26 tanggapan untuk “Bimbang, antara bertahan atau menerima jabatan baru…

  1. Ceritanya, saya bimbang dengan situasi pekerjaan saya sekarang. Ada kemungkinan besar, tahun 2011 saya dipromosikan menjadi orang kedua, alias masuk ke jajaran direksi di kantor saya yang pertama, tempat di mana saya menjadi karyawan tetap. Sebelumnya saya berada di lapis ketiga sebagai manajer.

    Bimbang karena saya takut tidak bisa melaksanakan amanah dengan optimal karena status saya yang masih “berantakan”, keluarga masih terpisah-pisah, studi belum kelar, apalagi bila dikaitkan dengan kerja-kerja saya ditempat lain.

    Bimbang karena faktor lain seperti masalah remunerasi alias gaji, saya butuh kompensasi yang layak untuk bisa berkonsentrasi penuh, dengan kata lain melepaskan pekerjaan saya di tempat lain.

    Mohon pertimbangan dari teman-teman yang sudah berpengalaman…

  2. Yang pertama saya ucapkan SELAMAT buat mas Widodo.

    Yg kedua, saya rasa untuk mengambil keputusan ini perlu diskusi yg lebih dalam / intens dg anggota keluarga terlebih dahulu dlm hal ini istri mas Widodo. Apakah sudah didiskusikan, mas? Bagaimana harapan dia? mengingat yg mas Widodo sampaikan saat ini kondisinya masih terpisah.

    Yg ketiga, apakah sudah dilakukan merit-demerit (atau istilahnya bikin matriks manfaat dan kerugian) masing-masing alternatif yg diambil, lebih bagus lagi kalau melalui scoring system (jadi ada pembobotan untuk masing2 kriteria). Karena bagaimanapun juga yg lebih tahu kondisi sebenarnya adalah mas Widodo sendiri, maka silakan bebas menentukan kriteria dan pembobotan.

  3. Hehe, ini masih isu Pak yang sedang digadang-gadangkan dalam bulan ini, direktur pun belum ngomong ke saya, apalagi saya belum meberikan hak jawab, menolak atau menerima….

    Dengan istri saya sudah diskusikan, dengan mertua saya juga udah. Harapan istri dan saya sendiri, kami punya prinsip dalam kehidupan dengan usia produktif sekarang memang harus selalu ada peningkatan baik dalam kapasitas karir, kemampuan, dan pendapatan. Saya ga mau klo menjadi stagnan dan atau malah menukik 🙂

    Alhamdulillah, memang kami sudah membuat kriteria-kriteria (seperti yang saya contohkan di atas) dan pembobotan

    Saya ingin mendapatkan masukan apakah kebimbangan ini layak adanya dan perlukah saya menyiapkan opsi-opsi sampingan, bahkan bila saya harus menerima dengan “terpaksa”?

    Misalnya, sebenarnya saya justru mengajukan isu untuk mundur dari manajer. Tapi digondeli (dipegangi) terus, nah, jadinya saya “kena” dengan promosi dadakan ini, dan juga karena ada peristiwa lain yang mengharuskan… lalu ada ungkapan: “kalau tidak saya, siapa lagi?” begitu isu yang berhembus…

  4. kalo aku siy mudah aja, dg berfikir besar.
    Pastikan dirimu mampu memikul tgg jawab. Belum tentu ada kesempatan kedua, atau akan menyesal suatu hari nanti. 🙂

    Selamat yah… Sukses sll 🙂

  5. Wah, ini bagus juga prinsipnya mas Wid, bahwa selama masa usia produktif, maka yg menjadi prioritas utama adalah kompetensi (terutama yg bersifat teknis / hard competency) yg mendukung kapasitas karir. Sebab kalau kompetensinya bagus, maka membuka peluang besar peningkatan karir (dimanapun berada, jadi bukan hanya ditempat yg sekarang), dan kalau karirnya bagus maka peningkatan pendapatan juga akan mengikuti. Dalam masa-masa produktif, terkadang kita terjebak dg “good life”, padahal “the enemy of GREAT life is a GOOD life”. Saya juga pernah mengalami situasi yg spt ini 🙂

  6. Opsi-opsi sampingan juga pasti perlu, dan jangan lupa untuk mengakomodir harapan keluarga dan kesempatan belajar di usia produktif, maka ini bisa dijadikan sbg bargaining position. Jadi jangan tanggung2 bikin opsi sampingan 🙂

  7. Kadang kesempatan gak datang dua kali…. kalo memang sudah dirembug sama keluarga…. kesulitan yang ada jadiin tantangan untuk jadi lebih baik…. jagan lupa istikhoroh…. mohon diberikan pilihan terbaik menurut NYA… yang InsyaAllah baik didunia dan di akhirat…:)

  8. cuma mo sharing aja.
    kondisinya mungkin berbeda, waktu itu bukan ditawarin, tapi langsung ditetapkan.
    sehingga suka nggak suka mesti menerima, memegang satu kantor diluar jawa.
    padahal saat itu aku merasa masih seorang “bocah nakal” yg sekali kali bikin ulah.
    ternyata kondisi mengubahku dengan sendirinya untuk menjadi orang yang dituakan.
    tentunya tak lepas juga sih, warna2 kenakalan seorang bocah ikut mewarnai.
    yang jelas sih, masih dinilai diatas rata2lah.

  9. Menghadapi pilihan sulit yah,Mas..:)
    Saya doakan yang terbaik yang membuat Mas Widodo paling mantap menjalankan saja..
    Insya Allah pilihan itu barokah dan menjadi berkah di kehidupan Mas dan keluarga…:)

  10. engga ragu kok, cuma bersiap-siap dengan berbagai kemungkinan, dan berusaha melakukan pola tawar menawar, jangan sampai satu sisi OK, sisi lain amburadul, belajar senantiasa untuk seimbang, toh jabatan cuma salah satu dari hiasan dunia, bukan penentu kebahagiaan… 🙂

  11. Nah, itu yang tepat untuk saya Pak Dono, makanya saya buat QN ini karena memang saya benar-benar bimbang, klo kita masih ada merasa ganjelan dengan sesuatu lebih baik tidak saja 🙂 tapi klo ganjalan itu bisa ditawar, maka OK-lah…

    Klo misalnya kita memang dihadapkan dengan 3 faktor saja, karir/jabatan, kompetensi, atau pendapatan. Mana yang prioritas Pak? maksudnya saya dalam periode yang singkat saja, meski ada pertimbangan bahwa kesempatan itu tidak datang 2 kali.

Tinggalkan Balasan ke Widodo Wirawan Batalkan balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.