Ya, benar, maksudnya tentu saja dokter yang masih junior seperti aku.
Kemarin habis sholat Jum’at, aku beli minuman kesukaan, es kunir (kunyit) asem (jawa). Mmmhh, segeeer…. :-). Pas mau bayar pake uang 10 ribu (harganya per gelas seribu rupiah), eh ga ada kembaliannya, jadilah mas penjualnya nukerin ke salah satu orang (ibu) yang nongkrong si sebelah gerobaknya. Wah, ternyata seorang pengemis. Ibu itu mengeluarkan duit yang banyak dari sebuah tempat penyimpanan (ga bisa aku taksir berapa jumlahnya).
Setelah dapat tukeran uang 10 ribunya, mas penjual kunyir asem-nya menghampiri aku. Aku iseng nyeletuk, wah kayaknya pengemisnya dapet lebih banyak tuh mas…? Kata masnya: wah, dia dah dapat 60 ribu! (padahal baru setengah hari loh…). Ya..ok coba kita itung-itung, klo kita misalkan dalam satu hari ibu pengemisnya bisa dapat 120 ribu (kan dikali dua…). Berarti sebulannya bisa terkumpul duit 120 rb kali 30 hari = 3 juta 600 ribu rupiah!!!. Wah kalah besar dengan gaji bulananku…. :-((
Yah, terlepas dari apakah dia, ibu pengemis itu, mempunyai bos atau tidak, sebenarnya dia bisa menjadikan modal mengemisnya untuk usaha yang lebih layak. Tapi begitulah karakter mereka yang didukung oleh ketidakadilan sistem yang dibuat oleh pemerintah. Yang susah-susah bekerja dengan keterampilan dan otaknya bisa terkalahkan dengan orang yang hanya berbekal telapak tangan dan mimik memelaskan, lebih parah lagi, kaum profesional yang mengandalkan otak sekarang ini lebih mudah dikalahkan penghasilannya oleh mereka yang hanya mengandalkan modal (maaf) bokong, wajah, suara, dan bodi yang aduhai…astaghfirullah….
gambar dari http://www.cartoonstock.com/newscartoons/cartoonists/gmi/lowres/gmin99l.jpg
😀
lucu ya Pak?
Hidup emang tak selamanya indah ya, ironi. Tapi itu mah hitung-hitungannya manusia, hitung-hitungan yang sejati tetep ada kok, seadil-adilnya, semoga yang dikit itu berkah, daripada yang banyak tapi menyengsarakan dunia akhirat 🙂
mudah mudahan kita tdk spt itu yah mas wid
enggak apa apa keluar keringet banyak tapi hasil jerih payah kita sendiri
tanpa nadah atau meminta minta dari orang lain
have a nice weekend mas wid sekeluarga
ini si pengemis bekerja secara langsung tidak halal rezekinya mas wid , lebih enak hasil keringat sendiri tanpa harus jadi pengemis, pekerjaan mas wid juga lebih mulia sekali di bandingkan beliau.
tangan diatas lebih baik …………
Hehehe…sebenarnya nasib pengemis jauh dari mengenaskan. Bayangkan, kita para pekerja yg gaji pas-pasan sebenarnya masih punya tempat tinggal yg layak. Sedangkan pengemis, lebih banyak tidak layaknya. Kita makan sudah dipastikan 3 kali sehari, sedangkan pengemis belum tentu. Kita hidup tidak di kejar2 ketakutan, pengemis selalu dihantui oleh para pamong praja yang bisa menangkapnya setiap waktu.
Apa yang mesti kita cemburui? Sedangkan nikmat yang di beri oleh Allah kepada kita begitu banyak. Allah memberi rezeki sesukanya. Kenapa kita mesti kalut? 🙂
… waahh mas hati hati.. jangan sampai ini jadi..motivasi untuk mengejar materi…amanah seorang dokter akan sangat lebih mulia daripada pengemis…
Tapi, gaji antum lebih mulia Akh, insya4JJI.
Ana juga bingung, bagaimana menyadarkan mereka. Padahal Depsos RI dan daerah punya program buat mereka, tapi, mereka sudah terfikroh dengan “mengemis itu enak dan menjajikan uangnya” sehingga meraka tetap istiqomah dalam dunia ngemis -mengemis.
Sabar ya. Ana yakin, antum bisa bertahan dengan gaji yang antum dapatkan sampai hari ini.
