Diposkan pada kesehatan, obat, tips

Tips – Resep Awet Muda I


Rating: ★★★★★
Category: Other

Pic dari sini

“Forgiveness research” atau penelitian tentang perilaku memaafkan termasuk bidang yang kini banyak diteliti ilmuwan di sejumlah bidang keilmuan seperti kedokteran, psikologi dan kesehatan. Hal ini karena sikap memaafkan ternyata memiliki pengaruh terhadap kesehatan jiwa raga, maupun hubungan antar-manusia.

Jurnal ilmiah EXPLORE (The Journal of Science and Healing), edisi Januari/Februari 2008, Vol. 4, No. 1 menurunkan rangkuman berjudul “New Forgiveness Research Looks at its Effect on Others” (Penelitian Baru tentang Memaafkan Mengkaji Dampaknya pada Orang Lain).

Dipaparkan pula bahwa berlimpah bukti telah menunjukkan perilaku memaafkan mendatangkan manfaat kesehatan bagi orang yang memaafkan. Lebih jauh dari itu, penelitian terbaru mengisyaratkan pula bahwa pengaruh memaafkan ternyata juga berimbas baik pada kehidupan orang yang dimaafkan.

Worthington Jr, pakar psikologi di Virginia Commonwealth University, AS, dkk merangkum kaitan antara memaafkan dan kesehatan. Dalam karya ilmiahnya, “Forgiveness in Health Research and Medical Practice” (Memaafkan dalam Penelitian Kesehatan dan Praktek Kedokteran), di jurnal Explore, Mei 2005, Vol.1, No. 3, Worthington dkk memaparkan dampak sikap memaafkan terhadap kesehatan jiwa raga, dan penggunaan “obat memaafkan” dalam penanganan pasien.

Memaafkan dan Kesehatan

Penelitian menggunakan teknologi canggih pencitraan otak seperti tomografi emisi positron dan pencitraan resonansi magnetik fungsional berhasil mengungkap perbedaan pola gambar otak orang yang memaafkan dan yang tidak memaafkan.

Orang yang tidak memaafkan terkait erat dengan sikap marah, yang berdampak pada penurunan fungsi kekebalan tubuh. Mereka yang tidak memaafkan memiliki aktifitas otak yang sama dengan otak orang yang sedang stres, marah, dan melakukan penyerangan (agresif).

Demikian pula, ada ketidaksamaan aktifitas hormon dan keadaan darah si pemaaf dibandingkan dengan si pendendam atau si pemarah. Pola hormon dan komposisi zat kimia dalam darah orang yang tidak memaafkan bersesuaian dengan pola hormon emosi negatif yang terkait dengan keadaan stres. Sikap tidak memaafkan cenderung mengarah pada tingkat kekentalan darah yang lebih tinggi. Keadaan hormon dan darah sebagaimana dipicu sikap tidak memaafkan ini berdampak buruk pada kesehatan.

Raut wajah, daya hantar kulit, dan detak jantung termasuk yang juga diteliti ilmuwan dalam kaitannya dengan sikap memaafkan. Sikap tidak memaafkan memiliki tingkat penegangan otot alis mata lebih tinggi, daya hantar kulit lebih tinggi dan tekanan darah lebih tinggi. Sebaliknya, sikap memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Kesimpulannya, sikap tidak mau memaafkan yang sangat parah dapat berdampak buruk pada kesehatan dengan membiarkan keberadaan stres dalam diri orang tersebut. Hal ini akan memperhebat reaksi jantung dan pembuluh darah di saat sang penderita mengingat peristiwa buruk yang dialaminya. Sebaliknya, sikap memaafkan berperan sebagai penyangga yang dapat menekan reaksi jantung dan pembuluh darah sekaligus memicu pemunculan tanggapan emosi positif yang menggantikan emosi negatif.

Kesehatan Jiwa

Selain kesehatan raga, orang yang memaafkan pihak yang mendzaliminya mengalami penurunan dalam hal mengingat-ingat peristiwa pahit tersebut. Dalam diri orang pemaaf, terjadi pula penurunan emosi kekesalan, rasa getir, benci, permusuhan, perasaan khawatir, marah dan depresi (murung).

Di samping itu, kajian ilmiah membuktikan bahwa memaafkan terkait erat dengan kemampuan orang dalam mengendalikan dirinya. Hilangnya pengendalian diri mengalami penurunan ketika orang memaafkan dan hal ini menghentikan dorongan untuk membalas dendam.

