Diposkan pada dokter, jogja under cover, kesehatan, penyakit, salahkaprah, sex edu

Sex Edu – Ga kapok…


Akhirnya kisahnya bersambung…sebelumnya silakan baca di Keputihan 2 Tahun. Ya, sepertinya saya ingat, pihak laboratorium tidak mau melakukan pemeriksaan pap smear dengan alasan pasien belum menikah. Saya lupa, karena sama rekan sejawat saya yang menerima kontrol pasien itu tidak dituliskan itu dari hasil pemeriksaan apa, sehingga hasil yang bisa saya baca di catatan medis hanya: terdapat bakteri gram negatif, dan jumlah leukosit yang banyak, mungkin itu cuma hasil swab (apusan) cairan vagina atau cuma dialihkan ke periksa urin atau air kencing saja. Aneh juga sih, kok bisa memeriksa cairan vagina tapi ga mau melakukan pap smear. Kalau pasiennya setuju dengan informed consent, mestinya tidak menjadi masalah, toh untuk kepastian diagnosis pasien itu sendiri. Setahu saya papsmear itu boleh dilakukan pada orang yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, meski dia belum menikah. Apa pihak lab takut menghilangkan selaput dara si pasien? yang justru saya pertanyakan, apakah si pasien memang masih perawan? setelah berhobi ria melakukan hubungan seks? entahlah…

Nah, kembali ke “ga kapok”-nya pasien saya itu. Oleh teman saya, diterapi dengan antibiotik selama 5 hari, belum membaik, lalu ditambah dengan anti jamur dan jenis antibiotiknya diganti. Entahlah, si pasien sembuh apa tidak, karena tidak kontrol, untuk melaporkan perkembangan keluhannya.

Setelah 3 bulan berlalu, si mahasiswi berjilbab datang lagi, dengan keluhan demam, mual, pusing, nyeri perut kanan bawah, keputihan, dan sering buang air kecil. Lalu sama teman saya diperiksa lab urin (air kencing)-nya. Hasilnya, hari ini dia datang menyerahkan hasil lab urin dengan hasil warna urin yang keruh, jumlah sel darah putih yang banyak, dan kandungan bakterinya positif. Ya, sudah diagnosis ditegakkan saja: urinary tract infection atau infeksi saluran kencing, atau ISK. Untuk mempertajam saja, lalu saya tambah proses tanya jawabnya.

“Habis menahan pipis?”

“Engga…”

“Habis berhubungan seks…?”

‘Iya, Dok…?”

“Kapan..?”

“Dua minggu sebelumnya Dok..”

“Dua minggu sebelum timbul keluhan?”

“Iya…”

“Pake pengaman?”

“Pake…”

“Sama siapa?”

“Teman…”

“Itu teman yang sudah tunangan?” (saya nanya gini bukan berarti klo udah tunangan, boleh ngeseks sembarangan loh…)

“Engga…”

“Jadi, belum pasti ya (nikahnya), brarti nanti bisa lari…meninggalkan mba..?”

“…..”

“Jadi pake pengaman ga menjamin juga….aman buat cowok, ga aman buat mba…apa lagi komplikasi ini ga terduga, bisa ke ginjal loh…”

“….”

“Jadi, sebaiknya dihentikan saja kegiatan berisiko itu….ya risikonya mungkin ga hamil klo pake kondom, tapi mungkin bisa ada iritasi dan alergi sama kondom…”

“….”

“Cowoknya yang minta ya….?” (maksudnya yang minta berhubungan seks duluan….)

“Iya…”

“Lain kali, beranilah bilang “tidak”…, karena tetap perempuan yang akan dirugikan….”

“Iya, Dok…”

“OK, setelah minum obat yang saya berikan, hari Sabtu kontrol ya, buat evaluasi…”

“Ya, Dok, makasih….”

