Aku sering mendapat pertanyaan-pertanyaan dari keluarga dan teman-temanku terkait penyakit yang mereka atau orang lain alami. Tentang gejala-gejalanya, prosedur pemeriksaannya, prosedur pengobatannya, harga obatnya, sarana kesehatan atau dokter yang berkompeten.
Sering juga secara langsung aku menyaksikan teman-teman bahkan keluargaku sendiri “ditipu” oleh rekan-rekan sejawatku. Misal saja tentang diagnosis yang salah, tidak ada penjelasan atas penyakit mereka, obat yang salah, obat yang kemahalan, prosedur pemeriksaan yang salah, dsb. Bahkan kemarin aku baru dikeluhkan oleh salah satu staf di dinas pertanian tentang suaminya yang meninggal karena kesalahan diagnosis dan penanganan yang lambat dari sebuah rumahsakit terkenal dan berstatus paling baik di sini. Bahkan akhirnya rumahsakit itu diperingatkan keras oleh kepala dinas kesehatan agar jangan sampai terulang (tapi aku ga yakin tuh…pasti akan terulang).
Aku memaklumi banyak sekali dugaan malpraktik (ataupun memang malpraktik murni) oleh rekan-rekanku semata-mata sebenarnya karena “dokter itu pelit ngomong”
Ya, benar sekali!! para dokter itu sebagian besar memang sulit ngomong, terutama yang tidak idealis seperti aku (hehehe…kadang aku sebenarnya juga malas ngomong…maklum dokter juga manusia, ada capeknya juga).
Mengapa dokter malas ngomong dengan pasiennya? Ini dari pengalaman dan pengamatan selama ini.
1. Dokter itu takut pasiennya banyak tahu (pasien jadi pintar dari dokternya)
2. Dokternya emang tidak tahu, belum tahu tentang penyakit pasiennya. Kalau aku biasanya kadang tidak tahu tentang fungsi obat yang ditanyakan oleh temanku ketika berobat ke dokter, karena memang obat itu banyak sekali jenis dan namanya-nya, apalagi yang punya merek dagang (obat sediaan spesialistik). Jadi harus buka-buka buku obat atau searching di Internet.
3. Dokter memang bukan spesialis (paham benar) tentang sesuatu yang ditanganinya (biasanya akan dirujuk).
4. Emang sifat si dokter yang pendiam (diam itu emas, hehehe..)
5. Dokter capek ngomong (apalagi pasiennya banyak banget, dan pasiennya suka ngeyel pada sok tahu…hehehe). Jadi cape deh…
6. Memang pasiennya yang rada malu-malu (atau takut kali) tanya-tanya sama si dokter, jadi ya ga perlu dong dokternya buang-buang energi buat ngomong.
7. Menurut anda? apalagi yang menyebabkan dokter ga banyak omong? (sakit gigi? takut ditaksir pasiennya?hahaha….)
Nah, kesalahpahaman selama ini akibat komunikasi oral antara dokter & pasien yang kurang hamonis yang sering mengarah kepada kasus-kasus malpraktik.
Tips berikut dariku semoga bisa berguna bagi anda yang awam:
1. Cerewetlah kalau bertemu dokter (maksudnya ketika berobat tau menemani rekan/keluarga). Maksudnya cerewet yang pada tempatnya gitu…
2. Jangan takut pada dokter, kalau dia galak (dulu aku pernah ngalami waktu masih SMP, digertak sama dokternya…yah aku tinggal aja tuh dokter .tinggal cari dokter lain…)
3. Yang perlu anda tanyakan (biar cerewetnya ga kelewatan…) ialah:
“kira-kira apa penyakitnya, Dok?”
(jangan putus asa kalau dokternya belum bisa jawab atau tidak tahu) tanyakan aja: “perjalanan gejala penyakitnya bagaimana ya?”
“kemungkinannnya bisa apa saja nantinya?”
“apa yang bisa saya lakukan untuk mendukung diagnosis dan penyembuhan penyakit saya?
“apa pantangannbagi panyakit saya”
“saya harus bagaimana, Dok?”
“bagaimana prosedur pemeriksaan/pengobatan yang harus saya lalui, Dok?
“apa saja pemeriksaannya?
“ada alternatif lain, Dok?”
“bagaimana cara saya menggunakan obat ini Dok?”
“Apakah ada obat yang lebih murah, Dok?” (ini penting, mintalah yang Generik terlebih dahulu, jangan mau asal diberi obat)
tanyakan kegunaan obat :”yang ini buat apa, Dok?”
