114 tanggapan untuk “Anak saya ketagihan permen Yupi, sayang saya baru ngeh klo itu ga ada label halalnya, jadi ya…mohon maaf ya kakak…

  1. gimana kalau dibaca kandungannya? meskipun gak ada label halal tapi kalau kandungannya meyakinkan, Insya Allah enggak apa2. Seperti yang selalu saya terapkan disini, beli apapun itu, baca label dengan teliti. Makan di restoran juga begitu, nanya detil apa saja kandungannya. Konsumen punya hak untuk bertanya dan pihak resto/produsen punya kewajiban untuk menjawab. Gak ada cerita, konsumen dibilang cerewet. Itu hak konsumen kok.

  2. mungkin karena ada kandungan gelatine kali ya?
    Gelatine itu bisa dr apa aja kah? barangkali adayg lebih tahu?

    Berhati-hati itu bagus, bukan tindakan lebay kok 🙂

  3. nanti kita bahas ya, saya masih mimpin rapat, ini memang penuh polemik dan kontroversial. Indikasi yang ada, jurnal LPPOM MUI itu manipulatif, ada yang mengkonfirmasi 🙂

  4. yupi termasuk yg bandel. Sudah sering dihimbau utk urus sertifikat halal, belum2 juga sampai sekarang. Alhamdulillah, anak2 sudah kebal sama warna-warni si Yupi. Malah mereka yg protes kalau suatu hari saya kelewatan beli makanan tanpa sertifikat halal

  5. yaelah, Jeng Reni…. guwe udeh lihat, ga ada toeh label halalnya…. guwe baca sih ingridientnya, bahkan pake basa arab2an getow, apa dipikir yang makan yupi banyak orang arab?! kacang arab aja ga getow deh!!

    kate estri guwe yang insinyur pengolahan pangan itu, katanya memang Yupi ga jelas halal ato engga, guwe aja yang ga ngeh dari doeloe… ada dicantumkan emulsi dari gelatin sapi, tapi kata estri guwe itu sapi impor yang ga jelas dipotong lehernya apa engga, kali cuma distrom! :-b (pusyeng ngikoetin gaya loe Ren…)

  6. koruptor aja ribuan berkeliaran di Indo ga ada stempel halal dibokongnya….

    masih ingat ga tentang kelemahan konsumen di Indo yang tinggal pasrah karena memang pemerintahnya kebayakan koruptor, apa aja lolos yang penting, duit..duit…duit…

    awalnya saya kira juga begitu, banyak banget kok tulisan arab-nya, wah pasti halal nih, tapi kok dicari-cari mana ejaan halal dalam tulisan arab kok ga ada?!

    apalah artinya sebuah label halal? tapi itulah benteng terakhir kita sebagai alasan memakan sebuah produk makanan ditengah carut-marutnya negeri kita…

  7. akhirnya saya beli produk Meiji, Rich & Rich Cheese, biskuit salut coklat gitu, meski anak saya sempat nangis karena tadinya udah janji mau beli Yupi, tapi akhirnya bisa dipahamkan…. 🙂

  8. Klo udah tahu ga ada label halal, saya emoh…padahal kan produk terkenal dan dari perusahaan besar, ngapain kok susah banget ngurus label halal? brarti kan memang MUI sekarang udah lebih bagus, anti sogokan….

  9. lengkap daftara kandungannya Mba, bahkan pake bahasa arab juga. Ya, begitu deh, konsumen terutama di Indo sangat lemah posisinya…

    Saya ingat kasus Bir yang kandungan alkoholnya zero. Itu kan tetap haram… inilah kita mudah dikibuli…

    arab dikira halal, jenggot dikira teroris…kebalik-balik kan… 😉

  10. saya udah lihat Mba, ya seperti replyan Dokter Prita SpOG: itu bentuk penipuan publik, saya yakin LPPOM MUI waktu itu tidak jeli atau mungkin memnag korup kena sogokan duit. Dari Pak Anton, mantan menteri pertanian yang waktu itu juga aktif menyelidiki berbagai kehalalan produk makanan juga menyatakan begitu. Ini email beliau di sebuah forum tertanggal 26 Desember 2001. Sedang Jurnal itu terbit untuk edisi Maret 2001:

