Diposkan pada tunarungu

Pentingnya dukungan pada ortu anak tuna rungu (ATR)


Sebenarnya tidak hanya dukungan atau support pada orang tua (ortu) anak tuna rungu (ATR) saja, namun juga kepada semua ortu yang memiliki anak yang diberikan keistimewaan Namun, kali ini saya berfokus pada ATR karena saya juga ortu ATR itu. Dan biasanya dukungan ini diberikan oleh ortu yang memang mempunyai kondisi sama atau orang lain yang sudah mengerti dan mampu berempati secara benar.

Hari ini saya mendapatkan SMS curhatan dari seorang ibu ATR tentang kendala-kendala yang ada ketika hendak membelikan alat bantu dengar (ABD) untuk anaknya yang juga masih balita. Kendala-kendala klasik yang sebenarnya juga dihadapi oleh hampir sebagian besar ortu ATR seperti kendala waktu yang tidak pas karena kondisi bekerja, kondisi anak yang tidak mendukung untuk dilakukan observasi mau pun fitting alat, antrian yang panjang, pembatalan observasi, pembiasaan anak dalam memakai ABD, harga yang mahal, dan lain sebagainya. Mengapa saya mengatakan itu kendala klasik, ya karena saya dan istri juga mengalaminya, dan begitu juga ortu-ortu sebelum kami, hampir semuanya mengalami. Saya sekarang sudah jauh bisa lebih tenang karena sudah banyak mendapatkan dukungan langsung mau pun tidak langsung dari para ortu ATR lainnya yang sudah lebih dahulu memeriksakan dan menerapi anaknya. Salah satunya dari para ortu ATR di MP ini . Untuk itulah pengalaman saya dan ortu ATR lainnya saya beberkan juga kepada ibu tersebut untuk memberikan dukungan. Saya beritahukan hal-hal yang nyata yang juga saya dan para ortu ATR lainnya hadapi. Apalagi sentra ABD masih sangat terbatas, sehingga tidak jarang banyak ATR dan ortunya yang jauh dari luar kota. Semuanya menuju ke Jogja (dan syukur saya tinggal di Jogja dan toko itu cuma berjarak 5 km/5-10 menit perjalanan dari rumah), ada yang dari Purwokerto, Semarang, Magelang, Klaten, Purworejo, dsb. Namun mereka adalah ortu-ortu yang luar biasa. Dengan niat dan semangat untuk kemajuan anak-anak mereka, mereka rela berkorban sepenuh hati. Syukurlah, ibu tersebut merasa terbantu, dan kembali bersemangat.

Mari kita saling mendukung!

37 tanggapan untuk “Pentingnya dukungan pada ortu anak tuna rungu (ATR)

  1. iya, dan itu pun di pulau Jawa saja. Sekolah ATR tergantung preferensi ortunya juga. Ada yang sekolah di sekolah khusus (ini cukup banyak) atau umum (lebih banyak lagi, namun jarang yang menyekolahkan pada saat masa balita) atau sekolah-sekolah terapi mandiri di RS, Klinik, Toko ABD, atau private ke rumah seperti terapi wicara, terapi mendengar, terapi okupasi, dsb.

    Untuk keterbatasan toko ABD ini, bahkan saya pernah ketemu ortu dari yang domisili di Abu Dhabi, pas liburan ke Jogja, lebih prefer di Indonesianya dia periksannya…

  2. kemarin juga saya diberikan dukungan banyak langsung dari guru anak saya di sekolah. Guru itu juga tuna rungu, tapi bisa bicara loh…. awalnya dia sekolah di SLB, lalu di SMP sekolah di tempat umum dan ga pake alat bantu dengar…. hebat kan…

  3. Terutama terapi dalam hal apa? Apakah terapi psikologi anak atau terapi untuk menyembuhkan (menormalkan kembali) fungsi alat pendengaran tsb?

    Maaf saya belum pernah berhubungan dg ATR, namun senang sekali kalo mendapat ilmu di sini.

  4. iya Pak. Sebenarnya untuk bisa bicara terbaik memang harus pake alat bantu dengar (ABD) atau implan pada bagian dalam telinga (Implan Koklea) melalui operasi. Namun seperti yang saya katakan itu saja tidak cukup. Bahkan alat bantu dengar itu akan mubazir bila anak dibiarkan saja belajar secara mandiri. Anak yang baru pake ABD/Implan berbeda dalam hal usia mulai mendengar. Proses input suara mulai terjadi saat baru pakai alat berbeda dengan bayi normal, dalam kandungan saja sudah bisa mendengar suara, sehingga saat usia 1-2 tahun sudah bisa mengeluarkan suara (kata, kalimat, dsb…). Sedang ATR dengan ABD perlu waktu 1-2 tahun lagi untuk bisa mengeluarkan suara yang mempunyai arti dan ini sangat tergantung banyak faktor lain seperti metode pembelajaran, intelektualitas anak, faktor kelainan lain yang ada pada anak ya seperti masalah psikis, gangguan konsentrasi, gangguan tumbuh kembang, dsb. Fungsi alat pendengaran alami pada manusia yang mendapat kelainan sejak lahir tidak akan bisa kembali ke normal, namun sangat bisa dioptimalkan melalui alat dan metode-metode terapinya. Yang harus diketahui bahwa anak yang tuli sebenarnya tidaklah tuli sepenuhnya. Penelitian terbaru membuktikan selalu ada sisa pendengaran dari anak-anak yang tuli sejak lahir meskipun itu dikatakan profound (tingkat paling parah). Nah, inilah yang dimaksimalkan fungsinya.

