Diposkan pada tak terkategorisasi

Sedekah buat pak polisi :-b



Pak polisi…pak polisi…mengapa dikau menjadi pemeras masyarakat? Sepertinya dilema menjadi seorang polisi tidak akan selesai-selesai. Sudah gajinya kecil, masuknya susah, akhirnya kompensasi penghasilan diambil dari memeras masyarakat, benar-benar jadi perampok terselubung…

Berulang kali aku ditilang oleh polisi lalu lintas, ya…, masalahnya itu-itu aja, SIM (surat izin mengemudi) sudah kadaluwarsa. Malas benar mau ngurus SIM, walaupun kalau diitung-itung, jumlah total sedekah tilang buat polisi sudah melebihi biaya pembuatan SIM…

Sampai sekarang aku mikir, apakah kita ikut berdosa ketika harus mengurus SIM lewat calo, padahal kalau ikut tes normal sulit sekali lulusnya, ada aja yang dicari-cari kesalahannya…

Pernah dulu aku ditilang saat pake motor butut yang ga ada lampu rating/sign dan lampu stop/belakang, padahal surat-suratnya lengkap. Waktu itu pas baru pulang dari melayat/takziyah. Tau-tau mendekati lampu merah, mesin motornya ngadat, pas ada pos polisi lagi…Sudah takdir untuk ditilang waktu itu, apalagi motornya berwarna ngejreng gitu, ungu (violet), kuning, dan hitam…hehehe….

Tahu ga, sama polisinya diminta berapa? untuk 2 kesalahan itu, beliau, a(ke)parat negara itu minta upeti 75 ribu rupiah, wah kaget juga aku, karena memang tidak bawa cukup uang pada waktu itu. Akhirnya aku minta disidang aja. Saat disidang ternyata banyak juga terdakwa lain selainku. Sama aja, oknum pengadilan juga setali tiga uang dengan polisi. Mestinya sidang dimulai pukul 8 pagi, dimolorkan sampai pukul 10. Kayaknya itu memang sengaja, agar para terdakwa tidak sabar menunggu dan menempuh jalan pintas membayar langsung ke oknum pengadilan. Iya sih, ternyata cukup banyak yang bayar langsung via oknum (bahkan sampai tukang parkirnya ikut terlibat). Udah gitu, oknumnya ga tau malu lagi, terang-terangan nawarinnya, seingatku waktu itu sekitar 50-an ribu untuk 2 kesalahan. Weleh, aku nyoba bersabar, dan alhamdulillah bisa ikut sidang, jadi terdakwa, hehehe…
Ternyata cuma membayar 25 ribu rupiah…

Nah, hari Sabtu kemarin, waktu nemenin istri ke Klaten, aku kena tilang lagi di depan kompleks Candi Prambanan (setahuku emang sering diadakan operasi di situ, apalagi pas tanggal tua). Singkat cerita, aku disuruh membayar sendiri di BRI Sleman atau minta “dibayarkan”.
“Berapa, Pak?”
“30 ribu…”
(hah…ini polisi emang lagi cari duit bener…)
“OK, saya bayar di BRI aja..terus ngambil STNK-nya di mana?”
Sambil oknum polantas menulis surat tilang, aku tanya: “Pak, peraturan sebenarnya seperti apa sih? setahu saya biasanya cuma 15-20 ribu tuh…?”
Dia ga jawab.
Ku lihat dia menuliskan angka 20 ribu di kuitansi tilang, wah!
“20 ribu ya, Pak…OK, kalau gitu saya bayar di sini aja, sama kan?
“Lah, tadi mau bayar di BRI, bayar di BRI aja sana…”, kata polisi itu.
“Wah, klo sama aja, ya mending saya bayar langsung aja di sini, Pak, klo 30 ribu sih, jelas saya ga mau bayar…wong, peraturannya ga jelas begitu!”
“Siapa yang bilang 30 ribu?”
“Itu. tadi sama Bapaknya yang satu lagi…”
Dia diam aja
“Ya, sudah, tanda tangan dulu…”
“Wah, saya ga mau tanda tangan, Pak, saya mau bayar di sini aja!” (sambil emosi…, “Kalau peraturan begini terus, pantas aja saya males ngurus SIM saya, Pak!”
(dia ngalah, teman-temannya juga rada keder melihat aku emosian gitu, hehehe…)
“OK, tanda tangan aja…bayar di sini aja…”
Aku tanda tangan dan menyerahkan 20 ribu rupiah, yah…itung-itung sedekah lah buat oknum itu, mungkin dia juga butuh duit persiapan ramadlan (sebenarnya aku enggan bayar ditempat, bukankan itu termasuk menyogok juga ya?, tapi gimana lagi, urusan yg bertele-tele membuat aku lebih memilih yg instan, apalagi istriku menunggu sambil merengut begitu…

Mudah-mudahan polisi kita semakin mampu bekerja profesional dan tidak bertindak serba birokratis, dan yang paling penting tidak korupsi (aku yakin, uang yg aku beri tadi, ya masuk ke kantong mereka, sebagian disetor sama atasannya, ini bocoran dari pak lik-ku yang polisi juga…)

Selamat melaksanakan puasa Pak Polisi, semoga di bulan puasa ini tidak ada tilang ya, soalnya aku masih belum sempat ngurus SIM, hehehe…

15 tanggapan untuk “Sedekah buat pak polisi :-b

  1. Hek..hek..hek.. aku juga pernah pengalaman 'ribut' sama polisi di Jakarta. Gara2 masuk ke jalan Thamrin jam 10.05 pagi (harusnya udah abis jam 3in1), eh polisinya ngotot itu baru jam 9.55 trus mau minta SIM+STNK suamiku. Aku ngamuk2 bilang, “OK ditilang, tapi tulis ya Pak kesalahan saya masuk ke jalan ini jam 10.05!” Trus bilang ke suamiku, “Kasihin aja SIMnya tapi catat tuh nama polisinya!” Sampai ada beberapa orang pejalan kaki berhenti karena denger aku ngomong keras. Mungkin polisinya malu, akhirnya alhamdulillah dibalikin deh itu SIM. 😛
    Aku juga heran sendiri kok berani waktu itu marah2in polisi begitu. 😀 Abis emosi sih, wong kami gak salah kok.

  2. Hehehehe, dah cocok Do kalo kamu marah-marah ama polisi. Yak, keluarkan jurus blaka suta tanpa tedeng aling-aling. Ngerti ra Do, wis nang jogja 8 tahun ni. (Blak-blakan gitu sama pak polisi), hehehe kubayangkan pak polisinya senyum kecut dapat mangsa kayak kamu, pahit pahit. Di bulan ramadan ini baiknya kita doakan para polisi semoga nasib mereka jadi baik sehingga ga perlu seruduk sana sini. Ya Allah sayangilah polisi Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.