    “Permen yupi ini yang sekarang sedang disoroti karena bermasalah, belum mendapatkan sertifikat halal akan tetapi sudah berani memasang label halal. Daftar produk bermasalah ini ada di tabloid Fikri edisi 14 tahun I, 30 november – 6 desember 2001, ada 5 jenis permen yupi yang memasang label halal di kemasannya akan tetapi sebetulnya belum mendapatkan sertifikat halal. Ini adalah penipuan dan seharusnya sudah bisa produsennya diseret ke pengadilan karena telah melanggar UU Perlindungan Konsumen dan PP
    tentang Label dan Iklan Pangan. Permen yang bermasalah ini adalah permen lunak yang mengandung gelatin. Mahasiswa jurusan saya yang pernah PL disana juga melaporkan jika mereka sebenarnya menggunakan gelatin dari babi, hal ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut. Akan tetapi, hasil investigasi LPPOM MUI (awalnya dimuat di Jurnal Halal LPPOM MUI edisi No. 36, Maret 2001) dan dilanjutkan oleh tabloid Fikri (dikonfirmasi ke produsennya dan LPPOM MUI) jelas membuktikan bahwa produsen permen yupi yaitu PT. Yupi Indojelly gum, Bogor telah menipu konsumen dan harus diseret ke pengadilan. Untuk saat ini kita harus memboikot produk-produk Yupi ini sebagai pelajaran dan hukuman.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.”

    O, iya, Mba Nita…. lagian untuk sertifikasi itu harus ditera ulang loh, artinya jurnal LPPOM-MUI yang jadul itu sudah tidak berlaku lagi: saya mendapatkan email mengenai update-an terkini produk-produk halal dari MUI:

    Ykh. Bapak Widodo Wirawan

    Assalamu'alaikum wr wb

    Terima kasih atas email yang telah dikirimkan. Produk kesehatan seperti yang Bapak tanyakan dapat diterima (dipasarkan) di Indonesia, apabila telah memperoleh sertifikast halal dari MUI atau dari lembaga luar negeri yang telah diakui oleh MUI.

    Silahkan mengklik link berikut untuk melihat Daftar Lembaga Sertifikasi Halal yang telah diakui oleh MUI (yang tersaji di website
    resmi LPPOM MUI): http://www.halalmui.org/images/stories/pdf/LSH/LSH%20LN-9%20feb%202011.pdf

    Selain itu, Bapak dapat pula melihat seluruh produk yang telah disertifikasi halal oleh MUI pada menu Daftar Produk Halal di
    http://www.halalmui.org, melalui link berikut : http://www.halalmui.org/images/stories/pdf/daftar%20produk%20halal%20Mei%202011.pdf

    Demikian informasi ini kami sampaikan

    Wassalamu'alaikum wr wb

    Sekretariat LPPOM MUI

  11. gelatin memang paling banyak yang dipermasalahkan. syukurlah sekarang sudah banyak yang menggunakan gelatin dari kedelai/soya, bahkan sudah ada inovasi emulgator yang tidak menggunakan gelatin, saya sempat dengar beritanya.

  12. Yupi emg enak, Dok. Kenyal2 gitu. Dulu jg saya suka sekali. Tp stlh banyak baca tulisan orang2 LPPOM MUI, jd brenti deh. Smg dosa saya diampuni.
    Tp skrg ada produk Lombok, dodol rumput laut yg bs mengobati kerinduan akan Yupi ..taela rindu :p di label si dodol sih ada tanda halal MUI.

  13. prnh dengen penjelasan ketua MUI, bhw halal tidak hanya trkait dengan bahan2nya. tp juga prosesnya, jeung. kayak Ayam, kalau motongnya ga sesuai syariah, bisa masuk kategori ga halal.

  14. ini email saya barusan ke LPPOM MUI yang direspon cepat sama mereka:

    dari Widodo Wirawan
    ke sekretariatlppom@halalmui.org
    tanggal 18 Juli 2011 11:53
    subjek Kehalalan Permen Yupi

    Assalamu'alaikum,
    Saya ingin menanyakan kejelasan status halal permen Yupi. Banyak kesimpangsiuran tentang produk tersebut. Ada yang bilang halal ada yang bilang tidak. Mohon penjelasannya. Terimakasih.