    Saya sangat optimis anak saya bisa mendengar dan berbicara… 🙂

    Senang sekali ada yang care seperti Pak Iwan…

  5. Ini kabar bagus sekali. Semoga penelitian baru terus dikembangkan dan diikuti dg perkembangan teknologi yg lebih baik untuk membantu memaksimalkan alat pendengaran alami para ATR.

    Semoga optimisnya menjadi kenyataan.
    … dan semoga optimisnya Pak Widodo menular secara positif ke anak, agar meningkatkan semangatnya sang anak untuk mengikuti terapinya dg baik.

  6. Ini kabar bagus sekali. Semoga penelitian baru terus dikembangkan dan diikuti dg perkembangan teknologi yg lebih baik untuk membantu memaksimalkan alat pendengaran alami para ATR.

    Semoga optimisnya menjadi kenyataan.
    … dan semoga optimisnya Pak Widodo menular secara positif ke anak, agar meningkatkan semangatnya sang anak untuk mengikuti terapinya dg baik.

  7. sangat, sangat setuju dengan penjelasan ini.

    sering kali ortu menganggap kalau sudah menggunakan ABD atau implant anaknya sudah selesai problemnya, padahal itu baru tahap awal.

    tetap semangat pak, sekarang banyak info dan banyak orang2 yang mau berbagi, jauh beda dgn kondisi saya dulu, saya dulu ibarat berjln di kegelapan yg sangat gelap gulita, namun saya selalu berdoa dan berusaha tuk mendapatkan setitik cahaya, karena saya sangat yakin Allah akan memberikan cahaya itu, sehingga walaupun saya jatuh berkali2 namun saya harus bangun dan berjalan kembali, kejeduk saya tahan sakitnya, yang penting saya ketemu cahaya itu, Alhamdulillah Allah Maha Sayang kepada UmatNya sehingga shafa bisa seperti sekarang ini. itu juga tujuan shafa buat MP dulu, dia ingin memotivasi ATR, karena ATR tak beda dgn anak lainnya.

    mohon doa tuk shafa, pak, supaya shafa cepat selesai kuliahnya dan bisa berbagi kembali secara langsung 🙂

    salam AKRAB

  8. Iya Bu Roy…

    Saya sih agak miris juga sih klo harus selalu terpatok dengan ABD, buktinya ada yang sudah pake ABD 4 tahun ya belum bisa bersuara juga anak-anaknya, padahal alat yang dipakaikan ke anaknya itu supermahal klo ga salah 30 jutaan.

    Ya, Shafa, anak ibu menjadi buktinya, dulu kan susah banget ya teknologinya, tapi kan tetap bisa. Juga itu anaknya Bu Dion, Menur yang juga sangat parah pendengarannya. Tapi karena usaha keras ortunya, berhasil juga… no pain no gain 🙂

    Salam buat Shafa Bu… semoga cepat terkabul doa dan cita-citanya Shafa. Aaamiin.

  9. Mahasiswa saya ada yg ATR,
    namun prestasinya tidak kalah dengan yg normal.
    Saat beberapa mahasiswa normal tidak lulus mata kuliah (yg saya ampu)
    dia langsung lulus tuch 1 x ambil:).

  10. Untuk keep sharing information, mungkin Pak Widodo bisa bikin grup orangtua ATR di MP ini. Para anggota grup bisa saling berinteraksi dan bebas posting hal-hal yg berkaitan dg ATR.

  11. blognya karnna masih aktif ?, alhamdulillah ya….. sesuatu sekali 😀
    yang saya tau di sardjito ada pak wur, bu nursam, bu emi. kalau mau sekali ke sardjito trus minta diluar jam poli. dulu temannnya roza bisa begitu

  12. sepertinya masih cuma jarang diupdate…

    Di Sardjito ngantrinya itu, anak saya dapat giliran terakhir dan udah tidur.

    O, ya saya juga sudah diberi info di http://subhanallahu.multiply.com/notes/item/144 oleh Bu Nana mengenai terapi juga:

    “untuk terapi wicara kalau gak salah ada bu retno guru dari karnna, salah satu guru yang mengajar disana juga mengajar di sanggar namanya rini. Ternyata nadifa tinggal di idola berarti dekat dg sanggar. Semoga yang terbaik buat nadifa”

    Dan saya dapat info juga ada penterapis wicara juga di RS Ghrasia, Pakem, Kaliurang dan jauh murah katanya, mungkin juga ga terlalu antri…

    berharap bisa survey segera…

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.