4. Anda bisa mencari second opinion (bertanya ke dokter lain tentang penyakit anda dan lainnya)
5. Bantulah dokter untuk untuk belajar ngomong sama pasiennya dengan cara mengkampanyekan setiap pengalaman anda ketika berhubungan dengan dokter kepada orang lain.
6. Jangan mengejek/mencibir/kehilangan kepercayaan/melarikan diri, bila dokter membuka kepekan/contekan/catatan/menelepon konsulennya (seniornya) ketika dia bingung/tidak tahu/tidak hapal/ragu. Karena sebenarnya setiap dokter sudah dibekali pengetahuan tentang alur perjalanan penyakit, alur pengobatan, jenis obat dan sebagainya. Cuma terkadang lupa dan perlu memastikan, atau memang belum pernah mendapatkan kasus penyakit anda tersebut. Ini akan sangat membantu anda semakin ditangani secara benar oleh dokter tersebut. Asal si dokter tidak selalu membuka contekannya atau terlalu vulgar mengungkapkan ketidaktahuannnya di depan anda, maka anda tidak perlu khawatir. Gunakan senjata anda yaitu mencari second opinion.
Semoga berguna.
baru tahu kalo sampeyan ini dokter
iya nih kadang suka heran kalo ada dokter pelit info, kan kesian pasiennya.
setelah ikutan milis sehat http://www.sehatgroup.web.id
udah belajar kok gimana caranya mencerewetin dokter…hehehehehehe…
apalagi soal anak… huuuu…jangan harap dokternya bisa sebentar didatengin…:p
hehehehe…itu ya?makanya jangan cuma ngintip :-b
ampun, mba…kasihan dokternya…:-D
Mas widodo,
Baru2 ini aku sebel sama dokter paru2 nya adikku.
Adikku ini di opname katanya sakit TBC. Udah dirontgen segala, trus kalo dr na dateng meriksa sore2. cuman ngeliatin adikku trus kabur.
Aku kejar2 dr tsb untuk nanyain hasil rontgen nya gimana? Jawabannya cuman ada kemajuan dari hasil rontgen sebelumnya. Gitu doang. Sebel!!!!
Trus aku pindahin opnamenya dan ganti dokternya.
Kata dr kedua, adikku sakitnya bukan TBC tapi pneumonia.
Aku tanya bedanya apa? Eh, ga dijawab.
Mas Widodo bisa terangin ga?
Tapi adikku udah baek sih. cuman aku masih penasaran aja.
ehm, berdasarkan sharing ilmu dari milis sehat…
vonis tbc baru bisa diketahui kalo udah tes mantoux. kasian lo kalo ternyata buka TBC trus disuruh konsumsi obat-obatan untuk TBC… soalnya obat itu kan beraaaat.
gak bisa bilang TBC cuma dengan melihat rontgen aja…
ikutan milis sehat ajaaaaa… banyak penjelasannya kok
kena deh gue.
hmm.. yg diam2 itu berisi yach dok? hehe
kalau dok sini ditanya teruss…..dok nya terus takut dgn pasien… :))
yg nanyakan soalan bukan hanya pasien tapi (dari ahli pakar keluarga pasien):D
sebelum dok membuat morning round utk jumpa pasien, ahli keluarganya dulu yg jumpa dok..
kesian dok disini kena serang!. (hehehe..harus kan?..)
kalau tentang 2nd opionion.. malah kadang2 lebih dari 2..
Terimakasih ya dok.atas sharing nya.. yang pasti dok ini ngak diam2 dech.. 😉
8. dokternya sariawan kali …hehehe…
Klasifikasi untuk TBC sangat jelas dengan gejala-gejala yang hampir mirip dengan pneumonia, misal: sering berkeringat dingin dan demam sedang di malam hari, terjadi penurunan berat badan secara drastis, bahkan pada tahap lanjut bisa batuk berdarah. Penyebabnya juga jelas yaitu Mycobacterium tuberculosis, yang bisa terdeteksi dengan kultur bakteri tahan asam dari sampel dahak atau darah. Untuk tes mantoux/tes tuberkulin/PPD (purified protein derivative) test/ salah satu untuk mendeteksi M.tb yang lebih sering dilakukan pada anak-anak, karena sulitnya pengambilan dahak/sputum pada mereka. Rontgen X-ray tidak spesifik untuk TB namun akan sangat mendukung jika tes lain juga dilakukan dan didukung oleh gejala-gejala yang sesuai. Tes mantoux sebenarnya tidak dapat menentukan apakah seseorang benar terinfeksi M.Tb, karena ini merupakan jenis tes turunan untuk mengecek reaksi spesifik oleh sistem imun karena adanya material yang dikeluarkan oleh bakteri. Bisa juga terdeteksi pada orang yang dulu pernah kena TB, tapi tidak manifes (salah satunya karena sistem imun yang baik), jadi bisa agak kacau jika hanya mengandalkan tes ini. Kalau di Indonesia standar (ini juga standar internasional) pemeriksaannya adalah pemeriksaan darah lengkap, pemeriksanaan BTA (bakteri tahan asam), rontgen paru (dilakukan bila BTA negatif dan pemberian antibiotik spektrum luas tidak berefek), dan kultur bakteri. Tes serologi juga bisa dilakukan dan sangat sensitif, tapi tidak umum dan harganya lumayan mahal.