    ———————————————————————–
    Widodo Wirawan
    Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI
    Jl. Solo KM 12, 5 Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta
    Telp. (0274) 498000, Fax. (0274) 498464
    ——————————————————————————————————————
    dari sekretariat lppom mui sekretariatlppom@halalmui.org
    ke Widodo Wirawan
    tanggal 18 Juli 2011 16:24
    subjek Re: Kehalalan Permen Yupi

    Ykh. Bapak Widodo Wirawan

    Assalamu'alaikum wr wb

    Terima kasih atas email yang telah dikirimkan. Adapun produk permen merk “Yupi” yang Bapak tanyakan belum memperoleh Sertifikat Halal MUI.
    Demikian informasi ini kami sampaikan.

    Wassalamu'alaikum wr wb

    Sekretariat

    ——————————————————————————————————————-
    Ir. Hj. Osmena Gunawan (Mrs)
    Vice Director of Secretariat and Socialization

    Secretariat Office (Jakarta)
    Majelis Ulama Indonesia Building, 3rd Floor.
    Jl. Proklamasi No. 51 Menteng, Jakarta Pusat 10320, Indonesia
    Phone. 62 21 3918917 & Fax. 62 21 3924667

    Operational Office (Bogor)
    Gd. LPPOM MUI – Kampus IPB Baranangsiang
    Jl.Raya Pajajaran Bogor 16144, Jawa Barat, Indonesia
    Phone 62 251 8358748 & Fax 62 251 8358747

  15. Hehehe, padahal Monde Biskuit udah jadi trademark rumahtangga ya, dulu sempat gonjang-ganjing, untunglah sudah halal… klo yang belum ada, lebih aman memang dihindari saja…

  16. Itu sebabnya aku tuliskan kandungannya Ded, menurutku “kandungannya meyakinkan” maknanya luas. Kalau tertulis kandungannya gelatin, dan bahannya sapi, itu masih dipertanyakan lagi bagaimana prosesnya. Karena kebiasaan kami disini (Amerika) adalah memelototi label makanan, dimana kalau ada kandungan hewani meski itu hewan ternak yang dibolehkan tapi cara penanganannya tidak sesuai syariat, ya kami gak beli. Begono.
    Disini sudah banyak kok toko khusus halal yang menjual kebutuhan para Muslim, dimana para pemiliknya kebanyakan adalah imigran. Muslim memang minoritas tapi pangsa pasarnya lumayan gede.

    Sekian info 😛

  17. hahaha, marilah kita mulai dari diri kita dulu, ini kelihatannya kecil, klo dibesar-besarkan nanti bersifat kontraproduktif, tapi klo ada yang lebih punya power, ya silakan saja… 🙂

  18. waduh, harus lebih curiga lagi kali ya… pokoknya yang curiga pake gelatin mesti hati-hati deh, tapi produk tradisional yang sudah jelas dari bahan halal, meski ga ada stempel halalnya, ya tetap halal dong dimakan, seperti tempe, kesukaan saya… 🙂 meski katanya proses pembuatannya rada gimana gitu…

  19. Ooooo…ini kan teksturnya kenyel2 gitu kan? Yang bikin kenyel2 itu gelatinnya, soalnya disini banyak permen gituan. Dan kami gak pernah beli karena mengandung gelatin.

  20. Hehe… sebenarnya aku juga ikut bingung, sebenarnya yang masang logo halal (tulisan Halal dlm arab, dan bukan logo halal dari MUI) itu beneran halal dan ada sertifikat apa nggak sih?

    Ga cuma produk luar kok, ada juga produk biskuit dalam negeri yg merknya terkenal (ga sebut merk krn lupa merk tepatnya apa) sama sekali ga ada logo halalnya *miris*

    Dan sejujurnya kadang aku lebih milih beli produk Malaysia, kayaknya blm pernah ketemu produk Malaysia yg ga ada logo halal dari MUI-nya Malaysia.

  21. makacih info…. wah, jd ga takut lg ga ktmu makanan halal kalau jalan2 ke US (*tsah, duit'e sopo hehe…)

    Pernah liat liputan di tipi, justru yg sesuai syariah lbh digemari krn kualitas dagingnya lbh bagus…

  22. standar LOGO Halal MUI memang ada, yaitu:

    Perhatikan selain logo itu dibawah logo juga ada nomor registrasi halal untuk produk terkait.

    Jadi, mohon juga diperhatikan bahwa masih banyak logo tiruan dan ecek-ecek hanya sekadar tulisan halal dalam bahasa arab.

