ribu, seperti beli kartu perdana.

Lalu, saya berhenti make BB hampir selama kurang lebih 1 minggu, dan ternyata bos saya ga tahu BB saya sudah ga ada. Dia masih ngirim pesan ke saya via BBM, dan bisa ditebak pasti ga nyampe. Mana pesannya penting lagi, disuruh ganti’in rapat dengan pengurus yayasan. Ya, maap deh… ya mestinya jangan mengandalkan satu jalur komunikasi, kan ada sms, email, dsb.
Lalu saya kasih tahu juga ke bos jangan BBM-an dulu ke saya, BB saya rusak. Dan saya diminta beli yang jenis GSM aja, ga banyak trouble. Ya, saya pikir sih itu kan pendapat beliau aja. Lah, mau dikemana’in paket BIS yang sudah saya daftarin, bisa hangus sia-sia ga kepake dong. Meski cuma 75 ribu, tapi itu kan duit? meski pun dibayarin, hehehe.
Nah, minggu lalu saya main ke toko yang direkomendasikan sama galeri dan rekomendasi teman kantor saya juga. Dia juga beli BB di sana. Katanya lebih bisa dipercaya, barang terjamin, dan lebih murah. Akhirnya beli tipe Storm 9530. Dapat garansi 2 tahun. Bundling carrier-nya dari Verizon. Bisa CDMA dan GSM. Apa ga OK tuh. Dan waktu mau beli saya juga sudah kasih syarat ke penjualnya, bila saya cek ada yang cacat, saya langsung kembalikan BB itu dan uang saya minta kembali. Penjualnya setuju.
Saya ke galeri untuk injek lagi, dan saya tes semua fungsinya. Ternyata OK semua, bahkan modemnya juga langsung bisa, ga seperti tipe Aries yang saya beli sebelumnya.
Memang sih sampai saat ini saya masih eksplorasi untuk mengoptimalkan penggunaan BB ini. Sayang belum bisa seleluasa ponsel-ponsel Android. Saya masih harus berjuang keras menjinakkan BB ini, hehehe…
Kekurangan BB yang saya masih anggap belum ketemu solusinya:
1. Belum bisa menaruh instalasi program aplikasi ke SDCard-nya (memori eksternal), padahal tuh BB masih dipake uji coba install program macam-macam, eh udah kasih warning aja, kapasitas internal mepet dan bahkan sempat nol. Akhirnya BB melambat kerjanya. Jadi akhirnya juga bersih-bersih, uninstall yang ga berguna, lalu coba yang lain.
2. Belum ketemu aplikasi kebutuhan saya seperti untuk merekam pembicaraan telepon, dan aplikasi pendukung kerja lainnya, serta tool penunjang BB-nya sendiri supaya optimal.
3. Belum bisa pake modem melalui server RIM BB-nya. Maksudnya supaya lebih hemat, saya cukup langganan paket BIS berupa BBM, push email, dan browsing. Sedang untuk modem saya ga perlu langganan lagi paket Connex-nya, cukup pake paket BIS yang sudah ada. Sudah sempat lihat triknya di sebuah forum maya. Tapi belum sempat coba-coba lagi.
Lalu, apa sih kelebihan BB?
1. Bisa naik pamor? lah, anak buah saya pada mupeng, nanya: “Masih ada stok di tokonya ga?” ya saya bilang: “Coba aja deh, kayaknya masih.” Heran juga , saya aja kepaksa make BB, eh, ini masih mikir gengsi, padahal juga udah punya BB.
2. Bos juga sempat takjub. Kok BB-nya kalah keren… Itu sih menurut pengamatan saya aja. Lah, beda harga cuma 100 ribu kok dapat yang lebih OK. Lah, saya juga ga tahu, itu juga atas kebaikan penjualnya kasih-kasih lihat ke saya. Dan kebetulan saya juga suka.
3. Mba galeri Smartfren sepertinya juga takjub, tanya-tanya gitu, harga berapa, beli di mana. Dan dia malah bilang: “Ga beda kok Mas dengan Storm 2 secara fisiknya.”
4. Istri saya juga heran bin takjub, kok sama ya kayak punya kakak ipar saya. Embuhlah kata saya, karena secara harga lebih mahal BB kakak ipar saya, mungkin pake tipe Torch dianya.
So, cuma itu kelebihan BB, selain cuma bisa dipake BBM-an? ya begitulah, hehehe, jadi ga usah beli deh, klo cuma buat gaya-gayaan. Ntar malah jadi malu sendiri seperti kasus para alay di: http://adit38.wordpress.com/2011/08/06/ngakak-kisah-alay-dan-hapenya/
Pic minjam dari sini
Diposkan pada blacberry, curhat, gadget, internet