Kedzaliman

Harry M. Wallace dkk dari Department of Psychology, Trinity University, One Trinity place, San Antonio, AS menulis di Journal of Experimental Social Psychology, Vol 44, No. 2, March 2008, hal 453-460 dengan judul “Interpersonal consequences of forgiveness: Does forgiveness deter or encourage repeat offenses?” (Dampak Memaafkan terhadap Hubungan Antar-manusia: Apakah Memaafkan Mencegah atau Mendorong Kedzaliman yang Terulang?). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa menyatakan pemberian maaf biasanya menjadikan orang yang mendzalimi si pemaaf tersebut untuk tidak melakukan tindak kedzaliman serupa di masa mendatang.

Obat Memaafkan

Berdasarkan bukti berlimpah sikap memaafkan yang berdampak positif terhadap kesehatan jiwa raga, kini di sejumlah negara-negara maju telah dilakukan berbagai pelatihan menumbuhkan jiwa pemaaf dalam diri seseorang. Bahkan perilaku memaafkan ini mulai diujicobakan di dunia kesehatan dan kedokteran dalam penanganan pasien penderita sejumlah penyakit berbahaya.

Orang yang menderita resiko penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi berpeluang mendapatkan manfaat dari sikap memaafkan. Telah dibuktikan bahwa 10 minggu pengobatan dengan menggunakan “sikap memaafkan” mengurangi gangguan kerusakan aliran darah otot jantung yang dipicu oleh sikap marah.

Rasa sakit kronis dapat diperparah dengan sikap marah dan kesal (dendam). Penelitian terhadap orang yang menderita sakit kronis pada punggung bawah menunjukkan bahwa rasa marah, sakit hati dan sakit yang dapat dirasakan secara inderawi lebih berkurang pada mereka dengan sikap pemaaf yang lebih besar.

Kampanye Memaafkan

Kini terdapat gerakan memaafkan yang dipimpin oleh Everett L. Worthington Jr., profesor psikologi di Virginia Commonwealth University, AS. Prof. Worthington adalah seorang psikolog klinis yang juga menjabat Direktur Marital Assessment, Therapy and Enrichment
Center (Pusat Penilaian, Pemulihan dan Pengokohan Perkawinan) di Universitas tersebut.

Gerakan yang bersitus di www.forgiving.org ini menyediakan informasi seputar berlimpah hasil penelitian seputar memanfaatkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu. Selain itu abstrak makalah konferensi ilmiah tentang memaafkan, nama para ilmuwan dan pusat-pusat penelitian ilmiah tentang memaafkan ini juga dapat dijumpai di situs ini.

Selain dampak baiknya pada kesehatan jasmani dan rohani, kaitan antara erat sikap memaafkan dengan hubungan antar-manusia, seperti hubungan suami istri, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat juga telah banyak diteliti. Sikap memaafkan berpengaruh baik pada pemulihan hubungan antar-manusia tersebut.

“Memaafkan dapat mengobati seseorang, perkawinan, keluarga, masyarakat, dan bahkan segenap bangsa. Kami mengajak Anda bergabung dengan masyarakat-memaafkan kami dan menjadi bagian dari usaha yang semakin berkembang dalam rangka menyebarluaskan anjuran memaafkan ke seluruh dunia. Kami menawarkan situs ini untuk mempelajari penelitian ilmiah tentang memaafkan, dan berbagi pengalaman Anda sendiri tentang memaafkan, atau terilhami oleh orang lain. Memaafkan adalah sebuah keputusan dan sekaligus sebuah perubahan nyata dalam pengalaman emosi. Perubahan dalam emosi itu terkait erat dengan kesehatan raga dan jiwa yang lebih baik.” Demikian papar www.forgiving.org

Hikmah Ilahiah

Nampaknya, ilmu pengetahuan modern semakin menegaskan pentingnya anjuran memaafkan sebagaimana diajarkan agama. Di dalam Al Qur’an, Hadits maupun teladan Nabi Muhammad SAW, memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang mendzalimi merupakan perintah yang sangat kuat dianjurkan. Salah satu ayat berkenaan dengan memaafkan berbunyi:

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi
barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat
jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-
orang zalim.”
(QS. Asy Syuuraa, 42:40).

Anda mau sehat?
Belajarlah memaafkan mulai hari ini.

Sumber tulisan dari sini

29 tanggapan untuk “Tips – Resep Awet Muda I

  1. secara jelasnya saya belum tahu, belum nemu hasil penelitiannya

    yang sudah jelas adalah hubungan antara tingkat stres dengan beberapa penyakit fisik

    berikut sebagian kutipannya:

    Keterkaitan tubuh dan pikiran

    Salah satu penjelasan mengenai psikosomatik adalah bahwa emosi negatif mempengaruhi sistem otonom tubuh, hormon dan kekebalan terhadap beberapa penyakit. Depresi, kemarahan, dan isolasi sosial yang berkontribusi pada penyakit jantung. Stres di sisi lain, mempengaruhi asma, gangguan pencernaan dan banyak penyakit fisik lainnya.

