Rating: | ★★★★★ |
Category: | Other |
Ah, bagus sekali ini tulisannya,ternyata memang mukjizat dan sekaligus bisa jadi dalil motivasi 🙂
———————————
Sura Yusuf (12) merupakan rujukan utama Kaum Muslimin untuk menabung dan berasuransi. Akan tetapi Sura Yusuf ini hanya tersosialisasi pada kaum Muslimin sebagai Sura yang dibacakan kepad Ibu Hamil supaya janinnya kelak ganteng seperti Nabi Yusuf. Namun makna yang terkandung dalam Sura Yusuf sesunggungnya banyak sekali, bukan hanya sebagai Sura yang dibacakan untuk Ibu Hamil. Dalam Sura Yusuf telah mencatat perdagangan orang, sifat diskriminasi orang tua terhadap anak, hakim yang adil, penguasa yang lalim, tabir mimpi, dan terpenting tentang menabung dan berasuransi.
Pada saat saya mengikuti training asuransi Pelatihnya bukan seorang muslim, namun ia secara cerdas dan sadar menjelaskan firman Allah dalam Sura Yusuf terutama ayat 47 dan 48. Ini mujizat Quran untuk Manusia (bukan hanya kaum Muslimin).
Sura Yusuf ayat 47, bunyinya “Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Ayat 48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
Sungguh dahsyat ayat ini telah memberikan petunjuk yang pasti bahwa manusia tidak selamanya mapan, namun suatu waktu akan merasakan kesengsaraan. Hal ini dapat dianalogikan – saat sehat kita mengumpulkan semua harta, pada masa sulit merasakan jeri payah selama masa sehat.
Pertanyaannya sekarang mengapa Kaum Muslim tidak banyak menabung dan berasuransi? Jawaban sementara, belum banyak ustad yang diamanahi untuk mencerdaskan umatnya, secara sadar memperkenalkan ayat-ayat Al-Quran yang telah teruji. Selain itu…para ustad masih berkutat dengan masalah hilafiah. Yang seharusnya mereka memberikan pemahaman yang mumpuni kepada umatnya, justru mereka lebih banyak menakut-nakuti umatnya.
Masjid Corong Perbankan dan Asuransi
Sudah saatnya Masjid sebagai corong Perbankan dan Asuransi. Tidak henti-hentinya ustad Antonio Safei memperkenalkan mengenai Bank Syaria, namun upaya beliau belum banyak mendapat sokongan yang masif sampai ke daerah Perdesaan.
Ustad dan imam Masjid patut mengoreksi diri – apakah telah menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama dalam membangun umat? Jika belum, maka sudah saatnya untuk berubah. Selama ini Al-Quran terkenal bukan oleh Kaum Muslimin, justru oleh umat lain – lihat saja mereka yang sukses memperkenalkan Asuransi, Lebah, dan lain-lain mereka yang menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama, meskipun mereka tidak secara nyata menyatakan. Begitu juga, jika kita memperhatikan literatur tentang motivasi, maka sebagian besar rujukannya Al-Quran dan Al-Hadist. Itupun juga mereka tidak secara nyata menyebutkannya. Hanya mereka yang secara sadar telah menyelesaikan pembacaan Al-Quran dan Al-Hadist dapat menemukannya.
Mungkin masih segar dalam ingatan kita mengenai ”Kelapa Sawit” yang mengalami masa booming sekitar beberapa tahun yang lalu. Para petani dan pengusaha terus memperluas lahannya, namun mereka lupa menabung dan mengantisipasinya. Saat Kelapa Sawit mengalami penurunan, petani dan pengusaha kelagapan. Intinya, mereka lupa pesan dalam Sura Yusuf (12).
Begitu juga banyak kaum Muslim yang miskin tidak dapat menyekolahkan anaknya, karena mereka belum menjadikan Al-Quran sebagai pegangan hidup, selain mereka tidak punya Quran, juga tidak bisa baca. Ini semua menjadi tanggung jawab Masjid.
Pesan Allah kepada Nabi Muhammad untuk umat Manusia Baca…Baca…Baca… Bukan hanya baca huruf tetapi semua pesan yang ada di alam.
Ayo Menabung dan Berasuransi…
———————————
Gambar: http://pcinsureme.files.wordpress.com/2009/08/car-insurance-funny.jpg
sangat setuju sekali Masss…..
justru masih tak sedikit bertebaannya ustad yang malah bikin polemik dan jauh dari sifat pemberi damai sebagaimana “Rahmatan Lil 'Alamin”
*sedih*
btw, sudah berapa lama ikutan PRUSyariahnya mas Wied, hihihi…@%*)*&^#
iyah, Mas… 😦
eh, aku belum ikut loh, emang sih pernah berkali-kali didatangi sales Prudential, menawarkan unit link, asuransi plus investasi, tapi setelah tak pikir-pikir belum berminat dan mungkin engga akan, aku rencana mau main saham atau reksadana aja * ceilee… karena returnnya lebih besar, kan bisa sebagian disisihkan buat asuransi. Klo dari institusi sih sudah ada asuransi, lumayan untuk saat ini, yang belum ya untuk pendapatan pasif kalo udah pensiun dan hari tua nanti, itu pun klo masih idup, hehe….
Tfs ya
ok mba, sama-sama
padahal…–sependek yang saya tahu– asuransi itu ndak boleh lho mas…
TFS ya mas ^___^
Setujuu…
masing-masing punya pendapat Pak, dan saya menghormatinya. Bahkan untuk yang konvensional sekali pun kita kadang sulit menghindarkannya sama halnya dengan bank konvensional, inilah klo sistem kita tidak mendukung, pinginnya yang sesuai syariat namun dipersulit oleh sistem. Sebisa mungkin kita menjauh, namun pertimbangan manfaat dan mudharatnya tetap lebih utama. Bahkan bila tidak ada dalil pengharaman secara tegas alias masih banyak yang punya tafsir, tidak beberapa ulama tertentu saja, maka menurut saya sah-sah saja berpegang terhadap salah satu pendapat.
OK…
Ok deh…
Silakan baca berbagai pendapat tentang asuransi:
http://www.muslim-indonesia.com/hukum-asuransi-dari-sudut-pandang-islam.html
🙂