  23. what???
    pork halal?? nemu dimana ini?

    Jadi inget kasus di Shanghai mas. Dulu kami sekeluarga pernah tinggal disana. Yang beragama Islam, kebanyakan dari etnis Uyghur di provinsi Xinijiang dan etnis Han. Banyak etnis mereka di Shanghai, kebanyakan jualan kebab di pinggir jalan (yang etnis Uyghur) dan jualan mi tarik (yang etnis Han). Suatu saat ada pedagang kebab yang ngider naik sepeda. Saya hampiri untuk beli. Tapi tampangnya mencurigakan, bukan dari etnis Uyghur. Orang Uyghur itu tampangnya gak seperti kebanyakan orang Cina yang lain, tapi lebih mirip Turki campuran Asia Tengah seperti Afghanistan gitu deh karena posisinya di ujung barat paling utara negeri Cina.
    Saya tanya pembelinya (dengan bahasa Mandarin belepotan):

    Saya: kamu orang Uyghur ya?
    Pedagang kebab: Iya.
    *dalam hatiku, keliatan boongnya lu.*
    Saya: ya deh pesen kebabnya. itu kok dagingnya ada dua macem *saya sambil nunjuk*
    Yang ini daging apa?
    Pedagang: Yang ini kambing, yang sebelah sono babi.
    saya: Kamu berarti boong, bukan orang Uyghur. Orang Uyghur mana ada jualan babi.

    Kutinggalin akhirnya, gak jadi beli. Saya emang sengaja bikin pertanyaan pancingan. Kalau nanya “kamu orang Uyghur”, pasti dijawab iya. Karena kebab dan daging halal identik dengan etnis tsb.

    Selain itu pernah ada kasus lain.
    Ada penjual daging mentah dipasar. Orang Uyghur juga. Daging mereka digemari orang karena yang beli bukan hanya Muslim.
    Rupanya ada yang cemburu. Tetangga lapak ada yang jualan daging babi, dan bikin pengumuman, daging babi halal. Maksudnya supaya laku keras seperti penjual daging dari Uyghur itu.
    Terjadi keributan, karena orang Uyghurnya gak terima. Sampe rame banget masuk berita. INi lagi ngulik2 di gugel, belum nemu arsipnya.

  24. Barusan ceklik disana. Miris baca ceritanya. Itu yang punya resto, orang imigran yah? Sependek pengalaman saya, kalau imigran suka ngeyel.
    Daripada risiko gitu, mendingan masak sendiri, atau ke resto seafood. Di US konsumen berhak cerewet. Saya kalau ke restoran sering nanya kok, apa kandungan makanan yang akan saya pesan. Kalau ada yang meragukan, saya bilang gak jadi pesan dan mereka gak marah. Mereka malah minta maaf, karena belum bisa menyediakan sesuai kebutuhan kami.

  25. betul.
    disini kan banyak yang diet jenis makanan tertentu, namanya juga heterogen. ada yang vegetarian, ada yang alergi kacang, ada yang alergi gluten, ada yang menghindari daging merah, macam2 lah.
    jadi kalau kita bilang, gak mau ada kandungan daging, dan itu artinya bukan cuma pas menghidangkan saja yang diambil dagingnya, tapi waktu masaknya sudah dipisah.
    waktu beli pizza, kita juga bisa minta gak usah dipotong. jadi utuh bulat gitu, ntar kita motong sendiri di rumah. dan mereka manut. kalau seandainya mereka terlanjur motong, dengan alat pemotong yang entah sudah dicuci atau belum, kita bisa protes dan akan dapat penggantinya tanpa bayar lagi. dan mereka juga gak nanya apa alasannya kok gak mau dipotong.

  26. sama sama mas Wid.
    memang yang baik baik itu yang jarang diekspos. orang tahunya jelek thok, karena gampang sekali berita jelek cepet sekali menyebar.