Salam ukhuwah,
Jumadi S.A.
0852 1903 6775
Hmm kalau saya mungkin lebih sadis……..saya menganggap cerita di atas bukanlah penghasilan, melainkan penipuan.
Dan penipuan tidak akan pernah mulia di mata Allah daripada orang yang jujur akan kemampuannya dan dia menerima harta dari itu……
** maaf kalau tidak berkenan dengan komentarku **
gimana kalo pas lebaran ya? ck ck ck….
walopun gajinya kalah ama pengemis, tapi smoga keberkahan tetep kamu miliki 🙂
terkadang kalangan seperti mereka terorganisir tuh pak dokter… ngeri juga yaa.. maka terkadang aku lebih mending nyumbang duit ke masjid
hehehehe…. gajiku juga kalah donk… ;-p
Kok, kaya puisi/lagu gitu Zul? hahaha…iya, memang lebih tenang dengan penghasilan yang berkah… 🙂
ya, begitu mba Mel…setuju…hehehe
ga ngerti mba Ifah, ya…, mungkin saja halal (ada yg tau?? 🙂 ) cuma kan kontras banget dengan yang jualan kunir asemnya…
iya, Pak Parka… 🙂
Hehe…memang benar sebagian besar begitu Pak Irwan. Tapi yang aku salahkan di sini pemerintah kita yang terkesan memelihara mereka (o,iya kan ada dalam UUD 45 tuh…dipelihara oleh negara…) pantes aja kemiskinan tidak pernah terentaskan. Selain itu juga bisa menjadi proyek-proyek “basah” bagi LSM-LSM yang perlu dipertanyakan niat baiknya…
Bukankah klo pemerintah menciptakan keseimbangan dan tidak memperparah kesenjangan, semua itu akan mudah terwujud? Jadi bukan masalah mikro: masalah kecemburuan. Aku sendiri sudah sangat bersyukur dengan keadaanku sekarang 🙂
Ya enggalah mas Rachmad… 🙂 just look around about a interesting phenomenon…
terkait dengan fikroh mereka (hehe, keren juga istilahnya Mas Jumadi…), dulu kan ada cerita tentang pendekar pengemis & partai/padepokan pengemis, hehehe, makanya mudah membudaya begitu…boleh juga nih, baru nemu artikel tentang budaya mengemis di salah satu Desa di Jawa Timur: http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=7187&bulanku=5&tahunku=2007
memang banyak jg pengemis yg menipu mba Shinta…jd mereka sangat kreatif ketika mengemis, aku menemui sendiri, ada pengemis yg memakai boneka anak-anak yg digendong, ada yang me-make up dirinya seolah-olah terkena penyakit tertentu, macem-macemlah. Klo aku terus terang kasihan lihat mereka, terutama yang benar2 tidak mampu…
insyaallah akan lebih besar lagi mba Devina… 🙂
amiiiin… 🙂 tenkyu mba Tin…
memang seperti itu sepertinya Mas Deni, partai pengemis…hehehe…
gpp kok Pak Agus untuk sementara ini, semoga ke depan sistem kehidupan kita lebih baik.
Kata Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam, orang kaya bukan mereka yang mempunyai harta yang melimpah, melainkan mereka yang puas atas pemberian Allah sekalipun sedikit (HR Bukhari-Muslim). Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, “Berbahagialah mereka yang masuk Islam. Mereka dikaruniai kemampuan untuk tidak mengemis, dan selalu puas dengan apa yang diberikan Allah kepadanya.” (HR Muslim).
hehehe iya, pas arep nulis aku ya dadi kelingan lagune Java jive, emang bagian dari lagu kali, tapi ada benernya juga. Okeh, tetep semangat Om.
INTINYA : Carilah ezeki di muka bumi se-halal dan sejujur mungkin 6_6
100 deh… 🙂
itu baru hari biasa, coba pas lebaran, pasti setengah hari udah berlipat dari 60 ribu
tapi coba kalau pas hari hujan lebat seharian, mungkin sampe malem juga gak sampe 20 ribu
trus pas lagi apes ketangkep satpol pp, zonder penghasilan
jadi penghasilannya sangat tidak setabil, tapi kalo dokter kan relatip setabil mas 🙂
yang penting, tangan diatas teuteubs…lebih mulia
gitru ya…hehehe