BB itu membuat saya repot!


Akhirnya saya ngalah, dan harus beli BB deh…
Pulang haji, ternyata direktur saya tidak lupa dengan pesannya sebelum berangkat haji dulu, agar saya beli Blackberry alias BB saja untuk lebih mudah berkomunikasi. Saya sebenarnya tidak ada halangan komunikasi dengan beliau. Pada saat rapat empat mata beberapa hari lalu, beliau menginstruksikan lagi. Saya sudah tawarkan cara komunikasi alternatif, tidak harus dengan BB. Tapi apa daya ternyata ada alasan lain beliau yang tidak bisa saya ganggu gugat yaitu sudah cukup banyak punya grup BB yang penting.

Ya sudahlah. Lima hari lalu saya langsung ke galeri Smartfren di Ambarrukmo Plaza (Amplaz). Alhamdulillah ga antri panjang seperti galeri utamanya di Jl. Kenari. Ternyata mereka ga jual dan harus beli di distributornya di Jl. Gejayan. Saya yang malas harus bolak balik agak jauh akhirnya beli di counter seberang galeri yang katanya juga distributor mereka. Meski cuma adanya BB kosongan alias belum bundling dengan nomor Fren ya saya terima aja meski nanti ga dapat bonus Blackberry Internet Service (BIS)-nya. Lalu setelah beli langsung ke galeri lagi buat diinjeksikan nomor Fren saya. O, iya, saya beli BB tipe Curve 8530 atau dikenal sebagai Aries warna merah marun seharga 1,6 juta. Ga bisa milih karena adanya cuma tipe dan warna itu dan saya malas pindah untuk cari-cari di counter lain. Ternyata Aries ini saudara kembar si Gemini 8520 dari versi GSM.

Dalam waktu singkat nomor Fren saya sudah berpindah nyawanya ke BB. Sedang jasad alias kartu RUIM-nya dikuburkan alias diminta sama petugas CS Smartfren-nya. Sedih juga saya karena si Fren tidak bisa selingkuh dengan HP atau modem lainnya. Lalu langsung isi pulsa 200 ribu meski udah ada pulsa 50 ribu lebih. Ya, buat jaga-jaga dan uji coba berbagai paket BIS yang ada. Mbak CS manganjurkan untuk coba paket harian dulu untuk merasakan auranya, hehe… Saya pilih yang Rp 1.980 untuk dapat paket BB Message, Social Networking, dan Chatting. Eh, saya salah pilih harusnya yang ada push emailnya yang sama harganya.

Ya sudahlah… Lalu di rumah saya aktifkan paket Smartfren Connex bulanan 45 ribu yang biasa saya pake karena saya belum coba paket BIS yang ada paket browsing atau paket modemnya. Ternyata ga bisa tuh paket Connex-nya. Dan paginya saya coba di kantor kok Wifi-nya ga bisa konek juga. Wah… mulai senewen! Meski bos saya sudah senang karena habis injek kemarin saya langsung minta PIN BB beliau dan sudah bisa chat. Siangnya saya kembali ke Amplaz buat komplain ke distributor kok ga bisa konek hotspot wifi. Di utak-atik dikit eh kok malah bisa. Padahal saya perhatikan sama aja caranya.

