Hari ini saya mendapatkan SMS curhatan dari seorang ibu ATR tentang kendala-kendala yang ada ketika hendak membelikan alat bantu dengar (ABD) untuk anaknya yang juga masih balita. Kendala-kendala klasik yang sebenarnya juga dihadapi oleh hampir sebagian besar ortu ATR seperti kendala waktu yang tidak pas karena kondisi bekerja, kondisi anak yang tidak mendukung untuk dilakukan observasi mau pun fitting alat, antrian yang panjang, pembatalan observasi, pembiasaan anak dalam memakai ABD, harga yang mahal, dan lain sebagainya. Mengapa saya mengatakan itu kendala klasik, ya karena saya dan istri juga mengalaminya, dan begitu juga ortu-ortu sebelum kami, hampir semuanya mengalami. Saya sekarang sudah jauh bisa lebih tenang karena sudah banyak mendapatkan dukungan langsung mau pun tidak langsung dari para ortu ATR lainnya yang sudah lebih dahulu memeriksakan dan menerapi anaknya. Salah satunya dari para ortu ATR di MP ini . Untuk itulah pengalaman saya dan ortu ATR lainnya saya beberkan juga kepada ibu tersebut untuk memberikan dukungan. Saya beritahukan hal-hal yang nyata yang juga saya dan para ortu ATR lainnya hadapi. Apalagi sentra ABD masih sangat terbatas, sehingga tidak jarang banyak ATR dan ortunya yang jauh dari luar kota. Semuanya menuju ke Jogja (dan syukur saya tinggal di Jogja dan toko itu cuma berjarak 5 km/5-10 menit perjalanan dari rumah), ada yang dari Purwokerto, Semarang, Magelang, Klaten, Purworejo, dsb. Namun mereka adalah ortu-ortu yang luar biasa. Dengan niat dan semangat untuk kemajuan anak-anak mereka, mereka rela berkorban sepenuh hati. Syukurlah, ibu tersebut merasa terbantu, dan kembali bersemangat.
Mari kita saling mendukung!
O tokonya cuma ada di kota2 besar ya? Para ATR yang berada di kota2 kecil tersebut sekolahnya di sekolah umum atau khusus mas?
iya, dan itu pun di pulau Jawa saja. Sekolah ATR tergantung preferensi ortunya juga. Ada yang sekolah di sekolah khusus (ini cukup banyak) atau umum (lebih banyak lagi, namun jarang yang menyekolahkan pada saat masa balita) atau sekolah-sekolah terapi mandiri di RS, Klinik, Toko ABD, atau private ke rumah seperti terapi wicara, terapi mendengar, terapi okupasi, dsb.
Untuk keterbatasan toko ABD ini, bahkan saya pernah ketemu ortu dari yang domisili di Abu Dhabi, pas liburan ke Jogja, lebih prefer di Indonesianya dia periksannya…
Maaf saya ralat. Ada beberapa di luar pulau Jawa, contohnya ini: http://www.alatbantudengar.com/regional-presence.php
Alasannya apa mas?
Ga OK aja katanya, entah apa yg dimaksud, saya juga lupa…
Sebagai referensi juga:
http://menurntik.multiply.com/journal/item/75/Cerita_Orang_Tua_Tentang_Toko_ABD
http://menurntik.multiply.com/journal/item/76/Tips_Memilih_Toko_Alat_Bantu_Dengar
mengambang 😀
Keep on sharing, ya Pak Dokter 🙂
ho'oh, sayanya yang lupa, bener… 🙂
iya Bu, wah, betah melek nih Bu… 🙂
siiip…semangat…semangat…jangan patah semangat, tiap anak pasti memiliki kesistimewaan.