Begitu mba….hehehe..loh, kok aku jadi cerewet bgn? tolong yah jangan tanya2 saya dong, tetap percayakan kepada orang yang lebih ahli 😀
kalau khusus anak-anak memang sering pake mantoux, tapi yang umum digunakan adalah uji BTA (bakteri tahan asam) dan rontgen…Selain itu juga harus dicocokan dengan gejala-gejala yang timbul.
mas wid… test serologi itu nggak bisa untuk diterapkan di sini… soalnya… sensitifitas tinggi tapi spesifisitasnya tidak… jadi nggak cocok… ini yang ngomong ketua UKK respirologi IDAI…
keeeennnaaa deh…. :b (gayanya Panji di TransTV)
keeeennnaaa deh…. :b (gayanya Panji di Trans7)
klo di Indonesia ada pepatah “tong kosong nyaring bunyinya” Nah, biar g dikatakan “tong” makanya mending diam, hehehe….
Makasih penjelasannya ya Mas Wid.
Tapi aku malah tambah bingung.
Kalo pneumonia penyebabnya bukan bakteri M.Tb gitu ya?
Saya tetap percayakan pengobatannya kepada dr nya yang ahli. saya hanya ingin tau bedanya apa? penyebab nya apa?
biar tidak terulang lagi atau menular pada keluarga yang laen.
Makasih ya pak Dokter
Iya, hehehe…lebih baik lagi klo dimejanya ditulis” maaf, lagi sariawan, dilarang bertanya…” :-b
spesifitas itu menentukan secara pasti dari berbagai suspek yah?kalau itu walahu a'lam, tapi saya dapat info juga dari teman saya yang ahli TB:
“Specificity of the serology test was 100% in healthy control subjects and 85.2% in the small number of control patients with pulmonary disease, including those with prior TB. Combined with microscopy, serology detected 72.8% of TB patients.”
Menurut teman saya itu: serologi bukan standar pemeriksaan TB . Jadi ga ada di guideline management TB. Biasanya dilakukan pada pasien TB smear negatif (usapan faring) yang tampak sakit berat. Yang lebih baik itu bukan serologi aja, tapi serologi plus sputum bta.
Demikian.
he…he.. intinya kembali pada BTA…
wakakak…
eh aku juga malas ngomong loe…
kalau lagi PMS….
wkakakakkkk
Pneumonia pengertian umumnya radang pada paru-paru. Memang ada yang mengatakan bahwa salah satu penyebab pneumonia ialah kuman TB. Tapi tidak umum. Jadi kita pake pengertian yang umum aja. Pnumonia merupakan penyakit paru dan sistem pernapasan dengan ciri peradangan dan berisi cairan pada pada alveolus (tempat pertukaran gas). Dapat disebakan oleh banyak hal seperti: infeksi bakteri, virus, jamur, parasit; jejas (trauma) kimia dan fisik pada paru; dan oleh sebab sekunder dari penyakit lain seperti kanker paru dan pengaruh alkohol.Gejala khas: batuk, nyeri dada, demam, dan sulit bernapas.
Tapi untuk konteks adiknya mba mungkin yang dimaksud dokter adalah infeksi (saya ga tau apa virus atau bakteri). Kalau bakteri yang paling umu ialah Streptococcus pneumoniae.Penobatan pneumoia juga harus disesuikan dengan penyebabnya. Kalau bakteri ya..harus diberi antibiotik seperti Amoksisilin, Sefalosporin, dsb…begitu. MAsih bingung?
kalau begitu pa kalo lagi PMS, tulis aja, “Mmaaf lagi menderita PMS, Jangan membangkitkan emosi saya” hahaha…
eh, PMS itu penyakit menular seksual atau pre-menstrual syndrome? lupa eee..
premenstrual syndrome…. he…he… pengennnya sih bisa gitu ya…
O… begitu. Makasih ya Pak Dokter.
Udah ga bingung.
Pneumonia menular spt TBC atau PMS (he..he..) ga?
Kira2 penyebabna apa?