Lalu masalah paket Connex untuk modemnya saya ngadu ke CS galeri. Mereka menawarkan untuk menunggu teknisinya yang datang agak sore. Wah ya ga bisa karena saya masih harus meneruskan rapat. Akhirnya saya minta diaktifkan paket harian BIS yang ada item browsingnya. Saya pilih yang paling murah yaitu Rp 3.850 per hari. Sepertinya lancar, malamnya langsung saya registrasi yang bulanan seharga Rp 75.900.

Sementara itu paket Connex yang harusnya bisa untuk dijadikan modem ke laptop belum bisa juga. Lalu keesokan hari menjelang Jum’atan saya ke galeri utama Smartfren di Jl. Kenari, Timoho. Syukur pas lagi ga banyak antrian. Eh, saya diterima oleh CS, seorang mba cantik yang ternyata masih training. Bingung dan terdiam seribu bahasa dia. Lalu minta digantikan sama temannya yang cewek juga. Sama aja ga ngerti. Lalu akhirnya saya dilayani oleh seorang mas yang saya nilai lumayanlah ilmunya. BB-nya diutak-atik sama dia, dibandingkan dengan punya dia dan dengan komputer lain. Di dapatkan kesimpulan masalahnya ada pada device alias BB-nya sendiri. Jadi BB-nya cacat nih? ya, kira-kira begitulah…

Hhhh…
Entahlah dari dulu saya bisa dikatakan sering tidak bernasib mujur ketika harus beli barang-barang elektronik apalagi sejenis gadget ini. Sering aja ada masalah. Kata istri saya karena kebanyakan dosa, hehehe, ya bisa jadi deh. Tapi saya ambil hikmah saja, saya bisa jadi semakin tahu perselukbelukan gadget karena banyak ketemu orang-orang yang berilmu meski tak jarang juga yang oon. Dan saya terus belajar mengendalikan emosi saya ketika harus keliling-keliling untuk melakukan komplain ke berbagai orang. Dan saya sangat memperhatikan mereka ketika menangani keluhan pelanggan (handling complain) karena hal itu saya butuhkan untuk kantor saya juga.

So, saya diminta kembali ke distributor BB di Amplaz. Sedikit menahan emosi dan dengan intonasi berat saya bilang tentang masalah BB itu. Saya sudah duga awalnya pasti ada resistensi dan mereka mencari-cari alasan. Semuanya saya patahkan, meski setelah dilempar ke galeri diseberang distributornya dan mereka juga kasih alasan, bahkan sampai dites ulang (lagi-lagi) dan akhirnya mereka menemukan sendiri bahwa BB yang bermasalah. Saya ditawarkan oleh pihak Smartfren untuk meng-kartu-kan kembali nomor saya alias injek-nya dicabut supaya saya bisa pake di HP lain atau di modem. Tapi saya protes bagaimana dengan BB saya, klo harus dirawat inap (apalagi pake lama dan biasanya begitu) di tempat service. Apalagi saya sudah aktifkan paket BIS-nya. Saya ga mau rugi. Tapi mereka membujuk supaya saya mengorbankan salah satunya. Saya masih bersikukuh kesalahan bukan di saya. Saya sangat mengharapkan ada BB pengganti karena saya sedang komunikasi intensif dengan bos saya. Ya, itu memang alasan saya. Saya mau lihat cara mereka. Saya tunggu saja lanjutannya. Meski janjinya hari ini saya mau dihubungi. Tapi belum tuh.

Pic asli dari sini (setelah modifikasi dikit)

Diposkan pada hobby, internet, open source, software, tips, ubuntu

Prey – Aplikasi Pelacak Maling Laptop (Gratis)


Rating: ★★★★★
Category: Computers & Electronics
Product Type: Handheld Computers/PDAs
Manufacturer:   Fork Ltd

Sudah 2 biji laptop yang hilang dari tempat kerjaku, sebuah laptop direktur, dan sebuah laptop manajer. Ya, semuanya hilang karena kelalaian. Sebenarnya itu bisa dicegah bila kita selalu waspada dan melakukan prevensi. Misalnya dengan aplikasi antimaling atau pelacak maling.