TFS informasinya ya pak.
kemarin juga saya diberikan dukungan banyak langsung dari guru anak saya di sekolah. Guru itu juga tuna rungu, tapi bisa bicara loh…. awalnya dia sekolah di SLB, lalu di SMP sekolah di tempat umum dan ga pake alat bantu dengar…. hebat kan…
Semoga dimudahkan upayanya untuk bisa saling mendukung terutama informasi tentang ABD.
hanya salah satu “kecilnya saja ABD itu Pak, harus ada informasi dan sharing setara untuk lainnya seperti sarana terapi dsb, karena ABD saja, jelas, tidak cukup….
Terutama terapi dalam hal apa? Apakah terapi psikologi anak atau terapi untuk menyembuhkan (menormalkan kembali) fungsi alat pendengaran tsb?
Maaf saya belum pernah berhubungan dg ATR, namun senang sekali kalo mendapat ilmu di sini.
iya Pak. Sebenarnya untuk bisa bicara terbaik memang harus pake alat bantu dengar (ABD) atau implan pada bagian dalam telinga (Implan Koklea) melalui operasi. Namun seperti yang saya katakan itu saja tidak cukup. Bahkan alat bantu dengar itu akan mubazir bila anak dibiarkan saja belajar secara mandiri. Anak yang baru pake ABD/Implan berbeda dalam hal usia mulai mendengar. Proses input suara mulai terjadi saat baru pakai alat berbeda dengan bayi normal, dalam kandungan saja sudah bisa mendengar suara, sehingga saat usia 1-2 tahun sudah bisa mengeluarkan suara (kata, kalimat, dsb…). Sedang ATR dengan ABD perlu waktu 1-2 tahun lagi untuk bisa mengeluarkan suara yang mempunyai arti dan ini sangat tergantung banyak faktor lain seperti metode pembelajaran, intelektualitas anak, faktor kelainan lain yang ada pada anak ya seperti masalah psikis, gangguan konsentrasi, gangguan tumbuh kembang, dsb. Fungsi alat pendengaran alami pada manusia yang mendapat kelainan sejak lahir tidak akan bisa kembali ke normal, namun sangat bisa dioptimalkan melalui alat dan metode-metode terapinya. Yang harus diketahui bahwa anak yang tuli sebenarnya tidaklah tuli sepenuhnya. Penelitian terbaru membuktikan selalu ada sisa pendengaran dari anak-anak yang tuli sejak lahir meskipun itu dikatakan profound (tingkat paling parah). Nah, inilah yang dimaksimalkan fungsinya.
Saya sangat optimis anak saya bisa mendengar dan berbicara… 🙂
Senang sekali ada yang care seperti Pak Iwan…
Ini kabar bagus sekali. Semoga penelitian baru terus dikembangkan dan diikuti dg perkembangan teknologi yg lebih baik untuk membantu memaksimalkan alat pendengaran alami para ATR.
Semoga optimisnya menjadi kenyataan.
… dan semoga optimisnya Pak Widodo menular secara positif ke anak, agar meningkatkan semangatnya sang anak untuk mengikuti terapinya dg baik.
Ini kabar bagus sekali. Semoga penelitian baru terus dikembangkan dan diikuti dg perkembangan teknologi yg lebih baik untuk membantu memaksimalkan alat pendengaran alami para ATR.
Semoga optimisnya menjadi kenyataan.
… dan semoga optimisnya Pak Widodo menular secara positif ke anak, agar meningkatkan semangatnya sang anak untuk mengikuti terapinya dg baik.
info yang sangat bermanfaat….
sangat, sangat setuju dengan penjelasan ini.
sering kali ortu menganggap kalau sudah menggunakan ABD atau implant anaknya sudah selesai problemnya, padahal itu baru tahap awal.
tetap semangat pak, sekarang banyak info dan banyak orang2 yang mau berbagi, jauh beda dgn kondisi saya dulu, saya dulu ibarat berjln di kegelapan yg sangat gelap gulita, namun saya selalu berdoa dan berusaha tuk mendapatkan setitik cahaya, karena saya sangat yakin Allah akan memberikan cahaya itu, sehingga walaupun saya jatuh berkali2 namun saya harus bangun dan berjalan kembali, kejeduk saya tahan sakitnya, yang penting saya ketemu cahaya itu, Alhamdulillah Allah Maha Sayang kepada UmatNya sehingga shafa bisa seperti sekarang ini. itu juga tujuan shafa buat MP dulu, dia ingin memotivasi ATR, karena ATR tak beda dgn anak lainnya.
