Diposkan pada dokter, kontemplasi

Sumpah Dokter Indonesia




Demi Allah, saya bersumpah bahwa:

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya;

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bermoral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerja­an saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan;

Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial;
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

32 tanggapan untuk “Sumpah Dokter Indonesia

  1. iya Mas Rud, aneh, hehehe… sumpah aslinya kan punya Hipokrates, cuma sudah dimodifikasi untuk konteks Indonesia dan disesuaikan dengan agama masing-masing.

    PERNAH lihat lambing kedokteran? Mengapa berlambang ular dan tongkat? Siapakah “bapak” kedokteran dunia? Benarkah para dokter memiliki sumpah yang telah berusia lebih dari 2000 tahun? Bagaimana bunyi sumpah itu?

    Seperti halnya dalam mitologi Yunani yang mengenal dewa-dewi, dikenal seorang dewa penyembuh yang bernama Aesculapius (baca : Asklepios), yang ditampilkan sebagai seorang yang mengenakan jubah panjang dan membawa tongkat kayu yang dililit ular.

    Konon Tongkat melambangkan kekuatan dan solidaritas para dokter, sementara ular yang kerap berganti kulit memiliki makna bahwa setiap dokter harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

    Oh ya lambang kedokteran saat ini yang berupa tongkat bersayap sebenarnya merupakan “salah kaprah”, karena tongkat bersayap itu adalah sebenarnya tongkatnya dewa Hermes yang dikenal sebagai dewa pembawa pesan. Namun hingga kini symbol ular yang melilit selalu digunakan sebagai lambing semua kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan/kedokteran, seperti farmasi dan obat-obatan juga.

    Orang Yunani dikenal sebagai ahli dalam mengamati alam dan tubuh manusia. Pada abad 5 SM, dikenal seorang “dokter” bernama HIPOKRATES. Dia mengajarkan bahwa ilmu perawatan medis harus ilmiah, dan tidak bergantung kepada ilmu ghaib.

    HIPOKREATES memiliki “sumpah” yang hingga kini selalu diucapkan oleh seluruh calon dokter.Oh ya konon juga sumpah itu dulunya siucapkan oleh para calon dokter di pulau Cos, dibawah pohon yang hingga kini masih ada.

    Sebagian bunyi sumpahnya adalah sebagai berikut :

    “ .. saya akan mengikuti system atau aturan yang, menurut kemampuan dan penilaian saya, saya anggap bermanfaat bagi pasien saya, dan menghindar dari apapun yang merusak dan mengganggu. Saya tidak akan memberi obat yang dapat mematikan kepada siapa saja meskipun diminta atau menyerankan nasihat semacam itu, dan dengan cara yang sama saya tidak akan memberi seorang wanita sarana untuk melakukan pengguguran kandungan. Setiap kali saya diminta mendatangi sebuah rumah, saya akan datang demi kebaikan si sakit dan akan menjauhkan diri dari tindakan jahat dan keji, dan lebih jauh, dari rayuan kaum wanita atau pria, baik mereka orang merdeka maupun budak. Apapun, dalam kaitan dengan praktik professional saya, yang saya lihat atu dengar mengenai sesuatu yang tidak boleh diungkapkan sembarangan, saya akan tetap merahasiakannya. Selama saya tetap mematuhi sumpah ini, semoga saya diperkenankan untuk menikmati hidup dan mempraktikkan ilmu ini, dihormati oleh semua manusia di sepanjang zaman, namun seandainya saya melanggar sumpah ini semoga nasib sebaliknyalah yang menimpa saya.”

    Wah panjang juga ya sumpah Hipokrates ini, coba deh sesekali kamu tanyakan kepada dokter kamu, hapal gak ya mereka?***

    Sumber: http://b0cah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=377&Itemid=40

  2. Kok jadi inget Dasa Darma Pramuka. Rasanya setiap upacara diucapkan lantang-lantang, tapi setelah nggak pake seragam lagi, kok sikap mereka melanggar Dasa Darma ya? Aduh, prihatin mas, moga-moga kalau dokter sih nggak pada melanggar isi naskah di atas ya mas.

  3. banyak yang memodifikasi isinya karena sumpah hipokrates yang asli itu:

    1. mengagungkan dewa (I swear by Apollo Physician and Asclepius and Hygieia and Panaceia and all the gods and goddesses, making them my witnesses, that I fulfil according to my ability and judgement this oath and this covenant.)

    2. memberi pengajaran pada laki-laki, tapi tidak pada perempuan (to give a share of precepts and oral instruction and all the other learning of my sons and to the sons of him who instructed me..)

    3. melarang dokter umum melakukan operasi (I will not use the knife, not even, verily, on sufferers from stone..)

  4. Lha, itu yang saya maksud. Kayaknya kebanyakan orang ikut Pramuka karena terpaksa (dipaksa guru) atau ingin sendiri, tapi disebabkan tertarik sama baju seragamnya. Sayang……….

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.