“Ya”

———————————————————————————————————————————-

Referensi berguna:
http://labparahita.com/parahita/2011/02/pemeriksaan-pap-smear/
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/kiayati/2009/01/30/lets-talk-pap-smear/
http://www.kznhealth.gov.za/papsmear.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Pap_smear
http://www.medicinenet.com/urine_infection/article.htm
http://emedicine.medscape.com/article/233101-overview
http://www.mayoclinic.com/health/urinary-tract-infection/DS00286

50 tanggapan untuk “Sex Edu – Ga kapok…

  1. seharusnya begitu Pak, ini di lab terkenal di Jogja jadi saya percaya aja…. pake urin midstream, klo engga kan bisa false positif… tapi dari gejala dan riwayatnya kan bisa dinilai…

  2. setuju berat Pak, anak 3 tahun saya sudah saya ajak olahraga bersama, rencana memang mau saya turunkan ilmu kanuragan saya *ceile…, sekaligus nanti memang ada rencana kursus beladiri buat mematahkan alat kelamin lelaki hidung belang dan buaya darat, hehe…

  3. betul… anak saya udah kuikutkan beladiri Tae Kwon Do sejak usia 7 th, jadi besok kalo dia udah remaja, kami sbg ortunya gak kuatir lagi kalo terjadi apa-apa. Paling tidak meminimalisir kekuatiran, he he he…

  4. kodrat alamiahnya sebenarnya begitu, karena, testosteron itu lebih bergejolak dibanding progesteron dan estrogen, maksudnya pria memang kodratnya lebih agresif, hahaha….

    tapi klo kita lihat sisi libido atau hasrat seksual sebenarnya sama saja antara pria dan wanita, bisa sama atau berbeda dalam taraf tertentu, tapi bukan mana yang lebih rendah atau lebih tinggi, artinya itu sangat bervariasi dan banyak faktor yang berperan terhadap libido seseorang.

  5. ini netral kok Mba, kasus ini menurut saya keduanya salah, si cowok brengsek bin banjingan, si cewe ya sama saja, lah coba lihat di kisah sebelumnya, dia juga ngaku pernah berhubungan dengan temannya yang lain kok…jadi artinya apa? saya curiga, mungkin dia dibayar, alias perek… klo ada kesempatan mungkin bisa saya telusuri, berapa harga untuk booking dia… 🙂

  6. baru baca lagi kisah sebelumnya, berhubungan badan sama laki2 yg cuma teman ?
    gak cuma seorang pulak …
    urusan moral siy gak ikut2an nge-judge deh, tapi masalah kesehatan organ reproduksi tuh mbak …gak eman-eman apa ya, vaginanya buat blusukan lebih dari satu pria ? *perasaan tiap baca jurnal sex edu-nya pak dokter niy jadi geregetan mulu :-D*

  7. Ya mgkn aja cewek ngajakin gituan duluan. Dua2nya kan sama2 pny syahwat. Tp hub seks itu kan meskipun org sering bilang “kecelakaan” pd kenyataannya ada tahapan2nya. Gak serta-merta. Bisa menghindar, menolak, melawan. Jd saya menduga pasti pertemanan mereka mmg tdk sehat. Teman tapi mesum, eh ketemunya bajingan. Ya ancur2an deh. Na'udzubillah

  8. makanya kadang ini yang buat saya pesimis dengan petuah-petuah (atau kata mba Reny: kultum) yang saya lakukan itu… kadang memang harus ada peraturan yang lebih jelas diterapkan bagi mereka yang suka begituan, saya rasa perilaku seks sembarangan itu bukan hak asasi manusia, tetapi hak asasi binatang…

  9. pada dasarnya harus diajarkan cara untuk menghargai diri sendiri deh mas
    bahwa diri kita berharga, jangan begitu saja diserahkan kepada orang lain yg kita gak tahu gimana nanti ke depannya.
    dan iya…petuah jangan mendekati zina itu harus diaplikasikan
    misalnya gini niy, kalau masa pedekate hanya saling ketemu di tempat ramai, makan bareng, gak mungkin juga terjadi persetubuhan.

    berusaha keras agar keturunan kita terhindar dari hal yg demikian ya mas *saling mendoakan*

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.