mohon doa tuk shafa, pak, supaya shafa cepat selesai kuliahnya dan bisa berbagi kembali secara langsung 🙂
salam AKRAB
Iya Bu Roy…
Saya sih agak miris juga sih klo harus selalu terpatok dengan ABD, buktinya ada yang sudah pake ABD 4 tahun ya belum bisa bersuara juga anak-anaknya, padahal alat yang dipakaikan ke anaknya itu supermahal klo ga salah 30 jutaan.
Ya, Shafa, anak ibu menjadi buktinya, dulu kan susah banget ya teknologinya, tapi kan tetap bisa. Juga itu anaknya Bu Dion, Menur yang juga sangat parah pendengarannya. Tapi karena usaha keras ortunya, berhasil juga… no pain no gain 🙂
Salam buat Shafa Bu… semoga cepat terkabul doa dan cita-citanya Shafa. Aaamiin.
bisa untuk bekal klo ada teman yang membutuhkan Mas….
Mahasiswa saya ada yg ATR,
namun prestasinya tidak kalah dengan yg normal.
Saat beberapa mahasiswa normal tidak lulus mata kuliah (yg saya ampu)
dia langsung lulus tuch 1 x ambil:).
OK tuh Mba Yudith mahasiswa ATR-nya. Sebenarnya asal bermotivasi tinggi ya sama saja dengan orang normal ya….
Untuk keep sharing information, mungkin Pak Widodo bisa bikin grup orangtua ATR di MP ini. Para anggota grup bisa saling berinteraksi dan bebas posting hal-hal yg berkaitan dg ATR.
jadinya sekolah dimana pak?
Yang ini bisa bantu, Pak Wid?
http://nitafebri.multiply.com/journal/item/368/Gimana_enaknya_Jawabnya_Bantuin_dong
Wah tambah ilmu selain dari Nitafebri nich..
Apalagi berkaitan dengan anak2 special..
Semangat ya pak…kita saling menyemangati..
hehe… ga tahu klo grup ya Pak, tapi info dah banyak sih, misalnya di http://anaktunarungu.multiply.com/ dan di http://tunarungu.wordpress.com/
ya, ga papa sih, coba entar ya…. 🙂
di Karnna Manohara, Bu… baru masuk 1 minggu ini
http://karnnamanohara.wordpress.com/
http://karnnamanohara.multiply.com/
Besok habilitasi kedua di ABDI
http://www.alatbantudengar.com/thsc-regional-presence-yogyakarta.php
Masih mencari untuk penterapis wicara… punya info Bu?
udah komen 🙂
OK mba Min 🙂
tag absen dulu
tag absen dulu
blognya karnna masih aktif ?, alhamdulillah ya….. sesuatu sekali 😀
yang saya tau di sardjito ada pak wur, bu nursam, bu emi. kalau mau sekali ke sardjito trus minta diluar jam poli. dulu temannnya roza bisa begitu
sepertinya masih cuma jarang diupdate…
Di Sardjito ngantrinya itu, anak saya dapat giliran terakhir dan udah tidur.
O, ya saya juga sudah diberi info di http://subhanallahu.multiply.com/notes/item/144 oleh Bu Nana mengenai terapi juga:
“untuk terapi wicara kalau gak salah ada bu retno guru dari karnna, salah satu guru yang mengajar disana juga mengajar di sanggar namanya rini. Ternyata nadifa tinggal di idola berarti dekat dg sanggar. Semoga yang terbaik buat nadifa”
Dan saya dapat info juga ada penterapis wicara juga di RS Ghrasia, Pakem, Kaliurang dan jauh murah katanya, mungkin juga ga terlalu antri…
berharap bisa survey segera…
Okey…