Diposkan pada dokter, jogja under cover, livinginjogja, penyakit

Jogja Undercover versiku, bagian II: Apakah harus EGP?


Kasus freesex di kalangan oknum mahasiswa/mahasiswi memang tidak diragukan lagi kebenarannya. Mudah saja aku menemukan kasus ini di tempat praktikku. Kemarin baru saja nemu kasus lagi, mahasiswa yang mengeluh BAK (buang air kecil alias pipis)-nya sakit, terasa panas, dan keluar lendir putih.

Aku sih ga sempat lihat medical history (catatan medis) si mahasiswa ini secara masih banyak antrian pasien. So, aku beri aja rujukan ke laboratorium buat periksa air seninya. Kunjungan berikutnya ternyata si mahasiswa diterima rekan sejawatku, aku baca status periksanya…eh, ternyata ada riwayat sexual contact dengan pacarnya. Na’udzubillah mindzalik.

Menurutku, si mahasiswa tersebut berbohong. Simpelnya begini (berdasarkan pengalaman belajar selama ini sih…), kalau orang hanya setia dengan satu partner/mitra seks sangat kecil kemungkinan dia mendapatkan berbagai penyakit kelamin yang menjijikkan tersebut, apalagi ini ternyata kasusnya berulang, alias si mahasiswa bolak-balik ke tempat praktikku karena kasus yang mirip. Atau mungkin pacarnya banyak kaleee ya…What a fool guy!

Terus aku ngobrol dengan rekan sejawat lain tentang kasus ini. “EGP lah (masa bodoh ah),…” gitu komentar beliau. Ya, aku paham, mungkin rekanku ini udah “jeleh” alias muak nemu kasus seperti ini. Mungkin juga dia sudah beri nasihat. Tapi kalau berulang terus siapa yang ga muak kan??

Cuma, kan aku kasihan juga, begitu bodohnya si mahasiswa ini, apa dia tidak sadar sedang gambling (berjudi) dengan virus mematikan, si HIV?! Apa dia ga tau masa inkubasi (masa tunas virus sampai terlihatnya gejala pertama) cukup lama bagi si penyebar maut?!  Sehingga bisa saja dia sudah terkena HIV?! Coba deh, ntar kalau aku ketemu si mahaiswa ini lagi, aku coba “takut-takutin” dikit Ya, minimal aku suruh tes HIV lah… atau disuruh nikah begitu…hehehe… 

——————————————-
Keterangan gambar:
Maaf, klo rada gimana githu, gambarnya…
Itu kasus AIDS dengan oral candidiasis (infeksi jamur di rongga mulut)

Sumber dari sini

54 tanggapan untuk “Jogja Undercover versiku, bagian II: Apakah harus EGP?

  1. hmmmmm brarti hasil penelitian bebrapa thn yg lalu yg mengatakan sekian % mhs itu melakukan hub intim diluar nikah itu benara danya..;-) hiksss

    gitukokmasih banyak yg protes..:(

    *salam prihatin…

  2. “Emang gue pikirin”, pake intonasi yang satu bisa berarti tidak mau dipikirkan alias masa bodoh. Tetapi jika pakai intonasi yang lain, bisa berarti memang sedang/sudah dipikirkan. Hehehe, masalah intonasi hanya bisa didapat pada verbal, bukan pada tulisan.
    EGP yang ada di artikel atas itu bisa ada karena merasa capek/lelah memberikan nasihat atau memikirkannya. Memang banyak orang “bebal”, tapi mereka tetap butuh masukan secara terus menerus.
    Mudah2an bisa ditemukan kondisi sehingga bisa memberikan nasihat tanpa atau sedikit saja ada rasa lelah.

  3. mas dokter..kita berkewajiban mencegah (kalau mampu) yang demikian, tapi jika tidak kuasa, dengan nasehat pun bisa…mudah2an tidak banyak yang bersikap egp terhadap suatu kemungkaran……..

  4. Mungkin disinilah peran dokter sebagai “malaikat penolong” bisa memberikan “second opinion” perihal perilaku yang menyimpang tersebut…….

    IMHO. Memang membutuhkan waktu, emosi dan tenaga. Namun ini akan memberikan imbalan yang setimpal bagi anak cucu kita nanti….

  5. primernya ya HIV itu, nah infeksi sekunder atau sering disebut infeksi oportunistik (bukan hanya manusia saja yang oportunis, hehehe…) muncul karena daya tahan tubuh yang sudah keropos. Jadi penyebab meninggalnya ODHA-Orang Dengan HIV-AIDS bukan HIV-nya sendiri tapi karena infeksi sekunder seperti TBC Paru, Toksoplasma, tumor ganas Sarkoma Kaposi (http://id.wikipedia.org/wiki/Sarkoma_Kaposi), hepatitis B dan C, bahkan bisa oleh penyakit remeh seperti diare/disentri kronis…

  6. klo mau menyudahi semua permasalahan ya stop semua kegiatan seks yang liar…

    tapi kan orang punya level kan, ga bisa klo sama pelacur dibilang begitu, harus bertahap, harus disuluh pake kondom, bahkan ada negara yang mempidanakan klo ada yang menolak pake kondom

    Namun di negara kita ini yang parah, serba liberal, kampanye sering salah sasaran. Klo mahasiswa yang melakukan beginian harusnya diberikan penyuluhan, klo masih ya diskorsing…

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.