Diposkan pada tak terkategorisasi

Mengapa dunia kesehatan jalan ditempat? bagian pertama


Tulisan ini berkaitan dengan aktivitasku dalam merampungkan tesis masterku.

Pernahkan kita bertanya mengapa kesehatan masyarakat kita itu sangat sulit untuk ditingkatkan?

Jangankan Indonesia, negara maju seperti negara Kanada dengan sistem kesehatannya yang terkenal paling baik di dunia masih saja merasa kesulitan dalam meningkatkan taraf hidup kesehatan masyarakat mereka.

Kita sering berpikir bahwa kegiatan kuratif (pengobatan penyakit) sebagai satu-satunya cara meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

Dimana-mana, pemerintah (terutama pemerintah daerah) lebih suka membangun sarana pelayanan/pengobatan kesehatan seperti rumahsakit dan semacamnya. Di mana-mana masyarakat menyalahkan sistem pelayanan kesehatan yang jelek, semakin banyak malpraktik, kecenderungan diskriminasi pelayanan, dan tarif berobat yang selangit.

Seorang ahli penyakit dari Jerman terkenal pada abad 19, Rudolf Virchow mengatakan bahwa "kedokteran merupakan ilmu sosial, dan politik tidak lain merupakan ilmu kedokteran yang semakin meluas"

Inilah kuncinya, bahwa sebenarnya dunia kesehatan itu sangat beririsan erat dengan dunia politik (beberapa ahli yang lain menyebutkan erat juga dengan bidang perekonomian). Di beberapa negara maju bahkan sudah banyak jurusan pendidikan politik ekonomi kesehatan (health policy & economic)

Virchow menekankan, bila kedokteran/kesehatan ingin berhasil, maka harus memasuki kehidupan sosial dan politik. Ini tentu saja dapat dimengerti, seperti pada kasus wabah penyakit yang belakangan ini banyak terjadi di negara kita, ambil contoh kasus flu burung (avian influenza-AI) dengan virus H5N1 (dan varian lain)-nya. Bagaimanapun tindakan kedokteran konvensional dengan merawatinapkan dan mengisolasi pasien flu burung sampai sekarang tidak menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan kalau anda mengetahui dan menyimak berita bahwa sebenarnya sebagian kasus flu burung hanya berupa "suspect" alias masih tersangka atau dugaan semata.

Terus mengapa pemerintah mengeluarkan statement untuk melarang masyarakat untuk memelihara unggas?. Semata-mata ini untuk usaha preventif, sebagaimana keberhasilan negara Vietnam mengeliminasi flu burung ini dengan kebijakan pelarangan pemeliharaan unggas, terutama di wilayah pemukiman. Tapi bagaimana dengan Indonesia? poltikus kita memang belum banyak belajar dan memang belum banyak memahami dan para pakar kesehatan kita juga belum begitu banyak "ngeh" dengan dunia politik.

12 tanggapan untuk “Mengapa dunia kesehatan jalan ditempat? bagian pertama

  1. contoh lainnya mungkin Hongkong asal muasal flu burung (kalo ga salah waktu itu beken dengan nama SARS).

    karena hampir 1 juta unggas dimusnahkan disana, maka sukses dan terbebas dari flu burung.

    Bagaimana dengan Indonesia?, kebanyakan unggasnya malah diumpetin, takut dimusnahkan 😦

  2. yainal said: nah lo.. baru aja baca kalo ada Masyarakat Pecinta Unggas yang menolak pemusnahan unggas membabi buta.. 😀

    Lah, boleh aja sih memelihara unggas, tapi harus pake serifikat bebas flu burung. Masalahnya kita lebih cinta kepada unggas daripada kehidupan manusia sendiri. Kalau mereka pecinta unggas …ya ga usah makan ayam, ga usah makan bebek, dan kawan2nya, seperti tarzan aja…

  3. segokepel said: yang di tolak bukan pemusnahannya, tapi pemusnahan semena2 alias ga ganti rugi. di hingkong mah diganti unggas yang mati dengan harga pasar. so ga rugi

    Iya, aku setuju kalau yang ini Mas…memang harusnya pake ganti rugi…statusnya kan sama aja kalau lagi KLB, biaya berobat biasnya gratis…

  4. segokepel said: yang di tolak bukan pemusnahannya, tapi pemusnahan semena2 alias ga ganti rugi. di hingkong mah diganti unggas yang mati dengan harga pasar. so ga rugi

    Mm.. ruwet yaa..
    ada beberapa hal yang menurut saya terlibat dalam kemandegan dunia kesehatan di Indonesia
    1. Sistem pembiayaan pengobatan yang bersifat "cash and carry" sekarang ini
    2. Kurangnya pemahaman terhadap masalah – masalah kesehatan dikalangan penguasa dan pembuat kebijakan, jika ada, pemahamannya hanya sepotong – sepotong, isu2 kesehatan hanya sebatas menjadi proyek
    3. Kurangnya pemahaman para penguasa terhadap konsep "access to health service is a human right"
    4. Kurangnya paparan terhadap masalah – masalah kesehatan masyarakat yang kompleks terhadap mahasiswa kedokteran.

    Apa lagi ya?

  5. segokepel said: yang di tolak bukan pemusnahannya, tapi pemusnahan semena2 alias ga ganti rugi. di hingkong mah diganti unggas yang mati dengan harga pasar. so ga rugi

    Itu baru sebatas sistem pelayanan kesehatannya aja mba, sik yo, tunggu bagian keduanya ya…notebookku lagi error… 😦

  6. segokepel said: yang di tolak bukan pemusnahannya, tapi pemusnahan semena2 alias ga ganti rugi. di hingkong mah diganti unggas yang mati dengan harga pasar. so ga rugi

    Pemerintahnya ga tegas karena banyak kepentingan, rakyatnya kurang pemahaman, kurang sosialisasi, jadinya ga kompak dan ga tuntas penyelesaian masalahnya.

  7. segokepel said: yang di tolak bukan pemusnahannya, tapi pemusnahan semena2 alias ga ganti rugi. di hingkong mah diganti unggas yang mati dengan harga pasar. so ga rugi

    lalu gimana ngatasinya?
    kalo ini kanker, udah kronik. apa harus mati dulu?

  8. zulian said: Pemerintahnya ga tegas karena banyak kepentingan, rakyatnya kurang pemahaman, kurang sosialisasi, jadinya ga kompak dan ga tuntas penyelesaian masalahnya.

    Iya, Zul…semuanya sama-sama lemahnya…udah pada mumet, makanya tugas kita yang masih muda-muda ini untuk mencerahkan, berbuat yang terbaik… 🙂

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.