Diposkan pada tunarungu

[Tuna Rungu] Perkembangan yang menggembirakan


Pose saat mau berangkat sekolah pagi
Senang sekali Nadifa sudah paham beberapa bahasa reseptif. Seperti misalnya dia sudah bisa menunjukkan mana gambar ikan, ketika diucapkan kata “mana ikan”. Menunjuk mata ikan ketika diucapkan kata “mana mata ikan”. Dengan ini saya semakin yakin sepenuhnya bahwa ABD (alat bantu dengar)-nya berfungsi.
Selain itu fungsi motoriknya sudah banyak percepatan, sudah bisa melepas dan memakai celana sendiri, sudah bisa naik ke motor tanpa bantuan, dan kebiasaan-kebiasaan repetitif/berulang yang diduga gejala autisnya sudah jauh berkurang seperti suka berputar-putar sendiri, suka mendelik-delik matanya.
Memang, sudah beberapa minggu ini Nadifa juga kami pindahkan ke sekolah inklusi alias sekolah umum playgroup, yaitu sekolah yang sama dengan kakaknya. Namun, sekolah siangnya di SLB tetap kami pertahankan sebagai wahana pembanding dan melatih konsentrasinya. Sepertinya Nadifa lebih senang di sekolah inklusi tersebut, terbukti suatu waktu ketika saya jemput dari sana untuk diantar ke sekolah siangnya, dia menolak, meski akhirnya mau juga, meski kelihatan bete gitu mukanya, hehe…
Kami akui kami masih sangat kurang untuk menjalankan metode AVT (auditory verbal therapy) mandiri di rumah, selain belum bisa membuat iklim yang kondusif, sarana yang masih kurang, dan manajemen bapak dan ibunya dalam membagi waktu untuk belajar 🙂
Kami berharap bisa segera menata hal tersebut untuk percepatan belajar Nadifa.

43 tanggapan untuk “[Tuna Rungu] Perkembangan yang menggembirakan

  1. turut senang dengan perkembangan Nadifa
    keliatan seperti sepantaran ya skrg …si adik “mengejar” kakak 🙂

    oya, saya kadang suka ketukar lho mas, Nadifa itu adiknya kan, yg rambutnya diplontos dan pake' ABD? mba Ifa itu kakaknya yg waktu itu ikut acara syawalan kan ? *soalnya sama-sama Ifa :)*

  2. Makasih Mba Kris, iya kami senang banget!

    Makanya kemarin saya tanyakan tentang gambar-gambar di dinding di rumahnya Annabelle, nah kami mau meniru itu, karena kami pikir itu salah satu sarana yang baik 😀 Anak tuna rungu pengenalan awal memang sarat dengan bantuan visual. Misalnya untuk belajar mengenal kata, selain diucapkan juga kita sambil menunjuk gambar yang di bawah gambar tersebut ada tulisannya, lebih bagus klo ada benda aslinya, dan itu harus diulang-ulang sampe puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali untuk setiap katanya karena adanya keterbatasan daya dengar dan persepsi anak tuna rungu.

  3. Iya, mba, saya berharap anak saya murni tuna rungu, tidak ada gangguan signifikan lainnya. Karena ada beberapa temannya di sekolah memiliki kelainan lain seperti pada organ jantungnya, perkembangan emosiaonalnya, daya intelektualnya. Makasih ya 🙂

  4. Begitu yang kami harapkan, aamiin, makasih Pak!

    untuk bahasa isyarat general sudah banyak yang OK:

    salaman, ciuman, kiss bye, dada/lambaian, tepuk tangan, menari-nari, menunjuk, mengacungkan kedua jempol tangan, mencoret-coret, mengangguk dan menggeleng, sudah tahu kapan waktunya ortunya pergi jadi dia siap-siap minta ikut, hehe…

    sebisa mungkin kita harus tahu maksud dia ketika menunjuk-nunjuk atau bereaksi tertentu, supaya ga kelihatan bete mukanya, hehe…

  5. Walau perjalanan masih panjang, tp ini adalah awal yg sangat menggembirakan..moga dg berinteraksi di sekolah inklusi nadifa makin bisa lebih signifikan pertumbuhan dan perkembangan nya..

  6. hehe, boleh dong, tapi jangan berpatokan sama saya saja, semuanya penuh improvisasi… memang maksud orang ATR/anak tuna rungu share biasanya untuk referensi sendiri atau memberi support kepada yang lain… silakan 🙂

  7. Iya, Teh, makasih doanya, masih banyak yang masih harus dioptimalkan memang… istilahnya kita berlomba dengan waktu tapi juga jangan sampe salah langkah, golden period gitu….

  8. kenal dg dokter Nyoman ngga pak ? Sdh agak senior shi, kyknya lumayan ngetop soalnya klo ada yg nanya alamat sy, stlah sy kasih clue rmhnya dr nyoman trus pd tau.anaknya yg sulung jg tuna rungu,skrg sdh SMA di skolah umum. Klo dia bicara sy bsa ngerti, lmyan jelas soalnya.wktu ibu sy terapi bicara pasca stroke, terapisnya cerita dlu wktu anaknya p nyoman kecil dia yg terapi jg.ber-tahun2 ya terapinya, pastinya dananya ngga sedikit.mdh2an pak dodo & kel diberi keleluasaan rejeki …amien.