Maaf ya Mas Wid, tambah lagi pertanyaannya.
hehehe… 😀
lucu..
wah, info yg menarik widodo. makasi banyak ya…
Pneumonia menular spt TBC atau PMS (he..he..) ga?
Kira2 penyebabna apa?
——————————————————————————-
Ya, kalau cara menularnya sih sama aja lewat udara. Kalau PMS mah lewat hubungan seksual.
Maaf ya Mas Wid, tambah lagi pertanyaannya.
——————————————————————
Wah, kudu bayar nih…hehehe (becanda,,,)
sama-sama…:-D
Do, harusnya ditambah satu rubrik nih MPmu, Rubrik Konsultasi Gratis, bakalan rame tu hehehe. Lagian ada untungnya juga buatmu, jadi terpacu buat baca ini dan itu, iya tho? (ngompori)
Hehee…benaaar juga kamu Zul…dah lama ga megang pasien, takut banget ilmunya ilang. Kalau buka konsultasi sih belum kali ya…semampuku aja deh….:-). Teman-teman yang butuh konsultasi gratis bisa masuk ke milis-milis dokter, search aja di yahoogroups (aku juga gabung and sering nimbrung juga di sana….:-D)
Hehee…benaaar juga kamu Zul…dah lama ga megang pasien, takut banget ilmunya ilang. Kalau buka konsultasi sih belum kali ya…semampuku aja deh….:-). Teman-teman yang butuh konsultasi gratis bisa masuk ke milis-milis dokter, search aja di yahoogroups (aku juga gabung and sering nimbrung juga di sana….:-D)
Hehee…benaaar juga kamu Zul…dah lama ga megang pasien, takut banget ilmunya ilang. Kalau buka konsultasi sih belum kali ya…semampuku aja deh….:-). Teman-teman yang butuh konsultasi gratis bisa masuk ke milis-milis dokter, search aja di yahoogroups (aku juga gabung and sering nimbrung juga di sana….:-D)
mas, aq baru baca ni..ikutan comment ya..*walau udah basi..
aq punya pengalaman..waktu itu aq kena virus, udah 3 kali cek darah..aq tanya ke dokternya..virusnya virus apa dok? si dokternya jawab ” ya ga bs dipastiin lah virusnya apa. kalo mau tau virusnya biayanya jauh lebih mahal, harus pake mikroskop elektron, pake ELISA, bla bla bla..” *dokternya ngmg bahasa bioteknologi yang mgkn dy pikir aq awam dan ga ngerti apa yang dia omongin shg aq ga bakal nanya lebih jauh lg. padahal maksud aq nanya gt, krn mgkn dy bisa tau itu virus apa. bisa diliat dr hasil cek darahku yg udah 3 kali jd bisa tau perkembangan kaya gini perkembangan virus apa, bisa diliat juga dr gejalanya apa, dll. gt lo maksudku..ini malah kemana2 ngmgnya. bbrp bulan sebelumnya aq pernah kena rubella, dr 2 kali cek darah dan liat gejala yang muncul, dokternya udah langsung kasih tau aq kena virus apa.
dokter pertama dan kedua semuanya benar. Kalau rada meluber informasi yang diberikan kan bersyukur tuh dapat penjelasan lebih banyak, hehe
mendiagnosis penyakit memang rada-rada rumit, di sini harus mempertimbangkan biaya juga, apabila dalam wawancara dan pemeriksaan fisik belum jelas benar. Tetapi kalau dokter sudah optimal dalam melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik serta mempunyai pengalaman tinggi bisa dipastikan 90% bahkan 99% benar diagnosisnya. Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah dan radiologi/rontgen hanya untuk konfirmasi, alat bantu penegakan diagnosis, kepentingan monitoring, menilai kefektifan obat, dan berbagai fungsi lainnya.
saya pernah baca komik “God Hand Teru” – tentang dunia kedokteran, disana ada kutipan bagus, “senjata dokter itu ada 3, obat, pisau, serta kata-kata
selama ini berhadapan dengan 3 dokter kandungan..ya beda-beda tipe sih..kalo dokter cewek lebih “perhatian” (maksudnya ngelarang makan ini-itu, nyuruh makan ini-itu), kalo dokter cowok cenderung cool aja
bersyukur obgyn saya yang sekarang komunikatif, ketika saya bertanya-tanya, dijawab dengan jawaban yang benar dan mantap
ketika periksa ke dokter lain (tapi di rs yang sama) pun jawabannya menyejukkan hati, (karena saat itu sedikit panik karena saya nge-flek padahal baru hamil di trimester pertama) malah beliau merekomendasikan obat yang harganya lebih murah
godteru ^o^
kalau teru ga se-cool dokter2 lain 😀