Laptop (Notebook, Netbok, dan komputer tenteng lainnya) yang akan datang sebenarnya akan dipasang chip pendeteksi maling yang berdiri sendiri. Namun untuk sekarang pun kita bisa cukup berlega dengan memasang aplikasi anti maling seperti alarm laptop. Cara kerja umumnya adalah apabila power supply dicabut, ada gerakan mouse, atau deteksi kamera, maka speaker akan berbunyi. Aku sudah coba juga, tapi kurang responsif karena memakai yang gratisan, hehe…

Nah, kali ini aku mau promosi aplikasi yang powerful. Namanya PREY. Aplikasi pelacak maling laptop, atau kalau malingnya ga ketangkep minimal keberadaan laptop kita bisa diketahui lah….

Aplikasi ini bisa bekerja di sistem operasi Windows, Linux, dan Macintosh. Silakan download di situsnya: http://preyproject.com/

Cara kerja aplikasi ini sebagai berikut:
Bila laptop kita hilang, maka kita segera menandai di situs Prey, bahwa laptop kita itu hilang. Selanjutnya aplikasi Prey yang telah diinstal di laptop kita akan mulai bekerja, saat laptop kita dihidupkan oleh maling, dan ada koneksi internet. Secara diam-diam Prey akan mengambil foto malingnya, mencatat alamat internet, dan lokasi geografis saat internet diakses, dan melaporkan ke email kita dan situs Prey. Data ini bisa kita serahkan ke kepolisian atau ke penyedia layanan internet untuk mengetahui keberadaan laptop kita.

Memang aplikasi ini tetap punya kelemahan, bila tidak ada akses internet, dan laptop keburu diformat atau diinstal ulang sistem operasinya. Tapi berdasarkan survei hal demikian jarang terjadi, biasanya maling penasaran ingin melihat isi laptop kita, siapa tahu ada data penting atau gambar yang aneh-aneh seperti laptopnya Ariel Peterporn, hehehe, jadi buat para maling, beware about it, hehehe…

Aku sudah coba di Linux Ubuntu dan Microsoft Windows, blum coba di Macintosh. Di Ubuntu aplikasi bekerja dengan baik. Maksudku webcam-nya berhasil meng-capture wajah malingnya. Tapi di Windows kok ga bisa ya…wah ga ngerti juga….

Selain itu kita bisa mengaktifkan fungsi peringatan kepada maling, bahwa laptop ini sedang dipantau/dilacak (tapi lucu juga kalau diaktifkan, lah nanti malingnya tahu kalau dia sedang dipantau). Juga ada fungsi alarm, yang akan berbunyi bila laptop dibuka pertama kali saat mengakses internet, tapi kok ga bekerja juga ya, hehe…blum tahu juga aku sebabnya.

Aplikasi ini juga bisa “mengunci” laptop kita dari jarak jauh sehingga maling ga bisa melihat-lihat data kita, tapi ini juga sebaiknya ga usah diaktifkan, biar malingnya ga curiga kalau sedang dipantau.

Untuk masalah konektifitas internet, aplikasi ini punya keunggulan bisa konek otomatis ke internet bila ada hotspot wifi (tentu saja wifi publik ya….)

Kesimpulannya, pokoknya aplikasi ini recommended banget deh. Mencegah itu lebih baik daripada tidak sama sekali….

Bagi yang agak awam, baca tutorial instalasi aplikasi ini secara perlahan di situsnya ya…

Sebagai gambaran cara instalasi:
Pertama kita harus daftar ke situs Prey, lalu download dan instal aplikasinya, lalu lakukan konfigurasi dengan menggunakan akun pendaftaran kita, isikan dengan benar agar situs Prey bisa melakukan verifikasi laptop kita. Lalu pastikan di situs Prey bahwa laptop kita sudah diverifikasi.