    Studi terbaru lanjutan untuk mengkonfirmasi peran faktor psikologis pada penyakit jantung. John Hopkins University telah menemukan bahwa mahasiswa kedokteran yang mengungkapkan atau menyembunyikan kemarahan mereka, lekas marah, dan omelan tiga kali lebih mungkin untuk menderita penyakit jantung sebelumnya dan lima kali lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung dibandingkan teman sekelas yang lebih tenang.

    Dalam praktiknya, dokter semakin mengakui hubungan antara faktor psikologis dengan penyakit fisik. Pada kenyataannya, diperkirakan 30% dari keluhan fisik ditangani oleh dokter di ruang praktek yang terkait dengan masalah psikologis.

    Nah, Bu, sebagian penyebab kista sering berhubungan dengan hormon. Padahal hormon ini sendiri sangat bisa dipengaruhi kondisi psikis kita. Memang perlu literatur lebih lanjut untuk mencari kepastiannya.

  2. jelas disana ada fase ketidakseimbangan hormonal, jadi jelas akan berpengaruh dengan mood/emosi kita. Namun kita juga diberikan kemampuaan untuk memberikan umpan balik positif untuk meminimalisasi emosi negatif tersebut.

    Saya pernah membuat makalah untuk bahan presentasi mengenai feedback positif ini, (dalam hal ekspresi wajah positif seperti senyuman) waktu masih jadi mahasiswa koas di bagian ilmu jiwa. Entah saya simpan dimana print out/file-nya. Dan memang itu akan bisa menetralisir bedmood.

    Simpelnya begini, dalam keadaan sedih kita berlatih untuk tersenyum dengan rileks dalam waktu beberapa menit, pertahankan sampai terasa perubahan mood (awalnya memang terpaksa, dan ini memang perlu latihan rutin) Saya sendiri dulu sering, sekarang pun sekali-kali klo ingat, hehe…melakukannya sambil naik kendaraan waktu mau berangkat ke tempat kerja, bila dalam kondisi stres. Supaya kita ingat selalu untuk melakukan feedback positif maka kita perlu mengasah insight/kewaspadaan/kesadaran mengenai diri kita.

  3. Iya, memaafkan akan menyelamatkan diri kita sendiri. Klo kita jalan nalarnya harusnya berpikir, kenapa orang lain yang melakukan, malah kita yang kena getahnya. Orang lain ga ngapa-ngapain, eh, kok kita yang sakit….

    Apa dengan sikap tidak memaafkan dan menyimpan dendam? Tiada maaf bagimu? Melihat orang yang ga kita sukai, kita mlengos ga jelas? Itu semua akan berguna bagi kita…? engga kan. Di sini juga kekuatan ego kita diuji, jangan hanya gengsi diri dan rasa tak sudi serta hasutan setan dan hawa nafsu, malah kita kena bumerang yang kita lempar sendiri…

  4. nggih mas, percaya ….jaman dulu susah bener maafin, sekarang tahu diri, daripada ngganjel di hati, sebel mulu, lebih baik diikhlaskan, dimaafin deh
    mudah2an aku kalau ada salah sama orang juga dimaafin *hihi…maafin pake' pamrih*

  5. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kangmas dokter yang baik hati atas jawabannya yang luar biasa isinya. Wah nggak rugi deh saya ditawarin jadi kontaknya mas Dodo.

    Salam hormat pak dokter!

  6. dimaafin..hehe…

    saya pengalaman sama tentangga bahkan saudara kandung sendiri, sakit hati..yah begitu muka jadi suntuk hati jadi sumpek, ah, ga enak. Makanya cuek itu di satu sisi ada untungnya.

    Ada hal menarik dari penelitian seorang teman saya dulu: bahwa orang gila itu adalah orang yang paling sehat. Status imunitasnya rata-rata lebih tinggi dari orang yang ga gila.

    Ga percaya? coba kita perhatikan, orang gila makan makanan sembarangan ga sakit perut, tidur sembarangan ga masuk angin, wah hebat tuh kekebalannya… :-b

  7. Iya betul, setelah saya sowan ke “kantor” njenengan dan njenengan ngajak kenalan. Gara-garanya salah saya, komen nyebut mbak, sebab habis komen di banyak situsnya pere hehehehe………

    Ah, dasar dokter mah cerdas atuh ya?! Sekali lagi terima kasih dan salam hormat!

  8. hehehe….sama persis….ada sodara yg dulu pernah bikin saya sakit ati banget, tiap inget nangis, ngomell2.
    tapi makin kesini saya (rasanya) sudah memaafkan, rugi sayanya sakit ati kalau dianya gak ngerasa 😀

    betul juga ya, kalau kita gak sumpek ati dan pikiran, gak gampang sakit

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.