    Kapan hari, anak saya menginap di rumah sahabatnya selama sehari. Ibu si sahabat warga Filipina dan bapaknya orang Amerika. Mereka tau kami muslim, tapi gak pernah nanya nanya detil atau gimana gitu. Kenal sih kenal, tapi gak gitu akrab. Anak anak aja yang akrab. Anaknya sering nginap dirumah saya. Waktu si bapak jemput anaknya ke rumah saya, sempet makan sebentar, ngincip masakan saya. Kebetulan lagi bikin kebab kambing. Si bapak nanya, beli daging halal dimana? Wah saya kaget, tau banyak juga si bapak ini. Padahal saya gak pernah cerita apa apa.
    Waktu anak saya nginep di rumah mereka barusan ini, ibunya bikin lumpia, spesial buat anak saya. Katanya gini: “ini isinya udang. Dimasaknya lebih dulu ketimbang masakan yang lain. Jadi alat2 masaknya masih bersih belum kecampuran bahan bahan lain maupun daging yang lain.”
    Subhanallah, mereka menghargai sekali diet kami. Orang lain aja bisa menghargai, mudah2an yang seimanpun juga bisa menghargai. Soalnya banyak juga mas, yang gak mau terlalu ribet masalah syariat penyembelihan daging ternak ini. Asal bukan babi, nggak apa apa katanya. Sebelum makan, mengucap Basmallah. Ada dalilnya di Al-Qur'an. Kalau kayak gitu gimana?

    Kalau saya sendiri, mau yang aman aman saja, beli yang udah jelas ada jaminan kehalalan.

  27. ini menarik sekali Mba, saya sendiri masih kurang ilmu tentang ini, barusan saya cari referensi. Kesimpulannya begini:

    “Jika tidak mengetahui apakah ketika disembelih dibacakan basmalah atau tidak, maka wajib membaca basmalah sebelum memakannya. Jika tetap ragu-ragu tentang kehalalannya, lebih baik ditinggalkan.”

    Pernyataan diatas masih panjang penjelasannya, sebaiknya dijurnalkan sendiri kali ya…? hehe…

  28. ditunggu mas Wid. Hehehehehe….

    Soalnya ada berargumen, itu kan sembelihannya orang Al Kitab dan seperti yang dijelaskan di dalam Al Quran bahwa sembelihannya mereka boleh dimakan. Nah tapi, kita gak tau, apakah prosesnya disembelih atau dimatikan dengan setrum dulu baru disembelih, kan kita gak tau.

    Saya pribadi, lebih baik cari amannya saja. Beli yang udah dijamin kehalalannnya. Kalau gak ada, ya makan ikan, wong disini produksi ikan begitu melimpah. Ngapain soro soro yak, gitu pemikiranku.

  29. Pernah kita bahas dalam satu kajian tafsir..
    Bila yang punya orang Al Kitab (mereka pegang kitab bener lho), dalam soal sembelihan mereka lebih teliti. Dalam ayat Al Qur'an sudah dijelaskan makanan mereka adlh makanan kita juga. Sayang nya berkembang penafsiran, mereka yang disebut pemegang al kitab ini, al kitab yg dulu apa sekarang?…
    Saya kira pendapat : Beli yang sudah dijamin kehalalannya.. adalah baik untuk kita. walau pun masih ada pendapat lain, kita pun menghargainya.
    (Cerita kawan : Yahudi AS, sangat hati2 sekali dalam memilih makanan dan penyembelihan)

  30. Soalnya di Mesir ada pak dokter, ada kasus di mesir satu produk Indonesia, satu kontainer tidak boleh masuk mesir..
    Yaitu satu jenis Mie, saya lupa namanya, kenapa ngga boleh masuk, ketika diteliti di lab. Mesir, ada kandungan yang tidak dikenal yaitu zat pewarna kuningnya. Padahal di negara kita biasa menggunakan zat pewarna itu.
    Untuk Yupi, jadinya saya berpikir begitu juga.
    Dan anehnya, produk Indonesia sampai Mesir di import bukan dari Indonesia, tapi dari MALAYSIA..ckckckckckckck..

  31. Yahudi adalah nama agama, bukan hanya berada di Amerika saja. Bahasa Inggrisnya adlah Jewish. Makanan mereka, tata cara dan penanganannya mirip halal di agama Islam, istilahnya adalah Kosher. Disembelih dengan menyebut asma Allah.
    Jewish kalau kesulitan mendapatkan makanan berlabel kosher, nyari ke label halal juga kok.
    Ini pengalaman saya waktu tinggal di Shanghai. Sewaktu berada di warungnya muslim, ketemu dengan orang Yahudi dan mereka cerita itu.

Tinggalkan Balasan ke Evia NW Koos Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.