  9. alhamdulillah, ikut bahagia..

    sun sayang dan bangga tuk adik Nadifa dari kk shafa 🙂

    sebenarnya AVT bisa siapa saja yg ada disekitarnya, jadi tak usa membatasi ruang dan waktu, libatkanlah semua orang disekitarnya, terutama orang2 terdekatnya dan orang2 yg sering bersamanya.

    salam AKRAB (AKu bisa mendengaR dAn berBicara)

  10. Nyoman Kertia, ahli rheumatologi/persendian ya? kenal sekali, cuma beliau pasti ga kenal saya, hahaha… iya, beliau termasuk dosen favorit saya, cool orangnya dan smart.

    Saya masih mencari-cari penterapis wicara Bu, boleh tahu alamat/nomor penterapis ibunya Mba Ifa?

    Iya, memang butuh dana besar, untuk sesi seperti AVT saja paket 10 kali per bulan seharga 1,5 juta, klo per kalinya 200 ribu, makanya kita mensiasati klo bisa mandiri, lebih baik, toh banyak juga yang berhasil dengan mandiri, tapi memang harus luar biasa perjuangannya.

  11. sederhananya itu metode terkini untuk melatih anak tuna rungu memahami bahasa secara alami meliputi pendengaran, bicara, maupun gabungan keduanya seperti halnya orang normal, syarat utama untuk AVT ini menggunakan alat bantu dengar seperti hearing aid/ABD yang memperkuat sinyal suara, implan/cangkok rumah siput/koklea yang merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik, dan alat bantuan lainnya seperti FM system (pemancar dan penerima suara secara jarak jauh) yang memudahkan anak belajar dalam kondisi ramai seperti di kelas. Syarat lainnya diperlukan ketelatenan berbagai pihak dalam menerapkan metode ini karena pada dasarnya anak tuna rungu perlu konsentrasi dan intensitas yang lebih dari orang normal untuk memahami bahasa.

    Pemisalannya seperti orang normal belajar bahasa asing, pasti sulit untuk tahap-tahap awal ketika mendengar bahasa asing kan? Selain itu diperlukan observasi rutin ke para ahli untuk mengetahui kerbehasilan AVT termasuk trimming/penyesuaian alat bantu dengarnya (kami sendiri belum bisa maksimal untuk yang ini).

    Intinya AVT itu seperti menganggap tuna rungu seperti orang normal, tidak bersuara berlebihan seperti berteriak-teriak, tidak harus mengarahkan wajah saling berhadapan seperti halnya bahasa isyarat atau lip reading/bahasa gerak bibir (yang ini diterapkan di SLB anak saya).

    Selain itu anak tuna rungu juga memerlukan terapi wicara untuk memperbaiki intonasi, artikulasi, volume suara dan ini kami juga belum sempat melakukannya…

    seperti orang normal, belajar AVT ini ya sampe si anak bisa mandiri dan benar-benar mampu belajar dari lingkungannya.

  12. Makasih Bu Roy, semoga Nadifa bisa berhasil seperti Shafa ya :-D…

    Iya, kami baru mengawali di sekolah inklusi ini rencananya mau presentasi informal mengenai AVT juga, meski sudah pernah dengan beberapa guru sebelumnya seperti cara memasang ABD dan mengawasinya… 😀

  13. Masalah dari awal memang seperti itu Pak, mungkin orang lain melihat kok sepertinya Nadifa capek dan ortunya tega-teganya mengeksploitasi anakya untuk suatu obsesi, hahaha….

    Ada saatnya Nadifa ngambek seperti anak-anak lainnya, masa penyesuaian yang agak lama, manajemen waktu makan, bermain dan belajar, mandi, dan tidur di sekolah pagi memang kita tekankan ke pihak sekolah agar Nadifa bisa fit saat sekolah siang, yah itu problem semua ortu di sekolah siang itu karena kan memang waktunya jam tidur. Jadwal tidur di sekolah pagi kita patok antara pukul 10-12.30. Bahkan ketika Nadifa masih tidur pun kita angkut ke sekolah siang, yang penting minimal tidurnya sudah 1 jam, nanti biasanya gurunya akan membangunkan dan cuci muka/mandi di sekolah siangnya. Kadang di sekolah pagi pun Nadifa betah melek dan tidak tidur sama sekali. Ini kadang ada nego antara saya dan istri apa Nadifa dibiarkan di sekolah paginya saja (karena ikut program yang full day sampe jam 15) sehingga bisa tidur pada jam normal (pukul 13-15), atau tetap diangkut ke sekolah siang tapi biasanya pasti akan tidur sampe sesi sekolah siang berakhir, hehe… di sekolah siang ini selalu ada snack dan makan yang bervariasi setiap anak akan pulang, jadi mereka senang Pak 😀

  14. klo yg ini terapisnya datang ke rumah, 75rb/ kedatangan.klo ke sardjito malah gratis,pake askes tp ya itu kasian nunggu lama.main aja ke rmah pak,nt sy antar ke dr nyoman,siapa tau bisa sharing.klo sma dr nyoman sy jg ngga tau yg mana orangnya,tp klo bu nyoman kenal,baik kok orangnya.

  15. hehehe, iya Mba…

    sekolah inklusi justru melatih anak-anak invalid untuk lebih berani bersosialisasi, dan bagi anak-anak normal belajar untuk mengahrgai anak-anak invalid…

    Alexander Graham Bell, inventor telepon saja istrinya seorang tuna rungu dan beliau juga mengkampanyekan orang-orang cacat seharusnya menikah jangan sesama orang cacat… ;-D

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.